Mohon tunggu...
Inovasi

Tekan Tombol Remotmu!

23 September 2015   10:51 Diperbarui: 23 September 2015   11:29 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sabun wajah x untuk pria, dan sabun wajah y untuk wanita. Media dengan pintarnya menunjukkan bahwa sabun wajah untuk pria dan wanita berbeda. Pria seharusnya malu apabila menggunakan sabun wajah wanita, sehingga kaum pria mulai membeli produk sabun wajah khusus pria. Sedemikian cantik iklan televisi mem-brainwash pikiran masyarakat sehingga kaum pria melakukan apa yang dikatakan oleh iklan tersebut. Mereka merasa bahwa apa yang diperlihatkan oleh iklan tersebut adalah sesuatu yang nyata, mereka menganggap bahwa media mampu menjadi pahlawan di tengah-tengah masalah mereka. Tanpa mereka sadari bahwa iklan tersebutlah yang menciptakan masalah, dan mereka juga tidak menyadari bahwa mereka telah memberi keuntungan bagi media dan perusahaan produk sabun wajah x.

Seharusnya kecanggihan teknologi komunikasi dibarengi dengan kecanggihan berpikir masyarakat. Namun ketidaksiapan dan ketidakperhatian masyarakat terhadap kecanggihan teknologi ini, memberi kesempatan kepada media untuk memanfaatkan hal tersebut sehingga dapat meraup keuntungan sebanyak-banyaknya.

Untuk dapat menyikapi kepintaran media, masyarakat juga harus pintar. Masyarakat harus melek media. Apa yang dimaksud melek media? Menurut Livingstone (2004) melek media adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi atau pesan dari media.

Dengan begitu, masyarakat tidak mudah percaya terhadap informasi-informasi yang disampaikan oleh media. Masyarakat dapat mengakses media komunikasi yang dirasa tepat untuk memenuhi kebutuhannya, kemudian berpikir secara kritis apakah yang disodorkan oleh media adalah suatu kebenaran dan bukan rekayasa? Lalu mengetahui bagaimana cara mendapatkan kebenaran tersebut dengan mengevaluasinya, Setelah itu mengkomunikasikannya kepada orang-orang sekitar seperti melakukan diskusi kecil dalam membahas sebuah isu sosial.

Sebagai seorang penonton, pemikiran yang kritis sangat dibutuhkan agar kita tidak terhegemoni oleh media. Jika kita merasa tayangan televisi yang sedang kita tonton tidak NPB alias nyata, penting, dan bermoral, lebih baik segera tekan tombol remotmu! Seeing is not believing, jadilah penonton yang cerdas! Salam kompasiana.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun