"Ngagetin, kukira guru," sontak Devran.
"Aduh, kalian ini pasti main game lagi kan!," kata Yana.Â
"Iyalah, ngapain lagi emang kalo ga main game gabut banget di kelas!," ceplos Gio.Â
"Udah, udah.. kenapa yan?," tanya penasaran Aditya.Â
"Oke guys jadi gini kita kan ada tari dari bali nih, nah aku butuh bantuan kalian buat jadi peran Kecak nya itu yang nanti bilang cak cak cak gitu loh. Terus salah satu dari kalian ada yang jadi Hanoman ya karena icon dari tari Kecak ini selain penari perempuan juga ada Hanoman nya," ucap Yana menjelaskan.Â
"Lah, kalo gitu peran perkap, dokumentasi, dll gimana dong?," tanya Aditya.Â
"Perannya tetap kaya biasa kok, kalian cuman bantu pas tari doang soalnya kan tari bali itu setelah tarian Jawa setelah kalian tampil tugas kalian tetap kaya biasa, lagian dokumentasi juga kan tetap bisa ngejalanin tugasnya sebelum pentas, kalo pas pentas nanti ganti-gantian aja." balas Yana.Â
Penjelasan Yana hanya didengar oleh beberapa siswa laki-laki di kelas seakan-akan Yana berbicara layaknya angin yang hanya lewat atau guru sering mengucapkan masuk kuping kiri keluar kuping kanan yang artinya penjelasan yang diberikan sama sekali tidak didengar dan hanya lewat diingatan tanpa dipahami. Disisi lain ada siswa laki-laki yang tidak ingin menjadi peran tersebut dengan alasan malas dan sebagainya, dan pada dasarnya siswa laki-laki memang sulit diatur dibandingkan dengan perempuan, selain sulit diatur mereka juga susah untuk menuruti dan menaati apa yang selalu diperintahkan.
"Kok tiba-tiba banget sih kita semua harus ambil peran?," tanya Bastian.
"Ini berarti kita harus latihan," saut Stefan.
"Iya tuh males banget mau ikut latihan nya, yang jadi Hanoman siapa lagi?," tanya Glen.