Holstein & McCarthy (2017) menyebutkan bahwa pada tingkatan sel, penyakit multiple myeloma ditandai oleh adanya interaksi kompleks antara sel tumor dengan lingkungan mikro sumsum tulang di sekitarnya.Â
Pemahaman mengenai hubungan antara sel plasma ganas dengan lingkungan mikro telah memicu upaya berkelanjutan untuk mengembangkan agen terapeutik yang sebagai target pengobatan dari multiple myeloma.Â
Kemajuan penemuan pengobatan dalam mengatasi multiple myeloma mencakup penggunaan obat imunomodulator atau IMiDs, seperti thalidomide, lenalidomide, dan pomalidomide yang berkontribusi besar juga menunjukkan hasil yang signifikan dalam pengobatan MM yang juga memiliki efek pleiotropik, atau dengan kata lain mampu melawan pertumbuhan sel myeloma (anti-myeloma). Untuk penjelasan lebih lengkap, mari kita kupas satu persatu dari ketiga pengobatan multiple myeloma ini.
1. Thalidomide
Sebenarnya, secara umum thalidomide semakin jarang diresepkan untuk pengobatan MM saat ini, sebab terdapat beberapa kasus pada sebagian orang yang mengalami efek samping seperti sembelit, kelemahan/kelelahan, mengantuk, kesemutan, pusing, ruam kulit, perubahan mood/depresi, inkoordinasi, tremor, dan edema. Sehingga, obat ini dikombinasikan dengan golongan obat dexamethasone seperti melphalan yang digunakan bagi pasien refraktori (kambuh) serta pasien yang baru terdiagnosis MM.Â
Penggunaan kombinasi obat thalidomide dan dexamethasone ini menunjukkan tingkat keseluruhan respon sebesar 48-61%. Namun, penggunaan jangka panjang thalidomide dalam pengaturan pasca transplantasi sumsum tulang belakang umumnya dibatasi pada satu tahun dikarenakan adanya toksisitas, neuropati peripheral (penyakit yang diakibatkan oleh rusaknya sistem syaraf perifer atau sistem syaraf tepi).
2. Lenalidomide
Beralih ke penggunaan obat imunomodulator kedua, yaitu lenalidomide. Lenalidomide ini, secara luas digunakan dalam pengobatan pasien yang baru didiagnosis transplantasi atau pada pasien yang tidak memenuhi syarat transplantasi, dalam pengaturan pemeliharaan pasca transplantasi, serta dalam pengaturan kambuh/ refrakter.Â
Penggunaan obat lenalidomide yang dikombinasikan dengan dexamethasone memiliki tingkat respons keseluruhan sebesar 68%-91%, yakni lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi thalidomide dan dexamethasone, sehingga lenalidomide tersebut menjadi rejimen induksi yang paling umum digunakan.Â
Pengobatan dengan lenalidomide juga menimbulkan beberapa efek samping seperti mengantuk, konstipasi, atau neuropati, dan menunjukkan aktivitas pada pasien yang telah menerima thalidomide sebelumnya (karena lenalidomide memiliki efek teratogenik seperti thalidomide), namun hal tersebut dapat diatasi pengurangan efek sampinya dengan mengurangi dosis obat yang akan diberikan kepada pasien.
3. Pomalidomide
Pomalidomide saat ini digunakan pada pasien MM dalam kondisi refraktori (kambuh) yang setidaknya pernah menerima terapi obat MM lain, seperti lenalidomide.Â
Pomalidomide telah digunakan dalam kombinasi dengan kelas obat myeloma lainnya yang mencakup inhibitor proteasome, alkilating agent, dan antibodi monoklonal.Â
Efek imunomodulator yang dimiliki oleh pomalidomide mampu menstimulasi sistem imunitas tubuh serta membunuh sel-sel myeloma secara langsung. Terapi obat pomalidomide ini masih dalam penelitian dalam penentuan dosis pemakaiannya serta memiliki potensi tinggi dalam pengobatan multiple myeloma dengan efek samping yang minimum.
Nah, setelah kita kupas satu persatu pengobatan multiple myeloma, rekan sehat pastinya jadi lebih paham kan? Jadi, IMiDs atau obat imunomodulator MM ini membawa kontribusi besar dalam pengobatan multiple myeloma.Â
IMiDs tersebut yang mencakup thalidomide, lenalidomide, dan pomalidomide memerankan terapi utama untuk penyakit-penyakit yang baru saja terdiagnosis maupun kambuh, namun pengobatan ini dikombinasikan lagi dengan srategi terapi baru lainnya, sehingga dosis obat yang digunakan semakin sempurna untuk meningkatkan efektifitas kerja obat serta menurunkan resiko-resiko efek samping lain yang ditimbulkan dari terapi obat yang digunakan kedepannya.
Daftar Pustaka
Donk VD, Bloem, Spek, Lokhorst, Henk. 2006. New treatment strategies for multiple myeloma by targeting bcl-2 and the mevalonate pathway. Journal Pharmaceutical Design. 12: 27-40.
Holstein SA, McCarthy PL. 2017. Immunomodulatory drugs in multiple myeloma: mechanisms of action and clinical experience. Journal of Public Health Research. 77: 505-520.