Mohon tunggu...
Gabriella Nathania
Gabriella Nathania Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa FISIPOL UKI

Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Reunifikasi Semenanjung Korea

7 November 2020   16:50 Diperbarui: 7 November 2020   16:55 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandangan Korea Selatan dalam memperjuangkan reunifikasi khususnya dalam memasuki abad ke-21 tercemin pada kebijakan pemerintah Korea Selatan yang gencar mengadakan promosi dan kerjasama dengan Korea Utara. 

Dalam kerangka hubungan Korea Utara dan Korea Selatan, Korea Utara konsisten menempatkan upaya tercapainya reunifikasi Korea sebagai sasaran utama dalam politik luar negerinya. 

Pemerintah Korea Utara berpendirian bahwa reunifikasi hendaknya diwudjudkan dalam bentuk "Republik Konfederasi Demokrasi Kroyo" dengan formula "Satu Bangsa, Satu Negara, Dua Sistem dan Dua Pemerintahan" yang berawal dari gagasan Kim Il Sung yang dicetuskan pada bulan Oktober 1980. 

Dalam konteks inilah terselenggaranya KTT Inter-Korea (Korea Utara-Korea Selatan) tanggal 13-15 Juni 2000 yang menghasilkan "Deklarasi Bersama" Utara-Selatan dapat ditempatkan sebagai momentum bagi upaya reunifikasi Korea serta terpilihnya perdamaian dan keamanan di semenanjung Korea. 

Presiden Korea Selatan Roh Tae-Woo menginginkan suatu upaya-upaya yang diharapkan dapat dilakukan pada bulan Juni 1988 untuk memperbaiki hubungan antara Korea Utara dan Selatan yang mengalami ketegangan secara berkepanjangan. 

Upaya-upaya yang dilakukan pada bulan Juni tersebut adalah program family reunification (penyatuan kembali keluarga Korea yang terpisah), dibukanya ruang perdagangan antara Korea Utara dan Korea Selatan, serta forum-forum pembicaraan tingkat internasional yang dianggap sangat penting dalam mempertemukan keduanya. 

Presiden Roh Tae-Woo, pidatonya untuk menjalin unifikasi. di sidang Majelis Umum PBB. Indonesia sebagai negara yang punya relasi baik dengan Korut dan Korsel sesungguhnya punya potensi untuk menjadi jembatan konflik kedua negara. Akan tetapi, Indonesia tidak terlihat menjadi aktor yang penting sepanjang konflik berlangsung. 

Duta besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Chang beom mengapresiasi peran Indonesia dalam Proses penciptaan perdamaian di Semenanjung Korea. 

Dalam diskusi mengenai situasi terkini semenanjung Korea yang diselenggarakan Kedubes Korea selatan dan the Habibie Center di Jakarta, Dubes Kim menyebut inisiatif Presiden Joko Widodo untuk mengundang pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dalam peringatan 30 tahun kemitraan ASEAN-Korea Selatan pada 2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun