Tau ngga sih, ada orang yang bisa mabuk karena makan nasi? Yapz... Lebih tepatnya mabuk karena mengonsumsi karbohidrat. Penyakit ini disebut dengan "Auto-brewery Syndrome" atau dalam bahasa Indonesianya "Sindrom pembuatan bir otomatis". Hal ini membuat orang yang menderita "Auto-brewery Syndrome" menjadi mabuk karena mengonsumsi nasi, roti, dan makanan yang mengandung karbohidrat lainnya.Â
Namun, karena minimnya pemahaman orang mengenai sindrom ini, penderita sering dianggap sebagai orang yang mabuk-mabuk an dan banyak orang yang tidak percaya bahwa mereka mengonsumsi karbohidrat, lalu menjadi mabuk. Selain itu, sindrom ini sulit untuk di diagnosis dan banyak kasus mengatakan banyak penderita sindrom ini yang ditangkap polisi karena kadar alkohol yang tinggi saat berkendara. Oleh karena itu, mari kita menjelajah lebih dalam mengenai "Auto-brewery Syndrome".
Apa itu "Auto-brewery Syndrome (ABS)"?
Bobak J. dkk (2019) menyebutkan bahwa "Auto-brewery Syndrome" atau dapat disebut "usus fermentasi" adalah sindrom langka yang disebabkan oleh pertumbuhan ragi atau bakteri berlebih pada usus sehingga menyebabkan terjadinya fermentasi etanol di usus. Hal ini menyebabkan, saat penderita mengonsumsi karbohidrat yang merupakan sumber glukosa diubah menjadi alkohol melalui proses fermentasi. Hal ini berarti, proses respirasi sel yang seharusnya terjadi untuk menghasilkan energi malah menjadi proses fermentasi yang menghasilkan alkohol endogen dan menyebabkan penderita menjadi mabuk.
Gejala dari "Auto-brewery Syndrome (ABS)"?
Gejala dari sindrom ini, antara lain:
- Mabuk walaupun tidak mengonsumsi alkohol
- Toleransi terhadap alkohol menjadi berkurang atau lebih mudah mabuk walau hanya mengonsumsi sedikit alkohol
- Kelelahan
- Mudah pusing
- Mual
- Cara bicaranya menjadi tidak jelas
- Susah untuk konsentrasi dan mudah lupa
- Cegukan
Apa saja penyebab "Auto-brewery Syndrome (ABS)"?
Penyebab dari "Auto-brewery Syndrome" adalah banyaknya jumlah mikroorganisme yang terdapat di usus, seperti jamur/ ragi dan juga dapat disebabkan oleh bakteri. Mikroorganisme atau patogen yang berhubungan dengan lambung, cairan duodenum, dan kultur tinja atau feses mampu menyebabkan sindrom ini. Umumnya "Auto-brewery Syndrome" disebabkan oleh Candida sp., Torulopsis glabrata, dan Saccharomyces cerevisiae. Jamur atau bakteri ini memiliki kecenderungan untuk memproduksi alkohol dari glukosa yang dapat disebut dengan proses fermentasi.
Siapa yang dapat menderita "Auto-brewery Syndrome (ABS)"?Â
Sindrom ini dapat diderita oleh semua orang, baik lansia maupun anak kecil. Bahkan terdapat kasus mengenai bayi yang meninggal karena mengonsumsi susu formula dan terdapat kelebihan produksi Candida sp. .Namun, kita tidak mungkin terlahir dengan sindrom langka ini, kecuali kita menderita suatu kondisi yang membuat "auto-brewery syndrome" ini muncul. Berikut ini adalah alasan-alasan yang dapat meningkatkan kemungkinan kita menderita "auto-brewery syndrome":
- Efek samping penggunaan antibiotik (terdapat kasus yang menjelaskan infeksi antibiotik dan Helicobacter pylori menyebabkan seseorang menderita sindrom ini)
- Diabetes
- Obesitas
- Sistem imun yang rendah
- Pola makan yang tidak baik
- Penderita Inflammatory bowel disease (peradangan usus yang ditandai dengan iritasi)
Bagaimana diagnosis dari "Auto-brewery Syndrome (ABS)"?
Diagnosis dari penyakit ini cukup sulit dan tidak terdapat tes yang spesifik. Pada banyak kasus, penderita dari "auto-brewery syndrome" melakukan berbagai pemeriksaan, tapi tidak mendapatkan hasil. Hal ini disebabkan oleh kurangnya penelitian mengenai sindrom ini.
Namun, apabila kita merasakan gejala dari ABS, kita dapat melakukan self-diagnosis atau diagnosis mandiri untuk "Auto-brewery syndrome" dengan cara hanya mengonsumsi glukosa dan tidak mengonsumsi makanan lain sebelumnya. Â Lalu, satu jam kemudian kita bisa memeriksa level alkohol dalam darah kita dengan menggunakan "breathalyzers". Kemudian, kita dapat memeriksakannya ke dokter untuk memastikannya. Sehingga, kita bisa mendapatkan penanganan lebih lanjut dari dokter. Biasanya dokter akan memeriksa kadar alkohol dengan cara memberikan glukosa setelah menganjurkan kita untuk tidak mengonsumsi makanan lain sebelumnya. Selanjutnya, ia akan melakukan penelitian lebih lanjut.
Apa saja penanganan atau pengobatan dari "Auto-brewery Syndrome (ABS)"?
Penanganan atau pengobatan untuk "auto-brewery syndrome", antara lain:
- Tidak mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, gula, dan alkohol
- Mengonsumsi obat anti-jamur (dengan resep dokter)
- Menjaga pola makan
- Memakan makanan yang tinggi serat
Sindrom "auto-brewery syndrome" adalah sindrom yang sangat unik. Walaupun sindrom ini terlihat tidak seserius sindrom-sindrom yang lain, tapi sindrom ini dapat sangat berpengaruh besar dalam kehidupan sehari-hari kita, seperti hubungan kita, pekerjaan, dan juga yang paling penting adalah keamanan kita, seperti saat kita berkendara dengan kondisi mabuk. Oleh karena itu, apabila kita merasakan gejala dari sindrom ini. Sebaiknya, segera melakukan self-diagnosis terlebih dahulu, lalu memastikannya dengan diagnosis dokter. Sehingga kita mampu segera mendapatkan penanganan, seperti pola makan yang harus diikuti, konsumsi obat, dan lain sebagainya dari dokter.
Referensi
Cordell, B., & McCarthy, J. (2013). A Case Study of Gut Fermentation Syndrome (Auto-Brewery) with Saccharomyces cerevisiae as the Causative Organism. International Journal of Clinical Medicine .
Eske, J. (2020, Februari 4). MedicalNewsToday. Retrieved from Auto-brewery syndrome: Everything you need to know: https://www.medicalnewstoday.com/articles/auto-brewery-syndrome
Iftikhar, N. (2018, November 2). Healthline. Retrieved from Auto Brewery Syndrome: Can You Really Make Beer in Your Gut?: https://www.healthline.com/health/auto-brewery-syndrome
J, B., L., O.-Z., J., E., & Thomas. (2019). Drunk Without Drinking: A Case of Auto-Brewery Syndrome. ACG Case Reports Journal, 1-2.
Nabila, A. (2021, November 24). HelloSehat. Retrieved from Inflammatory Bowel Disease (IBD): https://hellosehat.com/pencernaan/radang-usus/inflammatory-bowel-disease/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H