Mohon tunggu...
Gabriella Possenti
Gabriella Possenti Mohon Tunggu... Freelancer - OBSERVER

I'm quite to recharge my batteries with engage in creative activities

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Merangkum dan Menanti Debat Pilpres Putaran Pertama, Kedua, Ketiga dan Seterusnya Apakah Sesuai Ekspektasi?

28 Januari 2019   11:56 Diperbarui: 28 Januari 2019   12:13 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagi siapa saja yang menyaksikan debat Pilpres putaran pertama beberapa waktu lalu yang mengangkat tema tentang HUKUM, HAM DAN KORUPSI, tentu akan ingat apa-apa saja yang disampaikan oleh masing-masing calon Presiden dan Wakil Presiden terkait permasalahan tersebut. Kedua kubu tampak menawarkan solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang terbilang sangat klasik dan riskan. 

Tetapi sampai saat ini belum ada penanganan yang secara keseluruhan dapat menyelesaikan bahkan kasus-kasus serupa semakin bermunculan hingga sebagian orang yang seharusnya tak bersalah malah dipersalahkan dan menjadi korban. 

Kita masih ingat betul kasus pelanggaran HAM yang terjadi pada tahun 1998, kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan, kasus korupsi E-KTP, dan masih banyak lagi, seakan-akan kita sudah muak terhadap Pemerintah yang dinilai belum cukup tegas terhadap kasus tersebut hingga tak terselesaikan.

Dengan diangkatnya Tema HUKUM, HAM Dan KORUPSI, rakyat sebagai pemilih seperti diberi kesempatan untuk melihat apa-apa saja penyelesaian atau solusi yang ditawarkan sebagai upaya pencegahan setidaknya presentase kasus serupa dapat menurun. Kita semua dapat menilai dari debat beberapa waktu lalu adakah kepuasan terhadap penyampaian yang dilakukan oleh kedua kubu?

Pandangan saya terhadap debat kemarin dirasa kurang memuaskan dan kurang meyakinkan karena masing-masing kubu masih belum menyampaikan solusi yang tepat, bahkan unsur dari debat itu sendiri sangat kurang, hanya seperti menyampaikan visi misi dan pidato. Unsur debat saling adu ide, gagasan dan argument tidak terlalu diperlihatkan, sehingga terasa hambar. 

Kemudian masuk ke tema korupsi suasana debat mulai ada tetapi tidak begitu lama, hingga dari awal hingga pertengahan debat terasa hambar. Mungkin karena format debat yang sudah diatur terlebih dahulu, atau masing-masing kubu masih terlalu hati-hati untuk menyampaikan solusi konkret contohnya untuk kasus pelanggaran HAM yang tak pernah selesai terlebih bersinggungan dengan kedua kubu. 

Dan yang paling mengganggu adalah keriuhan dari pendukung masing-masing calon yang hadir sebagai penonton hingga suasana debat menjadi tidak stabil. Tentu yang dirasakan oleh masing-masing penikmat debat berbeda alasannya.

Debat putaran kedua akan mengangkat tema energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam, dan lingkungan hidup. Diharapkan kedua paslon dapat memberikan solusi dan penanganan apa yang konkret dan tepat untuk menyakinkan para pemilih. Dilihat dari tema yang diangkat, kemungkinan kubu Jokowi akan sedikit lebih unggul dalam debat putaran kedua ini. 

Seperti yang kita rasakan saat ini Pemerintahan era Jokowi sudah unggul dari segi infrastruktur yang sangat signifikan. Sedangkan kubu Prabowo masih harus berusaha untuk meyakinkan pemilih solusi dan apa yang harus dilakukan agar dapat lebih baik dari apa yang dilakukan oleh Jokowi. Ini akan menjadi sesuatu yang berat untuk kubu Prabowo. 

Tetapi kita semua tentu akan menunggu momentum debat yang berkualitas tanpa harus menjatuhkan yaitu dengan beradu argumentasi, ide serta gagasan. Para pemilih masih memiliki banyak kesempatan untuk merenung dan berpikir kira-kira mana Presiden pilihan yang pas untuk Indonesia periode selanjutnya. 

Begitu juga para Paslon kedua kubu baik Jokowi dan Prabowo harus memanfaatkan kesempatan dengan baik untuk mengambil hati para pemilih. Oleh karena itu, di debat-debat selanjutnya diharapkan dapat sesuai dengan ekspektasi bukan hanya cari sensasi.

 Jangan baper karena berbeda pilihan politik, mengkritik bukan karena benci, memuji bukan karena diiming-imingi, hak konstitusional diberikan kepada rakyat, dan rakyat juga berhak mempertahankan idealisme sebagai hak pribadi.

Tulisan ini hanyalah opini pribadi, jika ada kesamaan atau perbedaan yang dirasakan, diperbolehkan untuk berdiskusi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun