Mohon tunggu...
Gabriella Lubis
Gabriella Lubis Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Gaby

halo

Selanjutnya

Tutup

Film

Aum! Cara Unik Mengobarkan Semangat Reformasi

26 Maret 2024   19:13 Diperbarui: 26 Maret 2024   23:11 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Pada bagian kedua film Aum!, terungkap bahwa ternyata seluruh adegan di atas merupakan film yang diproduksi oleh Linda (Agnes Natasya Tjie). Didasari oleh keresahannya akan pemerintahan orde baru, ia meminta Panca (Chicco Jerikho) untuk menyutradarai film tentang perjuangan mahasiswa untuk mewujudkan reformasi. Banyak tantangan harus dihadapi dalam pembuatan film ini, seperti perdebatan antara Linda dan Panca yang kerap berbeda pendapat, syuting yang tidak boleh menarik perhatian, hingga properti syuting yang sangat terbatas.


Mengangkat tema tentang kasus '98 bukanlah hal yang baru bagi dunia perfilman Indonesia. Akan tetapi, film karya Bambang Kuntara Mukti ini berhasil mengemasnya dengan cara yang menarik, di mana sekelompok mahasiswa menampilkan aksi mereka melalui sebuah film alih-alih mengikuti demonstrasi. Alur maju mundur dalam film ini sempat membingungkan penonton, terutama ketika peralihan dari bagian satu dan bagian dua. Namun, seiring berjalannya film, sutradara yang akrab disapa Ipoenk tersebut dapat membangun cerita yang semakin jelas untuk ditangkap penonton.


Dengan tema yang diangkat dalam film Aum!, pesan yang ingin disampaikan sudah jelas, yaitu tentang bagaimana pengorbanan mahasiswa yang tidak pernah menyerah untuk memperjuangkan reformasi. Ditambah dengan plot yang cenderung longgar, Aum! menjadi film yang mudah dimengerti. Selain itu, film ini berhasil menampilkan suasana yang sesuai dengan tahun 1998, terutama dari segi warna film yang cenderung redup dan buram.


Meskipun memiliki konflik yang tidak padat, film berdurasi 85 menit ini mampu membuat penonton tercengang dengan akhirnya yang tidak mudah ditebak. Akhir samar yang ditampilkan film ini meninggalkan kesan yang mendalam dan tidak terlupakan bagi penonton. Bahkan dari judulnya saja, film ini sudah dapat memikat penonton. Dengan satu kata yang tidak lazim, Aum! membuat penonton penasaran dan bertanya-tanya tentang isi film ini.


Sebagai konflik utama dalam film Aum!, kasus '98 merupakan kasus besar yang sangat kontroversial dan belum terselesaikan. Pemerintah mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa bukti-bukti konkret tidak dapat ditemukan atas kasus-kasus '98, tetapi pernyataan ini dibantah oleh banyak pihak (Sondang, dkk, 2007). Hingga saat ini, banyak pendapat dan teori konspirasi yang diyakini masyarakat tentang apa yang sebenarnya terjadi dan siapa pelaku di balik kasus tersebut. Maka, dibutuhkan keberanian yang besar untuk menggarap film dengan tema ini. Namun, di sisi lain, hal ini bisa menjadi daya tarik film karena mampu membuka ruang diskusi bagi penonton.


Film Aum! menggunakan konsep membuat film di dalam film. Konsep ini menjadi tantangan tersendiri bagi para aktor yang berperan. Mengingat hal itu, para pemeran dalam film Aum! dapat menampilkan akting yang berkualitas, terutama bagi Jefri Nichol dan Aksara Dena yang harus memerankan dan menjiwai dua karakter berbeda.


Pada hakikatnya, sebuah karya pasti tak luput dari kekurangan. Renggangnya plot dalam film ini dapat menjadi kelemahan terlepas dari kemudahannya untuk dimengerti. Bagian kedua film ini hanya menceritakan proses pembuatan film yang ditunjukkan pada bagian pertama. Plot cerita di tengah film yang cenderung datar membuat penonton bosan. Selain itu, tempat yang menjadi latar di film ini cukup sempit dan kurang bervariasi, sehingga mendorong suasana yang membosankan untuk disaksikan.


Pada bagian pertama film Aum!, terdapat adegan di mana Satriya dan Adam menari dengan menggunakan topeng harimau. Penonton dibuat bingung tentang makna dan maksud adegan ini ditampilkan. Sayangnya, adegan tersebut tidak diperlukan karena tidak mendukung apa pun selain membingungkan penonton.


Selama proses pembuatan film pada bagian kedua, kegiatan mereka diliput oleh jurnalis asal Amerika Serikat yang bernama Paul. Untuk mendukung jalan cerita tersebut, kamera dipegang oleh Paul agar menunjukkan gambaran dari sudut pandang Paul. Karena kamera dipegang oleh manusia dan bukan didirikan pada stand, kualitas video menjadi goyang dan tidak stabil. Hal ini tentu mengganggu kenyamanan penonton untuk menyaksikan film Aum!


Terlepas dari segala kekurangannya, film Aum! berhasil menyampaikan pesan dan nilai hidup yang sangat baik kepada penonton. Saya merekomendasikan film ini bagi orang yang tertarik dengan sejarah, terutama mengenai kasus '98. Anak-anak dengan umur di bawah 16 tahun tidak dianjurkan menonton film ini karena mengandung kekerasan dan kata-kata kasar yang tidak layak. Film ini juga tidak direkomendasikan bagi masyarakat yang memiliki trauma akibat kasus '98.

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun