Mohon tunggu...
Gabriella Sachiko
Gabriella Sachiko Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa FK Universitas Padjajaran yang tertarik dengan Pariwisata Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Chinatown Indonesia: Glodok

4 November 2021   14:55 Diperbarui: 4 November 2021   15:08 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Glodok. Sumber: Pribadi

Tempat dimana orang bersuku Tionghoa berkumpul untuk membeli pernak-pernik saat mendekati perayaan Imlek. Tempat yang paling meriah dan indah saat festival pecinan. 

Tempat yang kaya akan budaya dan arsitektur khas Tiongkok. Identik dengan pernak-pernik lampion berwarna merah, yang tergantung di sepanjang jalan. Itulah Glodok, Chinatown paling besar di dunia, terletak di Taman Sari., Jakarta Barat, dengan luas 38m2.

Pada hari Kamis (21/10/2021), saya berkesempatan untuk mengunjungi Chinatown terbesar di Indonesia dan salah satu terbesar di dunia. Saya pun sangat takjub karena masih banyak gedung-gedung lama yang berdiri sampai saat ini. Namun, sayangnya banyak dari gedung-gedung ini tidak terawat dengan rapi sehingga banyak gedung sudah rapuh. 

Glodok sendiri terletak di kawasan yang kaya akan sejarah, seperti adanya Kota Tua, Museum Fatahillah, serta Museum Mandiri. Maka, sangat mudah untuk berkunjung ke Glodok karena banyaknya pilihan transportasi yang ada, seperti TransJakarta, Kereta Api, dan bahkan sekarang sedang dibuat jalur MRT menuju Glodok. 

Selain itu, pemerintah juga sudah menyediakan Shuttle Bus gratis dari Kota Tua ke Glodok. Namun, saya merasa dibutuhkan suatu bus keliling Glodok untuk para wisatawan yang tidak membawa mobil atau memarkir mobilnya terlalu jauh berhubung Glodok sangat luas dan sangat disayangkan apabila tidak melihat Glodok dari ujung ke ujung.

Potensi Wisata Glodok

Petak Enam

Di Glodok, ada 2 tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi sambal merasakan budaya dan arsitektur khas Tiongkok secara langsung, yaitu Petak Enam dan Gereja Santa Maria de Fatima. 

Petak Enam adalah sebuah kawasan kuliner yang sangat cocok untuk anak muda, mulai dari Minuman Boba hingga Crepes. Saat memasuki Petak Enam, Anda akan melihat banyaknya pernak-pernik khas TIongkok yang cantik yang tergantung di setiap sisinya maupun di langit-langit. 

Selain itu, Petak Enam berkonsep semi outdoor sehingga Anda tidak perlu khawatir apabila hujan atau takut untuk membuka masker di ruangan tertutup. Sebelum masuk ke kawasan petak Enam pun, akan dilakukan pemeriksaan suhu oleh satpam yang bertugas dan protokol kesehatan yang diterapkan pun cukup ketat, seperti 1 meja makan hanya boleh diisi oleh 2 orang.

Di depan kawasan Petak Enam sendiri, terdapat banyak pedagang yang menjual berbagai macam barang, mulai dari baju-baju, makanan ringan, hingga piring. 

Namun sayangnya, tidak semua pedagang ini menerapkan protokol kesehatan dengan baik dan benar, seperti masih ada pedagang yang tidak mengenakan masker sama sekali atau hanya menggantung masker di dagu. Mereka pun tidak menjaga jarak antara satu sama lain. 

Selain itu, tatanan jalanan yang terletak di depan para pedagang ini pun tidak begitu rapi dan banyak sampah berserakan sehingga sering terjadi kemacetan. 

Saya pun juga tidak melihat adanya tempat sampah, tempat untuk mencuci tangan atau hand sanitizer, petugas kebersihan,serta spanduk yang bertuliskan untuk menjaga protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak, dan menggunakan  hand sanitizer atau mencuci tangan.

Gereja St. Maria de Fatima

Lalu, saya pun juga berkesempatan untuk mengunjungi Gereja Santa Maria de Fatima yang hanya berjarak 500 m atau 5 menit jalan dari kawasan Petak Enam. 

Gereja ini terletak di sebuah gang yang kecil, dimana di Gang ini juga terdapat Vihara Toa Se Bio, dimana Vihara ini merupakan saksi bisu dari Tragedi Angke, yaitu dimana VOC melakukan pembantaian terhadap suku Tionghoa dan tubuh mereka dipotong lalu dibuang di Kali Angke hingga kali tersebut berwarna merah karena banyaknya darah.

 Gereja Santa Maria de Fatima merupakan sebuah gereja katolik yang bergaya arsitektur khas Tiongkok. Untuk memasuki gereja ini, Anda harus masuk melalui Sekolah Ricci I terlebih dahulu. 

Di Gereja ini, terdapat sebuah Bukit Maria de Fatima yang besar dan sangat cantik. Pada bukit ini pun disediakan tempat duduk agar Anda bisa menyampaikan doa ke Bunda Maria. Selain itu, Anda juga dapat memasang lilin, karena disediakan sebuah tempat khusus untuk pemasangan lilin di sebelah bukit ini. 

Sebelum memasuki gereja, terdapat sepasang patung batu berbentuk mirip singa, jantan dan betina yang sedang memegang anaknya, yang merupakan patung batu yang menjadi khas di depan bangunan-bangunan tradisional Tiongkok. Namun sayangnya karena pandemi, wisatawan tidak diperbolehkan untuk masuk lebih dalam ke dalam Gereja Santa Maria de Fatima. 

Namun, apabila pandemi sudah selesai, sangat disarankan untuk masuk ke dalam gereja ini karena altar gereja ini pun bergaya arsitektur khas Tiongkok. Selain itu, pada hari tertentu terdapat misa yang menggunakan bahasa Mandarin.

Gereja Katolik St. Maria de Fatima. Sumber: Pribadi
Gereja Katolik St. Maria de Fatima. Sumber: Pribadi

Pancoran Chinatown Point

Yang terakhir, saya mengunjung Pancoran Chinatown Point, yang terletak di seberang kawasan Petak Enam. Pancoran Chinatown Point merupakan sebuah mall dengan gedung yang juga bergaya arsitektur khas Tiongkok. 

Namun, sebagian besar orang yang mengunjungi Glodok, lebih tertarik untuk berjalan menyusuri pasar-pasar yang ada di Glodok daripada mengunjungi mall ini. Mall ini pun masih tergolong sepi penjual dan pembeli, padahal mall ini sangat megah dan bersih. Namun, tidak ada petugas yang menjaga area parkir sehingga saya merasa kesulitan untuk mencari parkir.

Pancoran Chinatown Point. Sumber: Pribadi
Pancoran Chinatown Point. Sumber: Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun