Mohon tunggu...
Inovasi

Masihkah Valid Menghitung Usia Tanaman Berdasarkan Jumlah Lingkaran Tahun pada Batang?

25 September 2017   19:23 Diperbarui: 25 September 2017   19:28 1238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Banyak orang menyimpulkan setiap satu lingkaran coklat tua dan satu lingkaran coklat muda merupakan satu tahun umur batang. Metode yang pernah digunakan untuk mengukur umur suatu pohon adalah dendrokronologi. "Dendrochronology is the dating and study of annual rings in trees."(http://ltrr.arizona.edu) Dendrokronologi adalah sains yang menganalisa pola pertumbuhan cincin tahunan pohon. Ketebalan cincin bisa bervariasi, bergantung pada pertumbuhan musiman.  Metode ini dapat diterapkan pada ilmu arkeologi untuk mengetahui usia benda-benda peninggalan yang menggunakan material kayu, misalnya panel lukisan, pilar bangunan, dan lain- lain.

"Ring-counting does not ensure the accurate dating of each individual ring. Numerous studies illustrate how ring-counting leads to incorrect conclusions drawn from inaccurate dating. Dendrochronologists demand the assignment of a single calendar year to a single ring. Various techniques are used to crossdate wood samples to assure accurate dating." (http://ltrr.arizona.edu)

Pada pernyataan tersebut telah dibuktikan bahwa kita tidak dapat mengetahui pasti umur suatu pohon hanya dengan menghitung jumlah lingkaran tahun. Jadi diperlukan beberapa metode lain untuk memperkuat bukti umur suatu pohon, diantaranya dengan membuat skeleton plot yang merupakan metode dasar untuk menentukan umur pohon dengan membuat sayatan tipis untuk mendapatkan garis-garis lingkaran tahun yang selengkap-lengkapnya. Selama proses identifikasi akan ditemukan beberapa variasi berkas lebar pada lingkaran tahun, variasi berkas gelap terang serta variasi kerapatan kambiumnya. Terdapatnya berbagai variasi pada lingkaran tahun ini disebabkan oleh lingkungan asal tanaman tumbuh yang bermacam-macam, ada yang tumbuh di tanah subur, tanah kering, daerah padang, tundra, dan lain sebagainya. Para ahli menyikapinya dengan menganalisis dan membuat skeleton plotsebagai kunci utama untuk mengetahui usia pohon yang sesungguhnya. Pendapat ini didukung oleh teori dari http://ltrr.arizona.edu,

"Variation in these rings is due to variation in environmental conditions when they were formed. Thus, studying this variation leads to improved understanding of past environmental conditions and is the basis for many research applications of dendrochronology."

Lalu apa kaitannya keadaan lingkungan tempat hidup pohon dengan terbentuknya lingkaran tahun? Menurut penulis lingkungan tempat hidup pohon menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah lingkaran tahun yang terbentuk. Diketahui bahwa pohon sendiri bisa hidup di berbagai macam jenis lingkungan, ada pohon yang tumbuh di padang rumput, hutan hujan tropis, bahkan tundra. Berbagai jenis lingkungan tersebut memiliki tanah dengan kadar unsur hara, air dan cahaya matahari yang berbeda-beda pula. Padahal seperti yang diketahui bersama, zat hara, air, dan cahaya matahari merupakan faktor utama pertumbuhan suatu tanaman. Pertumbuhan kambium sendiri dipengaruhi oleh aktivitas pembuluh xilem pengangkut air dan zat hara serta pembuluh floem pengangkut hasil fotosintesis yang dihasilkan oleh bantuan matahari. Semakin banyak cahaya matahari namun sedikit air ataupun sebaliknya tentu saja akan memberikan pengaruh terhadap seberapa lebar, warna, tebal lingkaran tahun yang terbentuk. Namun, terdapat pula kemungkinan- kemungkinan terjadinya anomali munculnya lingkaran tahun yang jumlahnya lebih dari satu setiap tahunnya. pada saat pohon hidup di bawah kondisi lingkungan yang sesuai yaitu di lingkungan yang kekurangan air dan zat hara. Ketika masih muda dan berukuran kecil jumlah air masih memadahi untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, sehingga dapat menghasilkan satu cincin per tahunnya (normal). Namun seiring bertambahnya usia dan luas permukaan pohon semakin besar, mengakibatkan pohon akan membutuhkan semakin banyak air, dan apabila karena berbagai alasan yang membuat persediaan air semakin menipis maka pada kondisi tersebut pohon akan memilih untuk menghasilkan beberapa cincin tipis setiap tahunnya daripada menghasilkan satu cincin tebal (seperti pada lingkaran tahun tanaman dikotil pada umunya). Dengan menghasilkan beberapa cincin tipis, tanaman tersebut berusaha untuk mengehemat sumber daya yang ada yaitu air yang langka serta kebutuhan pohon akan air yang belum tercukupi. Dengan begitu terdapat kemungkinan bahwa pohon dalam kondisi tertentu memiliki kemampuan untuk membuat pilihan antara membentuk satu lingkaran tahun yang tebal atau beberapa lingkaran tahun yang tipis selama hidupnya. Apabila tidak disadari, bisa saja anda mengira suatu pohon dapat tumbuh serta mencapai usia yang lebih lama di tempat yang kering daripada di lingkungan yang relatif baik dilihat dari jumlah lingkaran tahun yang banyaknya kurang lebih sepuluh kali lipat jumlah lingkaran tahun normalnya. Lalu pada tumbuhan yang hidup di lingkungan yang selalu sama, tidak berubah ubah tapi pertumbuhannya terus berlanjut, maka tumbuhan tersebut akan menghasilkan bentuk lingkaran tahun yang terlihat sama saja antara warna dan ketebalan padahal sebenarnya terdapat perbedaan. Pendapat ini didasarkan oleh teori, "Where the climate is uniform and growth continuous, as in wet, tropical forests, there is usually little or no gross visible contrast between the annual rings, although differences exist." (http://www.encyclopedia.com ) Maka dari itu ilmu dendrokronologi berfungsi untuk meneliti segala varietas dalam ketebalan lingkaran tahun untuk menghindari kesalahpahaman perhitungan.  

Telah diketahui bersama penyebab tidak akuratnya penghitungan lingkaran tahun untuk menentukan usia tanaman yaitu terjadinya perubahan musim yang tidak menentu. Berdasarkan teori yang telah dipaparkan timbulnya lingkaran tahun selain karena aktivitas kambium, juga dipengaruhi pula oleh musim. Perkembangan kambium pada musim hujan lebih cepat daripada pada musim kemarau. Hal ini menyebabkan sel yang terbentuk akan lebih lebar. Namun telah diketahui bahwa pergantian musim dan cuaca saat ini khususnya di Indonesia tidak lagi menentu. Tidak seperti dulu dimana musim masih bisa diperkirakan bahkan dipastikan seperti musim hujan di Indonesia yang dimulai dari bulan Oktober sampai Maret, dan musim kemarau pada bulan April sampai September. Namun terjadinya global warming yang berdampak luas ini, termasuk pula pada perubahan cuaca dan iklim yang menjadi tidak menentu. Pendapat ini didukung oleh teori dari web http://ilmuhutan.com ,

"Perubahan temperatur atmosfer akibat efek dari global warming menyebabkan kondisi fisis atmosfer menjadi tidak stabil dan menimbulkan terjadinya anomali-anomali terhadap parameter cuaca yang berlangsung lama. Dalam Jangka panjang anomali-anomali parameter cuaca tersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim."

Dampak perubahan iklim sendiri sangatlah banyak, salah satunya menyebabkan terjadinya pergeseran musim dan perubahan pola curah hujan yang dapat terjadi tanpa diprediksi. Kembali lagi pada lingkaran tahun yang terbentuk karena pengaruh musim, terjadinya glogal warming tentu saja mempengaruhi proses pembentukan lingkaran tahun. perlu diingat bahwa lingkaran pohon sangat sensitif terhadap suhu dan cuaca. misalnya setiap enam bulan sekali di Indonesia normalnya, pohon akan membentuk satu warna terang, dan enam bulan berikutnya warna gelap yang kemudian disebut satu lingkaran tahun dan berukuran tebal. Namun karena global warming membuat cuaca menjadi tak beraturan maka yang terjadi adalah pembuatan lingkaran tahun yang tak beraturan pula. Saat musim kemarau yang terlalu lama membuat pohon harus menghemat air sehingga tidak mampu membentuk lingkaran tahun yang tebal, dan karena hasil fotosintesis yang menumpuk maka lingkaran akan dominan berwarna gelap saja. Karena cincin yang tebal mengindikasikan tahun yang hangat dan cincin yang tipis mengindikasikan tahun yang dingin atau kering, maka para ahli dapat menggunakan pola cincin tahun untuk mempelajari perubahan iklim.

Jadi kesimpulannya, menghitung usia pohon berdasarkan jumlah lingkaran tahunnya sudah tidak lagi valid digunakan. Beberapa alasan yang memperkuat pendapat ini diantaranya karena adanya pengaruh kondisi lingkungan tempat tanaman hidup yang beragam, mulai dari yang subur sampai yang kering. Kedua, karena perubahan musim yang sudah tidak lagi bisa diprediksi, sedangkan proses pembuatan lingkaran tahun ini sangat sensitif dengan musim. Juga karena setiap pohon memiliki pilihan untuk membuat satu cincin tebal per tahunnya atau beberapa cincin tipis. Meskipun saya menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan artikel ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya. Akhir dari penulisan artikel ini saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dan berpartisipasi dalam menyusun artikel ini.

Campbell, Neil A. 2003. Biologi Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
http://ilmuhutan.com/efek-global-warming-khususnya-terhadap-perubahan-iklim/
http://ltrr.arizona.edu/about/treerings
http://www.encyclopedia.com/plants-and-animals/botany/botany-general/annual-rings

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun