Internet merupakan koneksi global dengan berbagai protokol di dalamnya demi menghubungkan berbagai perangkat antar dunia, seperti jaringan privat, akademik, pemerintah, dan sebagainya.Â
Hypertext oleh Ted Nelson sekitar tahun 1960-an. Ide ini muncul akibat keinginannya dalam mengelola serta mengatur dokumen koleksi dari seluruh catatannya pada masa perkuliahan nya dahulu.Â
Kemudian temuan ini mengalami perkembangan di mana Ted mulai mengusung konsep atau proyek yang memungkinkan siapapun memasukkan referensi apapun selama referensi yang dimasukkan adalah aslinya (Widodo, 2020 h.3-4).
Kehadiran internet di dunia diawali dengan peluncuran satelit Sputnik oleh USSR dan pembentukan departemen di bidang sains dan teknologi milik Amerika (Widodo, 2020 h.4).Â
Melalui departemen ini, terbentuklah jaringan komunikasi berbasis komputer yakni ARPANet yang kemudian beroperasi pada tahun 1969. Jaringan inilah yang menjadi tonggak awal kehadiran internet.Â
Pada tahun 1970 hingga 1974, ARPANet mengalami perkembangan karena kehadiran koneksi, simbol '@', dan video text yang memungkinkan penyajian konten foto, grafis, dan sebagainya (Widodo, 2020 h.5).
Tidak dapat dipungkiri, ARPANet mengalami kemunduran pada 1980-an akibat ditemukannya bug atau virus sehingga muncul BITNET, pengenalan DNS, serta TCP/IP (Widodo, 2020 h.6).Â
Perluasan jaringan internet juga menjadi faktor mulai menghilangnya ARPANet. Lalu pada 1983, surat kabar Knight-Ridder menciptakan Viewtron yakni sebuah sistem yang mampu menyalurkan berbagai berita kepada para pembacanya melalui media elektronik.Â
Perkembangan terjadi pula, di mana penyedia internet Prodigy memungkinkan pelanggan langsung menerima berita yang ada, hanya dengan login pada komputer mereka. Yang kemudian pada pertengahan 1990-an, diluncurkannya situs World Wide Web oleh CNN, The Chicago Tribune, dan sebagainya (Sanburn, 2011 dalam Widodo, 2020 h.6).
Spesifikasi pada berita mulai terjadi sejalan dengan perkembangan WWW saat itu. Hingga tahun 2003 sampai 2004 muncul platform yang disebut sebagai blog.Â
Pertama kali ditulis oleh Salam Pax, dengan pembahasan terkait bagaimana kondisi dari peperangan di Iraq pada masa itu. Kemudian di tahun 2008, ponsel atau gadget menjadi sarana fasilitas internet serta media online bagi masyarakat (Widodo, 2020 h.8). Mulai dari sinilah, internet masuk serta menjadi hal yang sangat populer kalau itu.
Selanjutnya, perkembangan internet terkhusus di Indonesia juga dimulai pada tahun 1990-an. Berbeda dari negara Asia lain, internet hadir di Indonesia melalui sebuah komunitas kecil dengan nama jaringan paguwuban atau Paguyuban Net (Saputra, 2005 h.1-2).Â
Paguyuban ini dibuat oleh salah satu anggota Asosiasi Radio Amatir Indonesia dan seorang mahasiswa Indonesia yang saat itu tengah belajar di Kanada.Â
Jaringan atau koneksi yang digunakan adalah jaringan frekuensi radio dengan panjang gelombang 2 meter dan melalui sistem 'store and forward' email serta bulletin board. Penggunaan PC/XT sebagai gateway komunikasi Indonesia Kanada dengan domain bernama ampr.org.
Hal ini kemudian menjadi faktor pembentukan berbagai proyek penghubung ke dunia oleh pemerintah Indonesia (Saputra, 2005 h.2). Proyek pertama yakni JASIPAKTA dengan sponsor oleh LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Indonesia) sehingga memungkinkan hubungan antara LAPAN dengan DLR (Aeronautika dan Antariksa milik Jerman).Â
Jaringan atau frekuensi radio yang digunakan oleh JASIPAKTA yakni sepanjang 70 cm. Lalu proyek kedua oleh pemerintah adalah IPTEKNET dengan sponsor BPPT serta terhubung ke DLR melalui X.25.Â
Dari sini hadir IndoNet di Jakarta, yang merupakan penyedia layanan internet komersial pertama pada pertengahan tahun 1994 (Saputra, 2005 h.2).Â
Pada masanya, IndoNet dianggap mampu memperkenalkan teknologi bagi reta pengguna baru di Indonesia. Walaupun saat itu IndoNet hanya mampu melakukan koneksi dial-up pada provider luar negeri melalui media up streaming.
Pada era saat ini, penggunaan internet sudah banyak digunakan sebagai pendukung jalannya interaksi antar individu dengan yang lain. Pemanfaatan internet ini juga bukan lagi sebagai suatu hal yang tabu untuk di bahas atau gunakan.Â
Salah satu pemanfaatan internet dalam kehidupan sehari-hari yaitu apabila kita perlu melakukan survey. Survey berbasis internet dianggap lebih murah, cepat, dan canggih (Fricker & Schonlau, 2002 h.362).Â
Melakukan survey berbasis internet akan lebih cepat dibandingkan dengan melakukan survey secara langsung. Hal ini sejalan dengan siapapun dapat dengan langsung mengisi survey tanpa harus mengenal si pembuat survey. Selain itu, mereka dapat mengisi survey dimanapun dan kapanpun selama masih memiliki koneksi atau jaringan internet.
Melakukan survey berbasis internet juga akan lebih 'murah' untuk dilakukan karena tidak perlu mengeluarkan biaya. Meskipun, terdapat survey yang berbayar tergantung pada besar kecilnya survey (Fricker & Schonlau, 2002 h.363).Â
Lebih mudah dilakukan dan lebih baik merupakan keunggulan lainnya dari survey berbasis internet. Lebih mudah artinya pembuatan survey hanya perlu mengikuti arahan dari website yang digunakan (Fricker & Schonlau, 2002 h.364).Â
Sedangkan lebih baik dimaksudkan bahwa survey berbasis internet mampu menggabungkan berbagai jenis komponen pada survey. Misalnya jawaban dalam bentuk kata, pilihan, persentase, dan sebagainya dapat digunakan pada satu survey (Fricker & Schonlau, 2002 h.362-363).
DAFTAR PUSTAKA
Fricker, R. D., & Schonlau, M. (2002). Advantages and disadvantages of Internet research surveys: Evidence from the literature. Field methods, 14(4), 347-367.
Saputra, F. A. (2005). Internet Development in Indonesia: A Preview and Perception. Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya, 28.
Widodo, Yohanes. (2020). Buku Ajar : Jurnalisme Multimedia. Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H