Mohon tunggu...
Gabriella Sherry
Gabriella Sherry Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

no desc

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anak Anak di Ujung Tanduk : Eksploitasi Orang Tua di Tengah Kota

15 Desember 2024   23:53 Diperbarui: 16 Desember 2024   00:00 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pengemis anak-anak adalah masalah yang cukup fenomenal di kalangan masyarakat saat ini. Di daerah tempat saya tinggal banyak sekali anak-anak yang dibawa oleh orangtuanya untuk mengemis di jalan raya. Beberapa dari orangtua itu membawa anak mereka sambil mengemis untuk menarik simpati dari para pengendara kendaraan bermotor yang berhenti di lampu merah. Sebagian lainnya, menyuruh anaknya juga untuk mengemis sehingga mereka mendapatkan hasil berlipat ganda. Tidak hanya mengemis, terkadang beberapa dari mereka juga berjualan ditengah jalan raya. Terkadang, orang tuanya hanya melihat anak-anak mereka mengemis sembari duduk di pinggir jalan. Hal ini cukup ironis untuk dilihat. Anak-anak mencari uang disaat orang tuanya hanya duduk bersantai di pinggir jalan, bahkan tidak peduli jika sesuatu yang buruk terjadi kepada anaknya di jalan raya itu.

Seharusnya, anak anak itu seharusnya berada di sekolah untuk belajar dan menimba ilmu. Namun, banyak dari mereka tidak bisa bersekolah karena membantu perekonomian keluarga dan memenuhi kebutuhan hidup dengan mengemis. Padahal, pemenuhan segala kebutuhan anak adalah tugas utama orangtua. Tetapi kenyataannya, mereka malah mengeksploitasi anak mereka untuk mendapatkan uang, disaat yang sama mereka hanya bersantai. Bahkan tak jarang mereka memukul anak mereka karena mendapat uang kurang dari yang diharapkan.

Banyak faktor yang menjadi penyebab hal ini terjadi di lingkungan sekitar kita. Pertama, kemiskinan struktural. Dikutip dari Selo Soemardjan, kemiskinan yang dialami oleh suatu golongan masyarakat karena suatu struktur sosial masyarakat yang tidak bisa ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Banyak orang tua mengirim anak mereka untuk mengemis di jalan raya karena kemiskinan yang mereka alami. Sayangnya, karena tidak ada perkembangan keterampilan atau pendidikan yang dimiliki, mereka terus terjebak dalam lingkaran kemiskinan. Akhirnya, budaya kemiskinan ini akan diwariskan ke anak cucunya.

Kedua, kurangnya akses pendidikan yang dapat diraih. Tidak sedikit dari anak anak pengemis jalanan yang mempunyai mimpi untuk bersekolah setinggi tingginya dan keluar dari lingkaran kemiskinan. Tetapi, mimpi mereka banyak terhalang oleh keadaan ekonomi keluarga. Banyak sekolah yang memberlakukan SPP yang tidak wajar atau kualitas sekolah yang rendah sehingga menghalangi mereka untuk bersekolah. Tidak jarang juga orangtua mereka menganggap pendidikan itu hal yang tidak penting untuk dilakukan. Akhirnya, mereka dipaksa untuk bekerja sehingga tidak memiliki kesempatan untuk bersekolah dan mengubah kualitas hidup keluarga.

Ketiga, eksploitasi anak. Banyak sekali anak-anak yang merupakan korban eksploitasi orang tua mereka atau orang dewasa yang memiliki kendali besar dalam hidup anak anak tersebut. Anak anak ini dipaksa oleh orangtuanya untuk bekerja dan memiliki penghasilan dengan mengemis yang kemudian hasil mengemis tersebut harus diserahkan ke orangtuanya. Bahkan beberapa dari mereka mempunyai target penghasilan yang harus dipenuhi anak-anak itu. Mereka akan menghukum anak anaknya ketika anak-anak tersebut membawa pulang uang yang kurang dari target yang sudah ditentukan.

Banyak dampak negatif yang dapat terjadi dari mengemis pada anak-anak. Mereka rentan terhadap berbagai bentuk eksploitasi, tak jarang dari mereka akan menjadi korban human trafficking dan kekerasan pada anak. Hal ini akan mempengaruhi mereka dalam kesehatan fisik dan psikologisnya dan terbawa sampai mereka dewasa. Anak-anak ini akan kehilangan masa bermain dan mengembangkan diri sehingga mereka tidak memiliki potensi besar dalam dirinya.

Berbagai pihak terutama pemerintah harus memiliki langkah tegas untuk mengurangi bahkan menghilangkan pengemis anak anak sehingga hal ini tidak akan menjadi permasalahan sosial dan ekonomi di masa yang mendatang serta ancaman bagi generasi muda Indonesia. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi isu social ini.

Pertama, program pendidikan yang terjangkau. Pemerintah dapat bekerja sama dengan berbagai organisasi sehingga dapat menyediakan pendidikan terjangkau bagi semua anak. Kedua, pemberdayaan ekonomi keluarga. Selain memberikan kredit usaha mikro, program pelatihan kerja dan entrepreneurship perlu untuk dilaksanakan sehingga kredit mikro yang diberikan dapat berdaya guna dan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat.

Ketiga, menghadirkan pelayanan perlindungan anak yang lebih kuat. Pemerintah bekerja sama dengan banyak lembaga sosial untuk menghadirkan program pelayanan perlindungan anak yang terintegrasi. Hal ini mencakup layanan konseling, layanan kesehatan, tempat perlindungan, serta program rehabilitasi trauma bagi anak anak korban eksploitasi tersebut. Terakhir, penegakan hukum terhadap eksploitasi anak. Pemerintah dapat menindak dan mengawasi secara hukum dengan tegas terhadap pihak yang mengeksploitasi anak-anak untuk kepentingan ekonomi.

Menangani permasalahan ini membutuhkan keterlibatan tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat. Upaya bersama yang aktif dari semua pihak akan membantu menciptakan masa depan yang layak bagi anak-anak pengemis dan memastikan generasi mendatang tumbuh dengan hak-hak mereka yang terpenuhi dan dapat mengembangkan potensi mereka secara maksimal.

Oleh

Nama   : Gabriella Sherry Martha Nathania Situmorang

Universitas      : Universitas Airlangga

Fakultas           : Ekonomi dan Bisnis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun