Karakteristik dari media baru dapat dikatakan sebagai tahapan-tahapan yang terjadi pada saat pembentukan media baru. Sebelum memahami terkait karakteristik ini, kita perlu memahami terlebih dahulu apa itu media baru.
 New media atau Media baru merupakan jenis media yang muncul akibat dari suatu inovasi teknologi di bidang media, seperti satelit, televisi kabel, komputer, dan sebagainya (Croteau, 1997 dalam Kurma, 2005). Sehingga, dari sinilah terciptanya bentuk-bentuk karakteristik dari media baru akibat inovasi pada bidang media.
- Pengertian dari Media Baru
Pemahaman terkait media baru digambarkan sebagai konten yang memanfaatkan segala jenis teknologi komputer demi melakukan komunikasi elektronik. Media ini saling berhubungan satu dengan lainnya akibat dari kehadiran teknologi internet.Â
Secara konseptual, new media sering kali dianggap sebagai bentuk proses budaya masyarakat terkait nilai sosial dan transformasi di dalamnya.
Menurut Denis McQuail kehadiran media baru mampu menjadi wadah atau sarana penghubung pesan komunikasi agar lebih terpusat dan mudah diterima agar terjadi interaksi di antara para aktor komunikasi.Â
Dikarenakan 'kebaruan' inilah, yang menjadikan new media dengan media konvensional seperti majalah, koran, radio, dan sebagainya.
Terdapat beberapa istilah lain dalam definisi media baru. Media baru sebagai bentuk hiburan, pola konsumsi media, dan menawarkan suatu pengalaman baru melalui layanan multimedia seperti virtual layar misalnya.Â
Selain itu sebagai sarana pembentukan integrasi pada budaya media, regulasi, kontrol, akses, dan lain-lain.
Berikut beberapa karakteristik dari media baru (Martin Lister dkk, 2009 dalam Widodo, 2020). Pertama, digitalisasi pada proses komunikasi sehingga memungkinkan untuk informasi yang diterima, disimpan, dan ditransmisikan.Â
Selain itu, terjadi pula konvergensi dari bentuk-bentuk informasi dan menggabungkannya dengan beberapa sistem seperti audiovisual dan sebagainya.
Ke-dua, tingkat interaktif dari pengguna media meningkat karena media baru memiliki kecenderungan sebagai sarana interaksi dua arah sehingga memungkinkan konsumen serta pengguna saling berinteraksi secara langsung. Hal ini juga dapat dilihat pada saat kita memposting sesuatu pada media baru, maka akan muncul suatu timbal-balik yang kita terima, dan timbal-balik tersebut justru akan jauh lebih banyak dan lebih luas jangkauannya.
Ke-tiga, Hyper-textual yang memungkinkan untuk menghubungkan suatu laman atau situs dengan laman lainnya. Maksudnya adalah memungkinkan dalam memberikan koneksi tidak berurutan pada suatu situs website melalui teknologi komputer.Â
Oleh sebab itu, kecenderungan karakteristik ini memungkinkan pengguna lebih mandiri serta individual.
Karakteristik ke-empat yaitu dengan adanya media baru memungkinkan terjadinya globalisasi suatu budaya.Â
Manusia serta informasi yang berapa pada media baru jauh lebih banyak dan luas, melihat dari jaringan informasi yang digunakan adalah teknologi internet. Sehingga akan ada kemungkinan terjadinya berbagai implikasi sosial, seperti kekuasaan pada media.
Selanjutnya yang ke-lima adalah terciptanya realitas baru dan sangat berbeda dari media-media lain.Â
Karakteristik virtual memungkinkan penggunanya untuk melihat secara langsung suatu kondisi sehingga terasa nyata, didorong dengan adanya efek audiovisual yang memadai. Suatu realitas akan terasa lebih 'hidup' walaupun pada kondisi sebenarnya adalah ruang media 'non-hidup'.
Terakhir, ke-enam yaitu perubahan menjadi sebuah simulasi. Yang dimaksud pada tahap ini ialah segala sesuatu dalam media ini dapat dilihat dengan jelas, makanya tahap simulasi ini sering kali disebut sebagai tahap selanjutnya dari dunia virtual sebelumnya.Â
Simulasi ini merupakan dunia buatan yang bergantung pada algoritma di mana peristiwa atau lingkungan ini terjadi.
PS :Â Versi audio bisa didengar melalui Link ini
Sumber tambahan :
Kurmia, N. (2005). Perkembangan teknologi komunikasi dan media baru: Implikasi terhadap teori komunikasi. Mediator: Jurnal Komunikasi, 6(2), 291-296.
Simarmata, S. (2014). Media baru, ruang publik baru, dan transformasi komunikasi politik di Indonesia. Jurnal Interact, 3(2), 18-36.
Widodo, Yohanes. (2020). Buku Ajar : Jurnalisme Multimedia. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H