Mohon tunggu...
Gabriel Abastian
Gabriel Abastian Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

mengasihi sebagaimana Allah mengasihi Situs ini membagikan pembahasan-pembahasan terkait teologi, pengetahuan umum, renungan pribadi dan pengalaman perjalanan iman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sikap Hidup terhadap Harta

12 Oktober 2023   13:59 Diperbarui: 12 Oktober 2023   14:10 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://kalam.sindonews.com/read/785917/70/sejarah-harta-karun-berikut-kisahnya-diabadikan-dalam-al-quran-1654099617

 

Matius 6:19-24 (Sikap terhadap harta)

Saudara-saudara, ketika kita memperhatikan kehidupan manusia di muka bumi ini kita akan melihat bahwa demi untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing setiap orang berlomba-lomba untuk mencari uang atau harta kekayaan dalam berbagai macam pekerjaan. Hal inilah yang membuat banyak orang pada akhirnya tegila-gila dengan harta duniawi yang dimilikinya.

Artinya bagi sebagian besar orang mengejar harta duniawi itu harus dan wajib karena jika tidak maka kehidupan tidak akan terpenuhi.

Nah. Jika kita menyelidikinya lagi mengapa hal seperti ini bisa terjadi ?

1. Mungkin sebagian orang menjawab bahwa itulah tuntutan dunia, dan

2.sebagian menjawab tanpa uang kita tidak bisa hidup di dunia ini. Jadi untuk hidup di dunia ini kita harus punya uang.

3.Sebagian lagi mungkin menjawab selama masih hidup kita harus mencari uang sebanyak mungkin supaya anak cucu kita nanti tidak hidup susah (atau dengan kata lain, itu adalah warisan bagi anak-anaknya).

4. Mungkin juga sebagian menjawab bahwa jika tidak memiliki uang/harta kita tidak akan bisa menikmati hidup ini.

5. Mungkin juga orang akan menjawab harta itu penting untuk nama baik atau kehormatan.

Saudara-saudara ini adalah beberapa kemungkinan yang saya sampaikan dari banyak kemungkinan yang yang lain yang tidak saya sebutkan.

Dengan adanya kemungkinan inilah akhirnya terbentuklah sebuah slogan yang terkenal yang mengatakan bahwa waktu adalah uang. Slogan ini mengindikasikan bahwa kita harus mempergunakan waktu kita sebaik mungkin untuk menghasilkan uang.

Maka dengan sangat gamblang bahwa harta itu menempati posisi pertama dalam hidup manusia. Hartalah yang menjadi prioritas utama dalam hidup manusia.

Nah karena harta yang menjadi prioritas utama dalam hidup manusia maka tidak heran yang disampaikan sedikit-sedikit pasti menyangkut keuangan. Benar atau tidak ? (Dijawab dalam hati masing-masing). Oleh karena itu manusia tidak lagi menjadi manusia karena manusia berpikir secara materialistik.

Dalam konteks orang Kristen biasanya hal ini dijadikan sebagai alasan untuk memenuhi kebutuhan jasmani demi untuk mendukung kegiatan rohani. Oleh karena itulah sering ada istilah berkat jasmani dan rohani (biasanya kalau makanan itu disebutkan sebagai berkat jasmani dan firman Tuhan biasanya berkat rohani). Jika kita pelajari secara seksama saudara-saudara. Sebenarnya semua berkat itu adalah berkat rohani ketika kita menerimanya dengan syukur.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan.. Mari kita perhatikan lagi bahwa ada paradoks yang terlihat jelas di sini yang terkait dengan keuangan atau harta.

Di sisi lain kita percaya bahwa semua kekayaan material yang Tuhan berikan itu adalah berkat untuk kita manusia namun di sisi lain harta itu juga akan sangat membahayakan dalam hidup kita. (Akan dibahas pada poin berikutnya.

Harta adalah sesuatu yang berlimpah, yang dengan sendirinya sangat bernilai dan berharga, atau setidaknya menurut pendapat kita sangat berharga. Namun, harta itu juga dapat menghalang-halangi jalan kita menuju kehidupan kekal.

Masalah harta ini tidaklah muncul baru-baru ini, artinya sejak zaman dulu sudah terjadi banyak sekali masalah yang terkait dengan harta. Bahkan pada zaman Tuhan Yesus ini juga menjadi masalah yang sangat serius. Itu sebabnya Tuhan Yesus perlu untuk membahas hal ini dan mengingatkan kepada manusia dalam khotbahnya di bukit supaya setiap orang yang mendengarnya dapat memikirkan ulang tentang sikap hidupnya terhadap harta.

Hal ini disampaikan setelah Kristus memperingatkan orang-orang farisi dan yang mengikuti Dia agar tidak mendambakan kehormatan manusia, Ia selanjutnya memperingatkan kita agar tidak mendambakan kekayaan dunia. Dalam hal ini pula kita harus berjaga-jaga, supaya kita tidak menjadi seperti orang-orang munafik, dan berbuat seperti yang mereka perbuat. Kesalahan mereka yang mendasar adalah bahwa mereka memilih dunia sebagai upah mereka. 

Padahal Justru sebaliknya. Tuhan Yesus menegaskan supaya jangan mengumpulkan harta dunia.

SIKAP PERTAMA TERHADAP HARTA DUNIAWI

Matius 6:19 (TB) "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.

Ayat ini sedikit membingungkan saya ketika membandingkannya dengan 2 Tesalonika 3:10.

2 Tesalonika 3:10 Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.

sekilas dari kedua ayat ini sepertinya bertentangan satu dengan yang lain. Sepertinya Tuhan Yesus mengajarkan hal yang berbeda dengan Paulus.

Apakah memang benar demikian ? Tentu tidak.

Kalimat "Jangan mengumpulkan harta di bumi"

Kata Yunaninya (teks aslinya) berbunyi: (not) (store up) (for yourself) (treasures) (Upon) (the) (earth)

Secara literal artinya: jangan menimbun harta di bumi untuk dirimu sendiri

Alasan yang kuat mengapa Tuhan Yesus perlu mengatakan kalimat seperti ini adalah karena ketika manusia sudah merasa diri memiliki sesuatu yang dapat diandalkan yaitu harta atau uang maka di situlah manusia merasa nyaman, memiliki dan itu menjadi yang utama sehingga manusia akan berkata "Kita tidak perlu lagi Tuhan". Saya mampu melakukan sendiri.

Saudara yang dikasihi Tuhan,

Ketenangan, kenyamanan diri dan rasa memiliki inilah yang sebenarnya salah satu berhala dalam diri manusia. Sebab kenyamanan ini bukan kenyamanan yang sejati. Kenyamanan ini justru akan membawa hidup kita semakin jauh dari Tuhan. Kenyamanan ini bagaikan katak yang diletakkan dalam panci berisi air yang sedang direbus. Sepertinya hangat dan nyaman untuk didiami tetapi tanpa sadar katak itu telat menyadari bahaya dari air yang perlahan-lahan bertambah panas sehingga matilah katak itu.

Demikianlah nasib orang yang prioritasnya harta dan sudah merasa nyaman dengannya tanpa sadar orang tersebut akan mati dalam kenyamanannya. Hal yang seperti ini bisa melanda siapa saja termasuk para pendeta, majelis atau pemimpin-pemimpin Gereja, termasuk juga saudara dan saya. Oleh karena itu kita perlu hati-hati.

A. Alasan tidak boleh mengumpulkan harta di bumi

Dalam hal ini kita harus tahu bahwa "cinta akan harta bisa menyebabkan kehilangan yang tragis. Semakin kita menimbun materi, semakin kita kehilangan mereka. Lebih dari itu hati kita pun lenyap bersamanya."

Mengapa bisa lenyap ? Karena di bumi ini tidak ada yang kekal. Tuhan Yesus mengatakan bahwa ngengat karat merusaknya dan pencuri membongkarnya. (Ayat.19)

Ketika kita memperhatikan kata merusak, membongkar dan mencuri, sebenarnya ini mengindikasikan bahwa harta/kekayaan adalah sesuatu yang tidak bisa dipertahankan. Oleh sebab itulah saya pernah mengatakan bahwa adalah hal yang sia-sia ketika kita mempertahankan dan memperjuangkan sesuatu yang tidak bisa dipertahankan.

Hal yang sama juga pernah dikatakan dalam kitab Pengkhotbah 3:9-10 (TB) demikian: Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah? Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. 

Telah disebutkan bahwa semua hanya melelahkan diri orang tersebut.

Oleh karena itulah Tuhan Yesus menegaskan kepada kita semua supaya tidak membuang-buang tenaga untuk hal yang sia-sia yang justru akan merugikan diri kita sendiri.

Jangan sampai kita memiliki cara pandang yang salah dalam hidup ini sehingga kita terjerumus ke dalam kegelapan yang sangat gelap. Tuhan Yesus menegaskan kepada kita semua bahwa mata kita adalah pelita bagi tubuh kita. Ungkapan "mata adalah pelita tubuh" (ayat 22) mengajarkan bahwa seluruh aktivitas seseorang ditentukan (atau, paling tidak, dipengaruhi) oleh mata. Bagi kita yang tidak tuna netra maupun tidak terbiasa, seluruh aktivitas kita sehari-hari membutuhkan mata.

Secara metaforis, mata menyiratkan sebuah cara pandang. Ini berbicara tentang nilai dan arti hidup. Ini tentang fokus dalam kehidupan. Cara pandang mempengaruhi seluruh tindakan. Jika seseorang menganggap harta sebagai hal yang paling penting, orang tersebut tentu akan mengejarnya sekuat tenaga. 

Seluruh waktu, tenaga, dan pikiran dicurahkan pada harta. Hal-hal lain menjadi tidak terlalu berarti. Satu-satunya cara pandang yang benar adalah cara pandang yang di dasarkan atas dasar firman Allah atau Alkitab. Secara khusus hidup dan perkataan Tuhan Yesus sebagai Firman Allah yang hidup. Artinya yang harus kita pikirkan adalah bukan bagaimana kita semakin menjadi serupa dengan dunia ini dengan mengikuti semua pola atau sistem dari dunia yang sudah penuh dengan ini. Melainkan bagimana kita bisa menjadi serupa dengan Yesus Kristus.

Di sinilah Tuhan Yesus mau menunjukkan bagaimana seharusnya manusia hidup sebagaimana tujuan yang sejati dari diciptakannya manusia yaitu bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk memuliakan Allah. Bukan untuk kesenangan diri sendiri melainkan untuk menyenangkan hati Allah.

Dengan kata lain pernyataan atau nasehat serta pengajaran yang diberikan oleh Tuhan Yesus sesungguhnya itu adalah isi hati atau kehendak Allah sendiri kepada umat-Nya serta merupakan bentuk kasih sayang-Nya kepada kita.

SIKAP KEDUA: MENGUMPULKAN HARTA DI SORGA

Yesus menghendaki hal yang sebaliknya dari apa yang dipikirkan oleh manusia yaitu supaya harta itu dikumpulkan di sorga. Hal ini sebenarnya berbicara bagaimana kita seharusnya hidup senantiasa menyenangkan Allah. Tuhan Yesus mau supaya kita bergantung kepada Dia sepenuhnya. Percaya bahwa Dia adalah Tuhan yang menjadi sumber dari segala keperluan kita.

Tuhan mau supaya kita memprioritaskan kerajaan Allah lebih dari segala kekayaan dunia ini. Sebab dengan demikian semua keperluan kita akan dicukupkan dengan sendirinya oleh Tuhan. Memprioritaskan kerajaan Allah berarti menjadikan Allah yaitu Yesus Kristus itu sendiri sebagai Firman Allah yang hidup sebagai satu-satunya Tuan dalam hidup kita. Serta mendedikasikan seluruh hidup kita sepenuhnya untuk kemuliaan-Nya.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Yesus bahwa kita tidak bisa mengabdi kepada dua tuan seperti mamon sekaligus Allah. Untuk memahami perkataan ini kita perlu mempertimbangkan konteks perbudakan kuno. Esensi dari perbudakan adalah kepemilikan yang tunggal dan dedikasi sepenuh waktu. Tidak ada seorang budak yang menjadi milik bersama beberapa tuan. Seorang budak hanya mengabdi pada satu tuan. Pengabdian ini bersifat sepenuh waktu (24 jam sehari). Seorang budak hanya bisa bebas dari tuannya apabila ia dibeli oleh tuan yang lain. Kalaupun seorang budak dimiliki bersama oleh dua tuan, mustahil budak itu dapat menjadi budak yang baik bagi dua tuannya.

Demikian pula dengan tuntutan Allah kepada kita. Allah adalah pemilik tunggal kehidupan kita. Ia yang menciptakan kita. Ia yang menebus kita dari dosa-dosa kita. Seluruh hidup kita -- tenaga, fokus, hati, dan waktu -- harus ditujukan pada Allah saja. Apa yang kita pikirkan setiap hari adalah bagaimana menyenangkan hati tuan kita.

Sauadara-saudara perlu diketahui bahwa nilai hidup kita bukan ditentukan seberapa banyak harta kita di dunia ini melainkan ditentukan oleh seberapa besar dedikasi kita pada Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun