Mohon tunggu...
GABRIELLA SWASTIKASITEPU
GABRIELLA SWASTIKASITEPU Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Content creator

Content creator

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bukan Pelakor

9 Agustus 2021   21:41 Diperbarui: 9 Agustus 2021   22:32 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama 6 bulan kami hanya melakukan pertemuan di luar rumah. Aku memasuki ruang tamu dan melihat foto pernikahan mereka. 

Aku hanya tersenyum. Jam sudah menunjukkan pukul 20.00, kami sedang asyik berbincang, tiba-tiba Mas Jaya masuk begitu saja tanpa mengucapkan sapaan. Dia kaget melihatku, terlihat matanya langsung terbelalak.

"Mas, udah pulang, katanya pulang nya besok pagi" Istrinya membantu membawakan tas kerjanya. Aku hanya tersenyum menatapnya. Mas Jaya masih mematung.
"Aku pikir kamu pulang besok, aku ajak Via nginap mas" lanjut Istri Mas Jaya.
"Karena Pak Jaya sudah pulang, saya juga permisi saja ya Bu, terimakasih makanannya." Kataku berdiri dari kursi.
"Jangan mbak, nanti abis mandi Mas Jaya antar kamu pulang" kata Istrinya. Aku mengangguk.
Kami lanjut berbincang sambil menunggu Mas Jaya selesai mandi.
"Nah itu mas Jaya udah selesai. Kalian hati-hati ya"

Suasana di dalam mobil begitu mencekam. Baik aku maupun Mas Jaya tidak ada yang memulai pembicaraan. Tidak ada pilihan, aku harus memulai.

"Kita gak bisa gini terus mas. Apapun masalah yang ada di keluarga kamu, jangan lari ke hati perempuan lain. Sakitnya bukan di aku, tapi di anak dan istri kamu. Kamu yang memilih pernikahan itu, kamu juga harus menerima apapun kondisi terburuk di dalamnya. Aku harap kamu bisa ngerti dengan keadaan yang sekarang. Kita tetap jadi rekan kerja yang baik." ternyata begitu kalimatku habis, rumahku juga sudah sampai.

"Maaf mengecewakan semuanya" kata Mas Jaya, air matanya jatuh.

"Aku gak masalah mas, aku gak akan mungkin sekejam itu merebut kamu dari keluargamu. Aku selalu ada kok kalo kamu butuh teman cerita." Aku memeluknya.

"Maafkan aku..."dia mempererat pelukannya.

"It's okey mas. Aku gak marah, gak benci, aku bisa nerima semuanya. Istri kamu jangan sampe tau hal ini mas, aku gak mau merusak hubungan kami yang udah mulai dekat. Okee.. see you tomorrow"
Aku melambaikan tangan, mas Jaya tersenyum dan pulang.

Kaki ku langsung gemetar, air mataku mengalir deras. Sial, aku sangat mencintainya. Kuhabiskan sisa malam ini dengan menumpahkan air mata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun