Playoff 2014 adalah panggung pertama di mana Damian Lillard memperkenalkan dunia pada Dame Time. Di game keenam seri melawan Houston Rockets, Blazers unggul 3-2. Dengan waktu tersisa 0,9 detik di kuarter keempat, Portland tertinggal 98-96 dan membutuhkan keajaiban.
Bola dilemparkan dari out-of-bounds kepada Lillard yang berdiri di luar garis tiga poin. Dalam satu gerakan mulus, Lillard menangkap bola, melompat, dan melepaskan tembakan sebelum buzzer berbunyi. Bola meluncur sempurna masuk ke dalam ring. Moda Center bergemuruh, pemain berlari ke arah Lillard, dan dunia menyaksikan lahirnya salah satu tembakan paling ikonik dalam sejarah NBA.
Tembakan itu bukan hanya sekadar kemenangan. Itu adalah pernyataan bahwa Lillard adalah pemain clutch sejati yang tak takut mengambil resiko.
Clutch Time: Oklahoma City Thunder (2019)
Jika tembakan melawan Houston adalah pengantar, maka playoff 2019 melawan Oklahoma City Thunder adalah klimaks yang mengukuhkan status Lillard sebagai raja clutch.
Di game kelima, skor imbang 115-115 di detik-detik terakhir kuarter keempat. Dengan waktu tersisa 13 detik, bola berada di tangan Lillard. Paul George, salah satu defender terbaik liga, menempel ketat. Namun, Lillard tetap tenang. Ia menggiring bola perlahan hingga detik terakhir, kemudian mengambil langkah mundur yang sangat jauh, sekitar 37 kaki (11 meter), dan melesatkan tembakan tiga angka.
Bola meluncur sempurna melalui jaring, membawa Portland menang 118-115 dan menyegel kemenangan seri 4-1. Namun, yang membuat momen itu semakin epik adalah reaksi Lillard. Alih-alih selebrasi besar, ia hanya memberikan ekspresi dingin tanpa emosi. Kemudian, ia melambai kepada para pemain Thunder, mengucapkan “goodbye” dalam bentuk isyarat.
Tembakan ini adalah simbol dari keberanian, kepercayaan diri, dan ketenangan yang luar biasa. Bagi para penggemar, itu bukan hanya kemenangan Portland, itu adalah perayaan Lillard sebagai pemain yang mampu menghadapi tekanan dengan gaya elegan.
Makna di Balik “It’s Dame Time”
Selebrasi “It’s Dame Time” tidak hanya menggambarkan kepercayaan diri Lillard, tetapi juga dedikasinya terhadap permainan. Ketika banyak pemain merasa gugup dalam momen besar, Lillard justru berkembang dan menunjukkan ketenangan luar biasa.