Generasi Indonesia Emas sudah menjadi topik pembicaraan di berbagai kalangan, mencerminkan harapan besar yang tertuang dalam visi 2045, tepat ketika Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekaannya. Salah satu kunci untuk mencapai generasi emas adalah sumber daya manusia yang unggul. Pada tahun 2045, Indonesia diperkirakan akan mendapatkan bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif (18-65 tahun) akan lebih banyak daripada usia non-produktif (di atas 65 tahun). Proporsi usia produktif ini diperkirakan mencapai lebih dari 60% dari total penduduk Indonesia. Kondisi ini memberikan potensi besar bagi pembangunan ekonomi dan sosial, dengan sebagian besar usia produktif akan didominasi oleh Gen Z.
Ketika generasi ini masuk dalam usia kerja atau menjadi Angkatan kerja sudah pastinya mereka memiliki kelebihan dimana mereka cakap dengan teknologi dan perkembangan IPTEK yang makin waktu ke waktu memiliki perkembangan dan kemajuan pesat. Dikutip dari situs Kementrian Keuangan Republik Indonesia, "Gen Z adalah generasi yang lahir mulai tahun 1997 sampai 2012. Menurut data sensus penduduk, jumlah Gen Z adalah 27,94% dari total penduduk 270,20 juta jiwa. ". Dari data di atas terlihat bahwa Generasi Z yang masa kelahirannya antara tahun 1997 hingga 2012 merupakan mayoritas penduduk generasi di atas. Databoks menjelaskan persentase 27,94% ini berjumlah 74,93 juta.
Generasi Z atau biasanya disebut dengan Gen-Z dan dalam bahasa sehari-hari dikenal dengan zoomer adalah orang yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012, suatu kelompok demografis yang menggantikan Generasi Milenial dan sebelum Generasi Alfa. Generasi-Z adalah generasi yang tumbuh dengan teknologi digital sejak usia dini, sehingga disebut dengan "Digital Natives". Gen-Z dikenal dengan kemampuan mereka beradaptasi dengan teknologi baru dan memiliki cara pandang yang unik terhadap dunia dan berbeda dengan generasi sebelumnya.
Di Indonesia sendiri, Generasi Z di prediksi akan menjadi mayoritas angkatan kerja pada tahun 2030. Dengan kehadiran Generasi Z di angkatan kerja, para pemberi kerja melihat banyak peluang dan tantangan. Di satu sisi, Generasi Z dianggap sebagai generasi yang inovatif, kreatif dan mahir dalam teknologi. Generasi Z dikenal mampu melakukan banyak hal sekaligus, fleksibel, dan kewirausahaan karena telah terbiasa dengan internet media sosial sejak kecil. Sebaliknya, Generasi Z (Gen-Z) memiliki harapan yang tinggi dari pekerjaan. Mereka menginginkan pekerjaan yang bermakna, fleksibel dan sesuai dengan nilai-nilai mereka. Gen Z juga lebih peduli dengan kesehatan mental dan keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi atau biasa disebut dengan Work-Life Balance. Maka dari itu, para pemberi kerja harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan ekspektasi Generasi Z agar mereka dapat menarik dan mempertahankan talenta terbaik.
Para pemberi kerja dapat membangun angkatan kerja yang lebih kuat dan kreatif di masa depan dengan memahami sifat dan ekspektasi Generasi Z sehingga mereka dapat memaksimalkan potensi mereka. Salah satu alasan Gen Z merasa puas dalam pekerjaan mereka adalah karena mereka lebih memiliki pekerjaan yang memberikan fleksibilitas dalam hal waktu dan lokasi kerja. Gen Z tidak hanya memperhatikan teknologi dan fleksibilitas, tetapi mereka juga sangat memperhatikan kesejahteraan dan menemukan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kerja. Mereka juga tidak hanya menginginkan gaji yang kompetitif, tetapi juga lingkungan kerja yang baik untuk kesehatan fisik dan mental.
Tidak hanya itu, kompetensi Gen-Z juga sangat penting karena mereka adalah generasi yang kini mulai mendominasi dunia kerja. Oleh karena itu, memahami dan mengembangkan kompetensi mereka adalah kunci untuk menjaga produktivitas dan inovasi dalam organisasi. Kompetensi ini mencakup berbagai keterampilan teknis dan non-teknis yang relevan dengan tuntutan pasar kerja saat ini. Adapun kompetensi Utama Gen-Z di Tempat Kerja, meliputi kemampuan teknologi, keterampilan komunikasi, dan kemampuan beradaptasi.
Kemudian, sebagai contoh dari pengelolaan sumber daya manusia (SDM), penting untuk memahami karakteristik Gen Z dan efektivitas pengelolaan talenta yang mempengaruhi key performance indikator (KPI) di bidang SDM. Generasi ini akan lebih inklusif, menghargai keberagaman, dan memiliki harapan yang lebih tinggi terhadap tempat kerja yang adil dan beretika. Selain itu, Gen Z juga memahami perlunya mampu melakukan banyak tugas secara fleksibel. Mereka menghargai keseimbangan kehidupan kerja dan mencari pengalaman kerja yang bermakna. Kesediaan untuk belajar dan berkembang akan membuat mereka lebih terbuka terhadap pelatihan dan pengembangan. Pengelolaan talenta Gen Z juga menghadirkan tantangan dan peluang. Salah satu tantangan utamanya adalah memenuhi harapan akan fleksibilitas dan rekonsiliasi antara pekerjaan dan kehidupan keluarga.
Key Performance Indicators (KPI) adalah alat ukur yang digunakan untuk menilai kinerja individu atau tim terhadap tujuan tertentu. KPI memberikan panduan yang jelas dan spesifik tentang apa yang diharapkan dari karyawan, membantu mereka untuk fokus pada pencapaian tujuan organisasi. Mengenai KPI yang relevan untuk Gen-Z, meliputi :
- KPI yang dirancang khusus untuk Gen-Z harus mencerminkan kekuatan dan nilai-nilai mereka. Contoh KPI yang relevan termasuk:
- Penguasaan Teknologi Baru: Mengukur seberapa cepat dan efektif mereka dapat mempelajari dan mengimplementasikan teknologi baru.
- Keterlibatan dalam Proyek Inovatif: Melihat partisipasi dan kontribusi mereka dalam proyek-proyek yang mendorong inovasi.
- Tingkat Kepuasan Tim: Mengukur kepuasan tim dan kontribusi terhadap dinamika kerja yang positif.
Dalam konteks manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), KPI berperan penting dalam mengevaluasi kinerja karyawan, meningkatkan produktivitas, dan memastikan pengembangan karyawan sesuai dengan kebutuhan organisasi. KPI membantu manajer SDM menilai kontribusi individu terhadap tujuan perusahaan melalui pengukuran yang objektif. Dengan menetapkan KPI yang spesifik dan terukur, karyawan memiliki panduan yang jelas mengenai apa yang diharapkan dari mereka, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan fokus mereka pada aktivitas yang memberikan nilai tambah. Selain itu, KPI juga dapat mencakup target untuk pengembangan keterampilan, yang membantu dalam perencanaan karir karyawan. Dengan KPI yang jelas dan terukur, Gen-Z dapat memahami dengan lebih baik apa yang diharapkan dari mereka dan bagaimana mereka dapat berkontribusi secara maksimal. KPI membantu menciptakan akuntabilitas dan memberikan umpan balik yang konstruktif, yang pada gilirannya meningkatkan kinerja individu dan tim.
Untuk implementasi yang efektif, KPI harus relevan dengan tujuan strategis organisasi, memiliki kerangka waktu yang jelas, dan dipantau serta dievaluasi secara berkala. Melalui feedback konstruktif berdasarkan hasil KPI, manajemen dapat merancang program pengembangan yang tepat untuk meningkatkan kinerja karyawan. Maka, dengan menerapkan KPI yang tepat, manajemen SDM dapat memastikan bahwa upaya karyawan selaras dengan tujuan strategis organisasi, sekaligus mendorong peningkatan kinerja dan pengembangan berkelanjutan. Untuk mengukur kinerja dan keterlibatan Generasi Z (Gen-Z) secara efektif, penting untuk menggunakan Key Performance Indicators (KPI) yang mencerminkan nilai, preferensi, dan gaya kerja unik mereka. KPI yang relevan meliputi kepuasan kerja, keterlibatan tim, dan penguasaan teknologi.
KPI ini memastikan bahwa karyawan dapat menggunakan alat dan platform yang diperlukan untuk pekerjaan mereka secara efektif dan efisien. Selain itu, organisasi dapat mengukur seberapa cepat karyawan Gen-Z mengadopsi teknologi baru dan seberapa kreatif mereka dalam memanfaatkan teknologi untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. Tidak hanya itu, KPI ini membantu organisasi untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pertumbuhan profesional dan pribadi karyawan, serta mendorong inovasi dan kolaborasi yang lebih baik di seluruh tim.
Dalam menetapkan Key Performance Indicators (KPI) yang realistis dan menantang bagi Generasi Z (Gen-Z) memerlukan pendekatan yang mempertimbangkan karakteristik dan harapan mereka. Pertama, penting untuk melibatkan karyawan Gen-Z dalam proses penetapan KPI, karena mereka menghargai transparansi dan partisipasi. Kedua, KPI harus fokus pada pengembangan karir dan pembelajaran, karena Gen-Z sangat menghargai kesempatan untuk belajar dan berkembang. Ketiga, KPI harus disesuaikan dengan kemampuan dan potensi individu, menantang mereka untuk keluar dari zona nyaman tanpa memberikan beban yang tidak realistis. Penting juga untuk meninjau dan menyesuaikan KPI secara berkala berdasarkan perkembangan kinerja dan perubahan situasi bisnis, memastikan KPI tetap relevan dan memberikan motivasi terus-menerus. Dengan pendekatan ini, KPI yang ditetapkan tidak hanya membantu organisasi mencapai tujuan strategisnya, tetapi juga mendorong karyawan Gen-Z untuk terus berkembang dan merasa dihargai atas kontribusi mereka.
Adapun hubungan Antara Talent dan KPI di Bidang SDM Key Performance Indicator (KPI) merupakan alat penting untuk mengukur kinerja organisasi dan karyawan. Di bidang SDM, KPI digunakan untuk mengevaluasi berbagai faktor seperti retensi karyawan, produktivitas, kepuasan karyawan, dan efektivitas pelatihan. Pengelolaan talenta dapat memberikan manfaat bagi KPI ini, terutama dalam konteks Gen Z. Talenta yang lebih baik dapat meningkatkan tingkat retensi karyawan Gen Z. Manajemen talenta yang efektif dalam konteks KPI di bidang SDM juga berdampak positif terhadap retensi karyawan, produktivitas, kepuasan karyawan, dan efektivitas pelatihan. Dengan menerapkan strategi yang tepat, seperti memberikan fleksibilitas dalam bekerja, menggunakan teknologi, mengembangkan program pengembangan profesional, menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, serta menghormati dan menghargai, perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya secara keseluruhan dan mencapai KPI yang diinginkan.
Dengan demikian, perusahaan harus mengembangkan kebijakan yang mendukung fleksibilitas tanpa mengorbankan produktivitas. Karena Generasi Z membawa perubahan signifikan dalam dunia kerja dan perusahaan harus menyesuaikan strategi manajemen bakat mereka untuk memenuhi kebutuhan dan harapan generasi ini. Adapun manfaat utama dari manajemen talenta berbasis KPI untuk Gen Z yaitu Kejelasan dan Transparansi, dimana KPI memberikan kejelasan tentang ekspektasi kinerja dan bagaimana kinerja akan diukur. Hal ini sangat penting terutama bagi Gen Z, yang terbiasa memberikan masukan yang jelas dan transparan dalam pekerjaan mereka. Mereka dapat melihat apa yang diharapkan dari mereka dan bagaimana mereka berupaya mencapai tujuan perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut, memahami dan mengelola talenta Generasi Z (Gen-Z) menjadi kunci penting bagi kesuksesan organisasi dalam menghadapi tantangan dan peluang di era modern ini. Maka, dal ammemahami Gen-Z terletak pada kemampuan untuk menyesuaikan strategi rekrutmen, retensi, dan pengembangan karyawan yang sesuai dengan nilai-nilai mereka, seperti keseimbangan kerja-hidup, keterlibatan dalam pekerjaan yang bermakna, dan kesempatan untuk berkembang secara kontinyu. Oleh karenanya, dengan KPI yang tepat, organisasi dapat meningkatkan produktivitas Gen-Z dengan memberikan panduan yang jelas dan objektif tentang harapan kerja serta memberikan umpan balik yang terstruktur untuk pengembangan karir mereka.
(Gabriela Frederica Ivana Putri)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H