*Pendekatan berbasis target versus berbasis nilai*
Di tengah percaturan kompetisi negara dan bangsa maka perusahaan perlu memilih nilai dalam aktivitasnya.
Alissa Wahid menulis di Kompas halaman 10 Minggu 4 Desember 2022 dengan judul Value 20 karena di dalam dunia bisnis pendekatan berbasil nilai telah menggantikan pendekatan target.
Pendekatan ini kerap menjebak organisasi menggadaikan atau menabrak etika moral. Dia menjelaskan _the rule is not the rule_ alias menghalalkan cara efektif mendapatkan hasil.
Dia menuliskan pertemuan G20 tahun 2022 telah usai. Ada side event dari G20 adalah Values 20 yang dicetuskan di G20 2020 Arab Saudi. Penggagas utamanya paradigma berbasis nilai (value based Paradigm).
Values 20 (V20) adalah forum untuk memperbincangkan bagaimana *nilai-nilai luhur* menjadi bagian penting dari penataan hidup bersama dunia ini sebagai desa besar.
_*Pendekatan berbasis nilai*_ menggantikan *pendekatan berbasis target* yang kerap menjebak perusahaan menggadaikan atau menabrak etika moral.
Pendekatan berbasis target mengarahkan organisasi ke prinsip _*the rule is no rule*_ ataukan halalkan segala cara.
V20 2022 menggunakan kerangka berpikir Value Based Approach Sustainability Compass dengan empat dimensi utama peradaban planet bumi yang diadaptasi dari empat arah mata angin yaitu _*nature, economy, society and wellbeing.*_
_*Pendekatan berbasis nilai adalah keinginan kembali ke Hukum positif*_
Almarhum Profesor Soetandio dari Unair mengusulkan di seminar law enforcement setelah reformasi di tahun 2023 hukum di Indonesia yang mengacu ke hukum Belanda perlu kembali ke Hukum Positif.
Hukum Positif adalah hukum yang berlaku di Taman Firdaus ( _The Garden of Eden_ ). Memang ini menjadi Das Sollen (It should be).
_*Hukum Positif adalah salah satu nilai dalam Spirituality*_
Jelaslah membahas spiritual bukanlah membahas agama atau ayat agama. *Spiritualitas adalah cara membangun relasi dengan sang Pencipta.*
Membangun relasi dengan sang Pencipta adalah mau memahami nilai-nilai spiritual yang salah satunya adalah penerapan hukum positif melalui pendekatan berbasis nilai.
Jadi sangat banyak aspek dari kehidupan manusia yang dapat dilihat ketika mau membangun universal spirituality.
*Doa bersama umat beragama dengan lintas agama menjelang G-20*
_*Spiritualitas bukanlah membicarakan agama. Salah satu masuk ke diskusi sangat awal spiritualitas adalah melalui sharing agamanya masing-masing. Banyak jalan dan pintu menuju cara membahas Universal Spirituality.*_
Ada banyak level dan banyak WAG Spirituality yang disesuaikan dengan jam terbang dan level sharing dan berdiskusi spiritual menuju level makrifat atau sufi
Mendagri Tito melalui staf ahlinya yang merupakan teman sekelas saya di SMP dan SMA sangat bisa mengelaborasikan maksud pak Jokowi dan menlu Retno agar semua bangsa di dunia mau  hand in hand membangun semangat bersama dalam mengatasi semua kebuntuan dalam mau kerjasama.
Ketegangan dan sikap tidak mau kerjasama di pasca covid karena berebut vaksin dan akibat perang Ukraina dan Soviet telah mengkotak-kotakkan masing-masing bangsa. Sekaligus telah membuat setiap negara memilih mau survive lebih dahulu karena ingin mementingkan diri sendiri (ego) terlebih dahulu. Semua ingin cari selamat duluan ketimbang mau saling membantu.
Presiden Jokowi mau mengubah paradigma dunia dari hanya mau memikirkan *I* menjadi *We* melalui pertemuan ke -17 G-20 dengan mau membangun *Universal Spirituality*.
Pertama kali dalam sejarah pertemuan G-20 ada doa bersama dari semua agama yang merupakan *dasar dan pilar membangun Univeral Spirituality*.
NU sangat piawai dalam mendukung semangat ini. Paus Fransiskus menuliskan doa bersama yang dibacakan Wakilnya dalam doa bersama.
_*Generasi Alpha dengan Diversity Spirit*_
Ternyata Generasi Alpha yang lahir di tahun 2010 sampai 2024 sangat memprioritaskan _*diversity dan pendidikan*_. Secara otomatis generasi Alpha akan cepat memahami Universal Spirituality dalam kehidupan mereka.
_*Selamat mengolah kembali universal spirituality melalui pendekatan berbasis nilai dan hukum positif kembali*_
Terimakasih.
Oleh:
Gabriel Chanfarry H
28 Desember 2022
_*Founder of Universal Spirituality Communities*_
Note:
*Catatan pinggir perjalanan paguyuban alumni AIMers Indonesia*
_*Artikel ini ditulis berdasarkan diskusi hangat mengenai apa itu agama dan apa itu spiritualitas di WAG IAAIMI tanggal 28 Desember 2022. Apakah perlu mengkaitkan atau tidak mengkaitkan ayat dalam masing-masing agama dalam membahas universal spirituality*_
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H