Mohon tunggu...
Gabrella Harianja
Gabrella Harianja Mohon Tunggu... Lainnya - Teruslah belajar sampai detik-detik terakhir di hidupmu.

Seseorang yang ingin berguna bagi Nusa dan Bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pelita Dalam Kegelapan: Perjuangan Wanita di Alor, NTT

7 November 2024   09:55 Diperbarui: 7 November 2024   09:58 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: Wanita adalah pelita. Pixabay/Apomares

Wanita seringkali dikerdilkan saat mereka berusaha menjadi pilar keberhasilan. Ya, dunia patriarki masih ada, terutama di daerah-daerah tertentu. Puisi "Pelita Dalam Kegelapan" adalah puisi yang mengangkat perjuangan wanita, dari mereka yang sering dipandang sebelah mata hingga yang terus berjuang tanpa henti.  Diciptakan untuk menghormati wanita-wanita di Alor, puisi ini mengajak kita untuk terus berkarya dan menjadi cahaya di tengah dunia.   Puisi ini dibacakan pada saat GSJA BPD 2 FAST mengadakan pertemuan wanita di salah satu gereja di Alaang, Alor, yang diselenggarakan pada tanggal 19-21 Juli 2023. Puisi ini dipersembahkan untuk semua wanita di seluruh Indonesia, khususnya wanita-wanita di Alor, yang dengan kasih dan perjuangan mereka, terus menjadi cahaya di tengah kehidupan.

Ini adalah kita,  
Wanita,  
Kata mereka kita bukan siapa-siapa  
Lemah dan tak berdaya?  
Itu hanya kata mereka.

Peran kita sering dikerdilkan  
Saat kita berusaha menjadi pilar keberhasilan,  
Peran kita sering diremehkan  
Saat kita bergerak mencipta perubahan.

Tak apa...  
Ini adalah kita  
Pejuang yang menjadi pelita  
Bagi keluarga, masyarakat, dan gereja.

Aku tahu,  
Wanita turut membentuk generasi ilahi,  
Perempuan dan laki-laki,  
Yang Allah anugerahi.

Meski tantangan datang tanpa henti,  
Wanita tetap berdiri teguh,  
Menjaga harapan dan mimpi,  
Dalam doa, kasih, dan langkah penuh harapan.

Ingatlah!  
Hembusan nafas adalah bukti  
Bahwa kita harus berdiri  
Karena itulah yang Tuhan kehendaki  
Hingga tiba di garis akhir nanti.

Kristus telah mati,  
Di kayu salib dengan mahkota penuh duri,  
Untuk menjadikan wanita, wanita terpuji,  
Ya, kita adalah wanita terpuji.

Saya mewakili seluruh wanita,  
Mewakili anak-anak kita,  
Terima kasih telah hidup dalam Dia  
Dan mengharumkan nama-Nya.

Maka, mari terus berkarya,  
Menjadi wanita yang bermakna.  
Seperti garam yang memberi rasa,  
Demikianlah kita dituntut di dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun