Penulis
Fajri Rezyana Firdausy, Firlyatul Riska Putri, Gabriella Listyani, Muhammad Raia Al Ayubi Rafsanjani, Muhammad Syahri, Salsabila Ananda Ekaputri
Di era yang serba maju ini, siapa sih yang nggak tau arti hangout? kalau kata  remaja masa kini sih 'nongkrong'. Hangout atau nongkrong ini merupakan salah satu hal yang disukai banyak orang, terutama kaum muda.Â
Bagi mereka, nongkrong dianggap sebagai ajang berkumpul, bermain, bahkan healing untuk melepas penat bersama teman atau orang-orang terdekat.Â
Cafe merupakan salah satu tempat yang cocok buat nongkrong. Saat ini, kafe tidak hanya digunakan sebagai tempat untuk mengerjakan tugas bagi siswa/ mahasiswa saja, tetapi juga menjadi tempat rapat bagi para pekerja kantoran (Kabalmay, 2016).
Pesatnya pertumbuhan kafe menyebabkan pendapatan di sektor usaha bidang kuliner, khususnya kafe, menjadi meningkat pesat. Maka, tak heran jika pebisnis di bidang kuliner banyak yang memulai usahanya dengan mendirikan kafe.Â
Persaingan yang ketat ini membuat para owner kafe kian giat bersaing dalam mendirikan kafe. Berbagai inovasi dan ide konsep dituangkan untuk menciptakan suasana yang nyaman dan seunik mungkin sehingga menarik perhatian pengunjung.
Disamping maraknya keberadaan kafe dengan berbagai konsep, banyak kafe yang mengangkat konsep alam dengan tanaman hijau sebagai elemen utamanya. Sayangnya, hanya memperhatikan keunikan dan seringkali kurang ramah lingkungan, hingga memberikan banyak dampak negatif.Â
Oleh karena itu, konsep arsitektur hijau dirasa sangat tepat karena konsep ini memberi solusi terhadap permasalahan iklim lingkungan melalui pendekatan sains bangunan. Tidak hanya untuk mengurangi dampak negatif yang merugikan alam tetapi juga tetap memperhatikan  kenyamanan sehingga bisa menarik atensi masyarakat. Â
Banyak aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam merancang pembangunan kafe dengan penerapan arsitektur hijau, seperti posisi bangunan, ketinggian bangunan, fitur bangunan, dan lain sebagainya.Â
Nah, artikel ini akan menjelaskan tentang bagaimana penerapan arsitektur hijau pada bangunan kafe tanpa merugikan manusia dan lingkungan disekitarnya, serta cara menerapkan konsep arsitektur hijau dengan baik tanpa melupakan pentingnya nilai seni atau estetika pada kafe itu sendiri.
Kafe-kafe baru yang ada di lingkungan kita pastinya unik-unik dan punya ciri khas masing-masing. Seperti temanya yang berbau-bau 80-an, 90-an, bertema dunia sketsa, ataupun yang modern. Semuanya memberikan rasa nyaman dan vibe yang berbeda-beda bukan? Tetapi bagaimana jika desain kafe dengan tema dan keunikan masing-masing tersebut, desainnya menggunakan konsep arsitektur hijau?Â
Dalam beberapa tahun ini, arsitek banyak yang menerapkan dan berusaha mengembalikan konsep arsitektur di Indonesia pada konsep yang alami atau ramah lingkungan.
Apa sih sebenarnya arsitektur hijau itu? Arsitektur hijau memiliki artian yang sangat luas karena juga memiliki banyak cabang atau faktor sebagai pendorongnya.Â
Secara singkatnya, arsitektur hijau adalah salah satu cara atau metode perancangan ulang struktur bangunan dengan tujuan bangunan tersebut memiliki dapat yang sangat minimal bagi lingkungan.Â
Nah, arsitektur hijau juga menjadi start awal para arsitek mengusahakan sustainability atau keberlanjutan. Isu tersebut sebenarnya sudah menjadi masalah yang cukup lama semenjak ketamakan manusia sehingga mengeksploitasi alam demi memenuhi kebutuhannya.
Balik lagi nih, keberagaman kafe. Tidak hanya suasana yang dibentuk, tetapi juga luas ruangan, ruangan yang digunakan terbuka atau tertutup, dan lainnya. Bagi wilayah beriklim tropis, pasti tidak akan percaya atau sulit membayangkan bila di masa mendatang, berbagai bangunan tidak lagi memanfaatkan Air Conditioner (AC) sebagai pendingin ruangan.Â
Sedangkan, banyak dari kita yang mengunjungi kafe cuma buat ngadem. Biasanya, kalau gerah sedikit, kegiatan seperti hangout, meeting, bahkan nugas nggak bakal bertahan lama. Maka dari itu, dengan konsep arsitektur hijau ini, kita diajak untuk move on dari AC.
Kafe yang dirancang tidak harus outdoor, bisa saja indoor. Sirkulasi bisa saja dibuat mengalir secara alami. Untuk itu, penting memperhatikan peletakan jendela sebagai ventilasi. Pertukaran udara harus sering terjadi karena tanpa disadari, banyak "udara kotor" yang dihasilkan dari tubuh kita sendiri saat berada di dalam ruangan lho. Sirkulasi alami yang dihasilkan oleh peletakan ventilasi yang baik, menjadi salah satu tolak ukur bangunan dengan konsep arsitektur hijau yang ditetapkan oleh Green Building Council Indonesia pada sistemnya yaitu sistem Greenship.
Gambar 1. Sketsa Desain Interior Kafe Hijau
Apa ya yang dimaksud dengan sirkulasi tidak baik itu? Manusia menghasilkan berbagai gas dan panas, maka tidak heran dimana semakin banyak manusia di dalam sebuah ruangan, akan semakin panas walaupun sudah menggunakan AC. Nah, salah satu gas yang kurang baik adalah CO2. Jika perputaran udara hanya antar manusia-manusia secara terus-menerus dalam suatu ruangan tersebut dalam jangka waktu yang panjang, maka hal tersebut tidak lagi menjadi hal yang baik dan memiliki dampak di waktu yang akan datang.
Sirkulasi yang baik yaitu udara masuk melalui jendela, ventilasi, ataupun pintu yang terbuka. Setelah udara dingin masuk, jika ada panas yang dihasilkan oleh tubuh manusia, maka udara suhu rendah tersebut akan naik. Lalu, udara tersebut akan terbuang keluar melalui ventilasi atas. Tidak hanya pada ruangan dimana pengunjung duduk dan berdiam di dalamnya, tetapi juga pada bagian tangga, WC, dan lobi atau tempat pengunjung memesan.
Desain kafe yang tertutup dan tanpa AC ini, tidak melupakan salah satu tolok ukur penting juga dalam konsep arsitektur hijau. Hal tersebut ialah pencahayaan alami. Seperti yang tertulis pada daftar tolok ukur sistem Greenship tadi, pencahayaan alami yang dimaksud adalah minimal 30% luas ruangan yang dipenuhi oleh aktivitas manusia, mendapatkan intensitas cahaya matahari sebesar 300 lux (GBCI, 2010).Â
Di siang hari, kafe dapat mengandalkan cahaya matahari, sehingga dapat dibuat atap kaca atau bahkan ruangan kaca. Nah, di siang hari itu, juga dapat menyimpan energi cahaya matahari mengingat iklim negara kita, yaitu tropis, sehingga intensitas cahaya yang diterima dari matahari besar. Pada malam hari, kafe dapat memberdayakan energi listrik dari energi cahaya matahari tersebut.
Tidak hanya dalam mengusahakan sustainability, meminimalisir dampaknya bagi lingkungan, menjaga kesehatan para pengunjung dan pekerja, tidak ketinggalan, kafe dengan konsep arsitektur hijau ini juga memberikan pengunjungnya experience karena suasananya yang baru dan kenyamanan dengan gaya baru.Â
Selain peletakan jendela, ternyata posisi, orientasi, ketinggian, dan bangunan juga termasuk aspek yang perlu diperhatikan dalam penerapan konsep arsitektur hijau.Â
Apa sih pentingnya posisi bangunan? Nah, dalam konsep arsitektur hijau, posisi bangunan harus bisa beradaptasi terhadap peredaran matahari, sehingga mampu mengurangi transmisi atau perpindahan panas yang dapat mengakibatkan suhu ruangan dalam menjadi naik.Â
Tak jauh berbeda dengan manfaat memperhatikan posisi bangunan, orientasi bangunan pada kafe berkonsep arsitektur hijau diharapkan dapat memaksimalkan pemanfaatan cahaya matahari, misalnya sebagai penerang ruangan di siang hari, sehingga menghemat pemakaian listrik. Ketinggian bangunan.Â
Pada konsep arsitektur hijau, standar ketinggian bangunan dapat meminimalisir radiasi panas dari matahari ke plafon dengan membuat rancangan bangunan yang mendukung perpindahan secara konveksi dengan maksimal.Â
Terakhir, penerapan kafe dengan konsep arsitektur hijau dapat memaksimalkan pemanfaatan fitur bangunannya, baik dari segi lahan maupun material. Tidak hanya itu, tetapi menjadikan kafe menjadi bangunan yang sadar energi. Gimana maksudnya? Bangunan yang sadar energi adalah bangunan yang mampu memanfaatkan sumber daya alam di lingkungan sekitarnya, namun tetap mempertimbangkan dampak yang akan ditimbulkan.
Gambar 2. Warkop Brewok 11, Jl. Trs. Candi Mendut No. 37, Mojolangu, Kec. Lowokrawu, Kota Malang, Jawa Timur
Gambar 3. Es Kopi Boss, Sentra Kopi, Jl. Ikan Tombro Jl. Sudimoro, Mojolangu, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur
Kesimpulannya, persaingan yang ketat ini membuat para owner kafe kian giat bersaing dalam mendirikan kafe dengan berbagai penemuan dan konsep yang nyaman serta seunik mungkin untuk menarik perhatian pengunjung.Â
Disamping maraknya eksistensi kafe menggunakan aneka macam konsep, banyak kafe yang mengangkat konsep alam dengan tanaman hijau sebagai elemen utamanya, namun hanya memperhatikan keunikannya dan seringkali kurang ramah lingkungan.Â
Untuk itu, penerapan arsitektur hijau di bangunan kafe dan cara menerapkan konsep arsitektur hijau dengan baik tanpa melupakan pentingnya nilai seni dan estetika di kafe tepat untuk dilakukan.
Selain dapat meningkatkan kualitas udara, konsep arsitektur Hijau juga merupakan konsep yang unik dan mampu menarik perhatian pengunjung loh.
Jadi, penerapan perencanaan pembangunan kafe dengan pendekatan arsitektur hijau sangat penting dilakukan demi kebaikan pemilik, pembeli, dan lingkungan. Oleh karena itu marilah para pemilik kafe merencanakan konsep desain kafe dengan pendekatan arsitektur hijau.Â
REFERENSIÂ
Dewi, Winda S. P.. 2019." PERENCANAAN HOTEL DENGAN KONSEP
ARSITEKTUR". Diakses dari
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/8758-Full_Text.pdf
Heryuntia, A., Brigitta, B., Faiz, F., Putra, G. A., Iswati, T. Y., Setyaningsih, W.
2020, Juli. "Ventilasi Alami Sebagai Strategi Arsitektur Hijau Pada
Bangunan tinggi studi Kasus Pada Desain apartemen umum di Kota
Madiun". Senthong. Diakses pada 6 Oktober 2021, dari
https://jurnal.ft.uns.ac.id/index.php/senthong/article/view/1211.
Prasetyo, A. S. (n.d.). "Bab V Konsep Perancangan. Teknik Arsitektur FT
Mercubuana". Diakses pada 6 Oktober 2021, dari
http://teknikarsitektur.ft.mercubuana.ac.id/wpcontent/uploads/sites/29/201
5/06/bab-5-r.ram-prasetyo.pdf.
S. Winarno. 2010, Juni. "Green Building Council Indonesia greenship rating tools
GREENSHIP new building version 1.0". Academia.edu. Diakses pada 6
Oktober 2021, dari
https://www.academia.edu/30082903/GREEN_BUILDING_COUNCIL_I
NDONESIA_GREEN_BUILDING_COUNCIL_INDONESIA_GREENS
HIP_RATING_TOOLS_GREENSHIP_NEW_BUILDING_Version_1_0.
Salaswari, U., Suroto, W., Nirawati, M. A. 2020. "Penerapan Prinsip Arsitektur
Hijau Pada Pusat pelatihan olahraga Penyandang disabilitas di surakarta".
Senthong. diakses pada 5 Oktober 2021, dari
https://jurnal.ft.uns.ac.id/index.php/senthong/article/view/1090.
Setiawan, E. O., Chandra, A. 2019. "ANALISA ARSITEKTUR RAMAH
LINGKUNGAN KAFE TERAS RUMAH SURABAYA". Diakses dari
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/11724/36_Analis
a%20Arsitektur%20Ramah%20Lingkungan%20Kafe%20Teras%20Ruma
h%20Surabaya.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Sulistiawan, Agung Prabowo, dkk. 2018, November. "PENERAPAN GREEN
MATERIAL DALAM MEWUJUDKAN KONSEP GREEN BUILDING
PADA BANGUNAN KAFE". Vol.2 No.3 (halaman 157). Diakses dari
http://jurnal.universitaskebangsaan.ac.id/index.php/arcade/article/view/44/
103
Febrianto, R. S. (2019). KAJIAN METODE DAN KONSEP BENTUK ARSITEKTUR HIJAU PADA BANGUNAN RUMAH TINGGAL. KAJIAN METODE DAN KONSEP BENTUK ARSITEKTUR HIJAU PADA BANGUNAN RUMAH TINGGAL. Published. https://www.lppm.itn.ac.id/webmin/assets/uploads/lf/LF202101170001.pdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H