Mohon tunggu...
Pendidikan

Selamatkan Keanekaragaman Hayati Indonesia!

30 Agustus 2018   00:47 Diperbarui: 30 Agustus 2018   01:03 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Halo, pembaca kompasiana!

Tentunya kita tidak asing dengan istilah illegal logging atau pembalakan liar. Illegal logging atau pembalakan liar tadi adalah kegiatan penebangan, pengangkutan dan penjualan kayu yang merupakan salah satu bentuk ancaman disekitar perbatasan yang tidak sah atau tidak memiliki ijin dari wilayah setempat. Kegiatan pembalakan secara liar tanpa kita tahu sering terjadi di negara kita Indonesia.

Faktanya pada tahun 2013 dari Kota Pematang Siantar ke Kota Tanjung Balai, Sumut terlihat adanya truk yang melaju membawa banyak bongkahan kayu ukuran besar dan panjang dan beratnya bisa mencapai puluhan ton memenuhi truk tersebut. Truk tersebut membawa kayu-kayu itu dari kawasan Kabupaten Simalungun, Kabupaten Tapanuli Selatan, dan Kabupaten Mandailing Natal (Madina).

Mereka membawa kayu-kayu tersebut menuju ke Pelabuhan Teluk Nibung, Kota Tanjung Balai. Kayu-kayu tersebut diolah lagi menjadi segiempat dan tampak seperti kayu sisa olahan agar tidak tampak mencolok, lalu kayu-kayu tersebut dibawa ke Pelabuhan Tanjung Balai, Pelabuhan Sibolga dan sebagian kecil dibawa ke Pelabuhan Belawan, Medan.

Setelah itu barulah kayu-kayu tersebut diselundupkan ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Australia, dan Cina dari jalur laut melewati Malaysia.

Namun, apakah pernah terlintas dipikiran kalian untuk mengambil sedikit potongan dari batang ataupun akar dari suatu tumbuhan dan memperbanyak tumbuhan tersebut dari batang ataupun akar yang kalian ambil? Teknik tersebut disebut sebagai teknik kultur jaringan. Kultur berarti budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama.

Kultur jaringan merupakan usaha memperbanyak tumbuhan menggunakan jaringan tumbuhan dalam media steril. Jaringan yang dipilih untuk melakukan kultur jaringan disebut eksplan. Eksplan yang umum digunakan berasal dari ujung meristematik tumbuhan, contohnya ujung batang, ujung kuncup aksilar, dan ujung akar.

Prinsipnya adalah memperbanyak tumbuhan secara vegetatif. Karena berbeda dengan tkenik konvensional, teknik kultur jaringan sering disebut sebagai kultur in vitro. Kata in vitro diambil dari Bahasa Latin yang berarti "di dalam kaca", disebut begitu karena jaringan dikembangkan dan dibiakkan di dalam sebuah botol kultur menggunakan medium dan kondisi tertentu.

Teori dasar dari teknik kultur jaringan adalah sifat totipotensi yang membuat semua organisme yang berhasil ditumbuhkan akan mempunyai sifat yang sama dengan induknya.

Sementara, Totipotensi merupakan kemampuan suatu sel untuk membelah dan menghasilkan individu baru. Hal tersebut diamati oleh F.C. Steward dari Cornell University pada tahun 1958 untuk pertama kali.

Percobaan yang dilakukan oleh Steward adalah menempatkan potongan jaringan floem wortel yang sudah berdiferensiasi ke dalam wadah berisi media untuk pertumbuhannya. Lama-lama jaringan floem tadi membelah dan berkembang menjadi akar multiseluler. Setelah itu, Steward menempatkan akar tadi ke dalam media pertumbuhan padat. Lama-lama, akar tersebut tumbuh menjadi tumbuhan dewasa.

Dari percobaan tersebut dapat dibuktikan pula bahwa jaringan dewasa juga bersifat totipoten atau menyimpan sifat yang dapat diwariskan sehingga memungkinkan untuk menjadi individu baru yang utuh. Sifat totipotensi inilah yang dimanfaatkan dalam penerapan aplikasi kultur jaringan.

Adanya teknik kultur jaringan adalah untuk mendapatkan bibit tanaman baru yang lebih baik, lebih cepat serta lebih banyak dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama dengan hasil tumbuhan baru yang seragam, memperbanyak tanaman sehingga sifatnya sama seperti induknya, mendaptkan tanaman baru yang bebas dari penyakit karena melalui tahapan secara aseptic, dan metode inisangatlah ekonomis serta komersial.

Kultur jaringan digolongkan menjadi sembilan jenis berdasarkan bahan tanaman yang dipakai. Jenis pertama adalah kultur embrio yaitu menggunakan biji atau embrio dengan dua macam aplikasi. Kultur emrio dapat mengatasi embrio karena adanya hambatan inkompatibilitan dan mempercepat psiklus pemuliaan untuk embrio yang lambat berkembang.

Jenis kedua adalah kultur endosperm yang dilakukan dengan menginduksi endosperm dengan tujuan membentuk kalus dan menghasilkan tanaman triploid. Jenis ketiga adalah kultur ovary  yang menggunakan inisiasi kultur embrionik somatik sebagai eksplan dan diharapkan dapat menghasilkan tanaman haploid.

Lalu ada kultur protoplas yang merupakan isolasi steril protoplas atau sel muda yang dilepaskan oleh diding sel menggunakan enzim dan biasanya kultur ini ditujukan untuk hibridisasi somatic. Kelima adalah kultur organ yang menggunakan setiap organ tumbuhan sebagai eksplan seperti tunas, ujung akar, dan pucuk. Setelah itu terdapat kultur biji yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi perkecambahan biji yang sulit untuk berkecambah secara in vivo.

Kultur kalus merupakan jenis kultur jaringan berikutnya. Kultur ini merupakan hasil dari induksi dan pertumbuhan aseptic secara in vitro. Kedelapan adalah kultur meristem atau shoot apex. Cutter (1965) membedakan meristem pucuk (apical meristem) dan tunas pucuk (shoot apex). Kultur pucuk dapat dimanfaatkan untuk meminimalisir penyakit dari tanaman karena titik tumbuh belum memiliki jaringan vaskuler pada bagiannya.

Dan yang terakhir adalah kultur anther dan pollen yang digunakan untuk menghasilkan tanaman haploid yang berasal dari spora yang monoploid, mikro spora yang belum matang, dan penting untuk tujuan pemuliaan. Kultur ini berhsail pada hamper semua jenis spesies.

Sebelum kita memulai untuk melakukan teknik kultur jaringan, perlu diketahui terlebih dahulu syarat-syaratnya sehingga teknik kultur jaringan yang dilakukan akan berhasil dengan baik. Yang pertama adalah pemilihan eksplan sebagai bahan dasar pembentukan kalus. Lalu eksplan bagaimana yang perlu kita gunakan?

Eksplan yang dapat kita gunakan seperti yang sudah ditulis tadi adalah yang diambil dari bagian daun, akar, mata tunas, kuncup, ujung batang, dan umbi yang jaringannya sedang aktif pertumbuhannya dan masih muda sehingga membantu perkembangan jaringan berikutnya dan akan lunak ketika ditusuk pisau.

Kedua, kita perlu memikirkan medium yang cocok, keadaan aseptic serta pengaturan udara yang baik khususnya untuk kultur cair. Dan yang ketiga, pilihlah bagian tanaman yang masih muda serta mudah tumbuh (meristem). Bila kita menggunakan embrio untuk melakukan kultur jaringan, jangan lupa untuk memperhatikan kematangan embrio, temperature, waktu imbibisi, dan dormansi.

Tahapan kultur jaringan secara umum dimulai dari pembuatan faktor penting dari kultur jaringan itu sendiri yaitu media kultur. Komposisi media yang digunakan bervariasi tergantung dari jenis tanaman apa saja yang akan diperbanyak. Kedua, intisiasi atau pengambilan eksplan dari suatu bagian tumbuhan, biasanya yang sering digunakan adalah tunas. Ketiga, sterilisasi yaitu melakukan kegiatan kultur in vitro dalam tempat steril menggunakan peralatan serta bahan yang steril pula.

Eksplan direndam dengan bahan kimia sterilan sehingga mikroba yang mengganggu eksplan dalam proses kultur jaringan mati. Multiplikasi kemudian dilakukan setelah sterilisasi selesai. Selama multiplikasi, calon tanaman diperbanyak dengan menanam eksplan pada media yang dibuat dari agar-agar dan sudah diperkaya dengan unsur mikro dan makro maupun hormon pertumbuhan lainnya. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan di laminar flow sehingga kemungkinan terjadinya kontaminasi pertumbuhan eksplan dapat dicegah.

Kelima, dilakukan pengakaran atau munculnya kalus pada eksplan yaitu pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Subkultur dapat dilakukan beberapa kali sampai kalus tumbuh menjadi plantlet. Dan yang terakhir, aklimatisasi untuk memindahkan eksplan yang sudah menjadi plantlet keluar dari ruang aseptic ke bedeng. Akar plantlet dicuci sampai bersih lalu ditanam dalam pot-pot kecil. Pot-pot kecil tersebut tidak dikenai sinar matahari secara langung, bila sudah tumbuh kuat baru tanaman ditanam di lahan pertanian atau tanah dan boleh terkena sinar matahari secara langsung.

Teknik kultur jaringan memiliki banyak manfaat antara lain kita dapat mendapatkan bibit setiap saat dan dapat dilakukan sepanjang tahun atau tidak bergantung pada musim. Bibit-bibit yang diproduksi tersebut dihasilkan dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang relatif cepat. Semua bibit yang dihasilkan mirip seperti induknya.

Dengan menggunakan organ tertentu, bibit-bibit yang dihasilkan dapat terbebas dari penyakit. Untuk mengangkut bibit-bibit tersebut biayanya lebih murah dan mudah. Selain itu dalam proses pembibitannya dapat terbebas dari gangguan hama, penyakit dan gangguan lingkungan lainnya. Kultur jaringan juga sangat berguna untuk menjaga kelestarian tanaman terutama tanaman yang terancam punah atau langka. Dalam bidang farmasi, kultur jaringan dapat menghasilkan senyawa metabolit sekunder dan senyawa tersebut didapat segera tanpa perlu menunggu tanaman tumbuh dewasa.

Tentu saja teknik ini tidak hanya memiliki sisi positif. Kultur jaringan juga mempunyai beberapa kerugian. Kerugian-kerugian tersebut antara lain bibit hasil yang rentan terhadap hama penyakit, teknik kultur jaringan yang dianggap mahal serta sulit terutama membutuhkan modal awal untuk laboratorium khusus, teknisi yang handal diperlukan agar pengerjaan teknik kultur jaringan memuaskan, dan akar produk kultur jaringan yang tidak kokoh.

Selain yang sudah disebut, kultur jaringan dapat menjadi kerugian terutama bila digunakan oleh orang yang salah. Negara-negara maju dapat mengambil sample dari suatu tumbuhan dan plasma nutfah yang dimiliki negara lain. Sample-sample tersebut dibawa kembali ke negara maju tersebut. Hal itu disebut sebagai biopiracy yang secara umum berarti praktik eksploitasi sumber daya alam dan pengetahuan masyarakat mengenai alamnya tanpa izin dan pembagian manfaat.

Secara garis besar istilah tersebut merujuk pada pencurian materi genetik untuk kepentingan komersial dan menguntungkan pihak-pihak tertentu. Enny Sudarmonowati, Seputi Bidang Ilmu Pengetahuan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menyatakan bahwa hingga saat ini belum kepastian berapa banyak potensi hayati yang dicuri oleh peneliti dari luar negeri yang kemudian dipatenkan di negeri mereka. Modus yang digunakan para peneliti asing ini untuk mendapatkan sampel adalah menjadi wisatawan dan masuk ke dalam taman nasional untuk berwisata lalu mengambil sampel dari akar, daun, kulit kayu, batang, hingga tanah.

Tindakan biopiracy inilah yang merugikan negara yang diambil sampel tanamannya. Dalam ulasan kali ini adalah Indonesia. Menurut data dari www.greeners.co yang diambil dari data LIPI pada tahun 2011, Indonesia memiliki 6.000 jenis tanaman bunga liar maupun yang dipelihara. Dari data milik Kemeterian Lingkungan Hidup pada tahun 2013, luas wilayah Indonesia sebesar 1,3% dari luas permukaan bumi yang juga berisi keanekaragaman hayati yang cukup tinggi hingga mencapai angka 17% dari seluruh jenis makhluk hidup yang ada di bumi.

Di dalam keanekaragaman hayati tersebut terdapat lebih dari 28.000 jenis tumbuh-tumbuhan , terdapat 400 jenis buah-buahan asli Indonesia yang bisa dimakan dan memiliki manfaat. Indonesia juga kaya akan jenis tanaman obat sebanyak kurang lebih 7.500 dan merupakan 10% dari tanaman obat yang ada di dunia.

Sangat disayangkan apabila keanekaragaman hayati negara Indonesia diambil sampelnya dan dipatenkan oleh negara lain melalui teknik kultur jaringan. Dengan dipatenkannya dan dikomersialkannya tanaman tersebut, negara-negara asing dapat mendapatkan keuntungan yang besar. Hal tersebut tentunya akan sangat merugikan Indonesia sebagai negara asli penghasil tanaman tersebut.

Pada Oktober 2014, Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati (CBD) menerapkan Nagoya Protocol yang bertujuan untuk memastikan jika negara-negara berkembang juga mendapatkan kompensasi yang cukup untuk penggunaan flora, fauna, dan mikroba oleh para ilmuwan asing yang ditandatangani 92 negara kecuali Cina dan Amerika Serikat.

Dengan adanya Nagoya Protocol, seharusnya Indonesia mampu memperkuat UU mengenai perlindungan dan pengawasan keanekaragaman hayati di negara Indonesia sehingga kecolongan potensi hayati dapat diatasi dan keadilan dapat ditegakkan serta Indonesia juga mendapatkan untung atau kompensasi dari potensi hayati tersebut.

Selain itu, dapat pula diadakan pelatihan kepada masyarakat Indonesia yang bergelut di bidang pertanian terutama kultur jaringan oleh teknisi asing yang sudah cakap dalam bidang tersebut sehingga teknik kultur jaringan di Indonesia dapat lebih maju dan berkembang dan tidak perlu lagi sampel-sampel kita dibawa ke luar negeri.

Dan yang utama untuk sekarang adalah mengedukasi masyarakat mengenai biopiracy serta kerugiannya sehingga masyarakat tidak mudah dibodohi dan tidak cuek kepada wisatawan asing yang datang dan menggali pengetahuan masyarakat lokal untuk kepentingan komersial negara wisatawan asing tersebut. Biopiracy inilah salah satu bentuk penjajahan di era modern saat ini.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah perkembangan teknologi di bidang pertanian salah satunya adalah kultur jaringan. Seperti koin yang memiliki dua sisi, teknik kultur jaringan dapat bermanfaat atau malah sangat merugikan. Salah satu bentuk teknik kultur jaringan adalah biopiracy yang kebanyakan dilakukan oleh negara-negara maju. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menggunakan teknologi dengan penuh bijak. Semoga dengan adanya esai ini Indonesia dapat lebih berkembang. Mohon maaf apabila ada salah kata. AMDG!

Sumber:

https://wahabmughnisaadillah.wordpress.com

http://www.medrec07.com

https://dosenbiologi.com

http://www.pintarbiologi.com

http://www.modulbiologi.com

http://www.mongabay.co.id

https://id.wikipedia.org

https://www.ilmudasar.com

https://www.greeners.co

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun