[caption id="attachment_373496" align="aligncenter" width="300" caption="Aksi para "][/caption]
8 Maret 2015 lalu, place de la République di Paris, Prancis disesaki para perempuan, laki-laki, bahkan anak-anak yang membawa spanduk menyuarakan berbagai isu terkait perempuan dan hak-nya. Hari itu adalah hari perempuan internasional. Dalam bahasa Prancis, hari itu lebih dikenal sebagai une journée des droit des femmes (hari peringatan hak-hak perempuan). Berbagai isu mulai dari menentang prostitusi sebagai bentuk kekerasan terhadap perempuan, perlindungan terhadap hak perempuan di tempat kerja dan penghapusan jam kerja di akhir pekan, perlindungan terhadap hak-hak LGBT, aksi menentang rezim diktatorial di Iran yang membuat banyak aktivis perempuan disana hingga saat ini masih terkurung di penjara, maupun aksi para femen, suatu kelompok voluntarisme feminis radikal asal Ukraina yang kerap menyuarakan isu anti korupsi, prostitusi dan agama dengan bertelanjang dada.
Sekitar 12 orang perempuan dari kelompok femen ini bertelanjang dada, memakai simbol agama seperti kerudung biarawati, kerudung muslimah maupun burka. Mereka berjejeran satu sama lain dan dengan tangan yang diborgol dan tergantung buku yang bersimbol lambang dari tiap agama (kitab suci), mereka berjalan beriringan dari Place de la République hingga Place de l'Hotel de Ville di Paris, menyuarakan isu agama yang 'memenjarakan' dan 'mendisiplinkan' tubuh perempuan dengan berbagai aturannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H