Mohon tunggu...
Gabriel Abastian
Gabriel Abastian Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

mengasihi sebagaimana Allah mengasihi Situs ini membagikan pembahasan-pembahasan terkait teologi, pengetahuan umum, renungan pribadi dan pengalaman perjalanan iman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Melupakan Allah

5 Juni 2024   22:04 Diperbarui: 5 Juni 2024   23:35 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Renungan

Gabriel

Manusia Melupakan Sang Pencipta

Roma 1: 18-32

Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.

Roma 1:18.

Murka Allah dari surga benar-benar diberikan kepada mereka yang hidup dengan cara yang tidak pantas. Hidup yang tidak pantas tidak lain adalah melupakan Sang Pencipta. Manusia harusnya menyembah Sang Penciptanya, namun faktanya telah menggantikan Allah dengan ciptaan dan segala hal yang dibuat oleh tangannya sendiri.

Perlu diketahui bahwa murka Allah disini sangat unik dan itulah cara Allah di mana seolah-olah manusia tidak mendapatkan murkanya padahal tanpa disadari manusia sedang menerima dan menjalani murka Allah.

Rasul Paulus dengan tegas memberitahukan bahwa "Allah menyerahkan"

Roma 1:24, 26, 28 (TB) 

Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka.

Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar.

Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas:

Hal ini merupakan bentuk penghakiman Allah secara rohani. Penghakiman-penghakiman rohani, dari semua penghakiman, adalah penghakiman yang paling pedih, dan yang harus paling ditakuti.

Sungguh amat menyedihkan jika Allah tidak mau campur tangan lagi dalam hidup manusia dan menyerahkan manusia ke dalam hawa nafsu, keinginan hati yang sangat menjijikkan. Hal ini bukan berarti Allah jahat. Allah justru baik dan memberikan kebebasan kepada manusia untuk menentukan pilihannya, tapi sayang pilihan manusia justru membawa dampak yang sangat buruk bagi dirinya sendiri.

Oleh karenanya, mari kita perhatikan hidup kita dengan seksama, jangan sampai kemarahan Allah dinyatakan dalam bentuk "Penyerahan," oleh karena kebejatan kita dan pikiran kita yang sia-sia di mana Allah tidak mau lagi mengurusi hidup kita.

Jika ada perbuatan dosa yang kita lakukan mari segera kembali dan sadar diri bahwa itulah kondisi kita yang sudah jatuh dalam dosa, selalu cenderung melakukan yang jahat. Oleh karenanya dengan keadaan yang seperti itu kita tidak bisa kembali dengan kekuatan kita sendiri.

Paulus dengan tegas mengatakan bahwa hanya dengan kekuatan Injil yang dapat menyelamatkan hidup kita dari hawa nafsu, keinginan-keinginan yang terkutuk.

Allah tidak akan sekali-kali menyerahkan dan membiarkan kita berjalan sendiri ketika kita menerima dan percaya terhadap Injil Allah.

Orang yang percaya kepada Injil akan sadar bahwa hidupnya adalah hidup yang bergantung pada Injil tersebut. Bergantung berarti mengikuti apa yang diajarkan oleh Injil.

Jika penghakiman Allah yang menyerahkan manusia kepada hawa nafsu duniawi merupakan sesuatu yang menyedihkan dan memilukan masihkah kita mempertahankan keinginan kita sendiri daripada Allah ??

Amin.

GBU..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun