Mohon tunggu...
Gabrella Harianja
Gabrella Harianja Mohon Tunggu... Lainnya - Teruslah belajar sampai detik-detik terakhir di hidupmu.

Seseorang yang ingin berguna bagi Nusa dan Bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Review Buku, "Integritas Pemimpin Pastoral" - Yosafat Bangun

6 September 2024   16:54 Diperbarui: 7 September 2024   09:34 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bibliografi: Bangun, Yosafat. Integritas Pemimpin Pastoral.  Indonesia, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2010.

Gambaran Umum Megenai Isi Buku

Kualifikasi pemimpin pastoral yang dibutuhkan oleh jemaat meliputi profesionalisme, integritas, kualitas spiritual yang kuat, serta menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku seorang pemimpin berbicara lebih lantang dalam kehidupan sehari-hari dibandingkan dengan titel atau jabatan yang dimiliki. 

Tentu saja, pemimpin pastoral dalam jemaat tidak hanya mencakup pendeta atau pastor, tetapi juga melibatkan majelis, diaken, dan para penatua. Kualifikasi spiritual seorang pemimpin pastoral sangat penting, termasuk panggilan dari Tuhan, memiliki Roh Tuhan, beriman (belief, faith, trust), hidup dalam doa, dan memiliki teologi yang benar.

Selain itu, pemimpin pastoral haruslah sehat secara psikologis, baik dalam aspek kognitif, emosi, maupun moral, baik pada tingkat prakonvensional, konvensional, pascakonvensional, maupun sosial. Akuntabilitas pribadi juga sangat diperlukan, karena tanpa itu, jabatan yang mulia tersebut bisa tercemar, dan mereka bisa menjadi sasaran gugatan serta kritik dari orang lain. 

Kesehatan fisik juga sangat penting bagi pemimpin pastoral agar mereka dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya di tengah jemaat Tuhan. Pemimpin pastoral yang baik seperti orang tua yang baik, yang memiliki tugas dan tanggung jawab besar dalam membesarkan anak-anak mereka.

Kepemimpinan yang efektif selalu menjunjung tinggi integritas. Integritas pribadi seorang pemimpin harus tercermin dalam kejujuran, ketulusan, keadilan, konsistensi, kemurnian, kerendahan hati, tidak mementingkan diri sendiri, dan dapat dipercaya. Dalam konteks kepemimpinan pastoral, integritas terlihat melalui ketaatan terhadap prinsip-prinsip dan norma-norma yang berlaku. 

Pemimpin pastoral tidak hanya menunjukkan integritas dalam tugas-tugas gereja, tetapi juga dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama pemimpin, dan jemaat.

Selain itu, integritas seorang pemimpin pastoral juga tampak dari bagaimana ia menyampaikan firman Tuhan. Khotbah yang baik harus berakar dari perenungan pribadi dan persiapan matang, serta mampu menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk kebutuhan rohani, intelektual, emosional, moral, dan sosial. 

Integritas juga sangat penting dalam konseling jemaat, karena tanpa itu, ada risiko menimbulkan kesalahan atau dosa.  Terakhir, kunjungan pastoral kepada jemaat adalah hak istimewa yang dimiliki oleh pemimpin, dan memiliki dampak besar dalam membina kehidupan rohani jemaat.

Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk menangani kerumitan setiap masalah dengan dasar integritas. Kepemimpinan Kristen lebih menekankan pada transformasi hidup orang-orang yang dipimpin agar semakin serupa dengan pencipta mereka (Kol. 3:10). 

Kepemimpinan pastoral memiliki gaya yang lahir dari keunikan pribadi pemimpin, yang merupakan karisma dari Tuhan. Namun, pemimpin yang paling baik adalah Yesus sendiri, yang menunjukkan tipe kepemimpinan sebagai pelayan.

Tanggung jawab kepemimpinan pastoral meliputi dua hal utama: Pemeliharaan pastoral (rekonsiliasi, pemberitaan firman Allah, sakramen perjamuan kudus, dan penyembuhan) dan Konseling pastoral, yang melibatkan empati, mendengarkan, komunikasi, dan psikoterapi pastoral. 

Pertumbuhan jemaat mencakup semua aspek kehidupan anggota, termasuk pertumbuhan spiritual, psikologis (kognitif, emosi, moral, sosial), kualitas jemaat (organik, konseptual, inkarnasional), serta pertumbuhan kuantitas jemaat.

Kritik Positif

Pada bab pertama, ketika mencermati dari keseluruhan isi dari buku ini, Penulis mengangkalimatkan isinya dengan baik dan tersusun rapi.  Setiap poin yang disampaikan oleh Penulis memiki keterhubungan dengan topik besar, sehingga pembaca dapat menangkap isinya dengan baik.  

Misalnya, Penulis secara komprehensif menjelaskan berbagai kualifikasi penting yang harus dimiliki oleh pemimpin pastoral, baik dalam hal profesionalisme, integritas, spiritualitas, kesehatan mental, maupun fisik.  

Pada bab kedua secara keseluruhan Penulis memberikan panduan yang kuat dan menyeluruh mengenai pentingnya integritas dalam kepemimpinan pastoral, dengan menawarkan pandangan yang praktis dan mendalam tentang peran dan tanggung jawab seorang pemimpin yang penuh integritas.  

Pada bab ketiga, Penulis dengan jelas menjebarkan mengenai kejelasan visi kepemimpinan, pengakuan terhadap sumber utama kepemimpinan, dan komprehensif dalam tanggung jawab pastoral.

Kritik Negatif

Pada bab pertama, beberapa bagian dari tulisan Penulis menggunakan bahasa yang terlalu formal atau teknis, terutama dalam penjelasan tentang "tingkat prakonvensional, konvensional, dan pascakonvensional," yang mungkin sulit dipahami oleh pembaca yang tidak akrab dengan istilah-istilah ini.  

Bab pertama memang sangat informatif dan mencakup banyak aspek penting, namun bisa lebih efektif jika disederhanakan dan lebih fokus pada variasi gaya bahasa.  

Pada bab kedua, pendekatan yang diusulkan terlalu idealistik dan bisa sulit untuk diterapkan secara konsisten dalam kehidupan nyata. Misalnya, menuntut integritas yang sempurna dari seorang pemimpin pastoral dalam semua aspek mungkin tidak realistis, Mengingat manusia rentan terhadap kesalahan. 

Harapan yang tinggi ini bisa memberikan tekanan besar dan membuat pemimpin menjadi rentan terhadap kegagalan, yang pada akhirnya bisa menurunkan kepercayaan jemaat.  Kritik lainnya adalah adanya resiko Over-Spiritualisasi, karena menekankan hubungan pribadi dengan Tuhan sebagai salah satu kriteria utama integritas kepemimpinan pastoral.  

Hal ini mungkin memicu over-spiritualisasi dalam penilaian integritas. Padahal, integritas juga perlu diukur melalui akuntabilitas yang bisa diakses secara terbuka oleh jemaat atau komunitas secara praktis, bukan hanya berdasarkan spiritual pribadi yang bisa bersifat subjektif.  

Pada bab ketiga, jika dilihat dalam konteks masa kini adanya keterbatasan aplikasi yang disampaikan oleh Penulis. Mungkin diperlukan lebih banyak penjelasan tentang bagaimana prinsip-prinsip yang telah disampaikan Penulis ini dapat diterapkan dalam konteks kepemimpinan modern yang sering kali menghadapi tantangan yang berbeda. 

Misalnya, bagaimana integritas dapat dipertahankan dalam situasi kepemimpinan yang kompleks di era digital?

Rekomendasi

Berangkat dari buku teks "Integritas Pemimpin Pastoral", maka buku ini sangat dapat direkomendasikan bagi mereka yang bergelut dalam pelayanan pastoral. 

Isi dari buku ini banyak memberikan kualifikasi seorang pemimpin pastoral yang dapat dijadikan acuan, karena juga  mengajarkan seorang pemimpin yang berintegritas dalam Tuhan dan juga bagi jemaat yang dilayani.  Buku ini juga dapat dibaca oleh orang awam atau jemaat untuk dapat tahu danmengerti begitu besarnya tanggung jawab seorang gembala.  

Oleh karena itu, sebagai jemaat yang dipimpin dapat memberikan solusi ataupun saran terhadap gembalanya, karena itu bentuk dukungan dan pengembangan kualitas pemimpin ataupun jemaat.  Jamaat diharapkan untuk tidak ragu memberikan masukan-masukan dan dapat mendukung pemimpin dengan berdoa.  

Jemaat juga diharapkan ikut terlibat di dalam mendukung upaya gereja untuk menciptakan pemimpin dan jemaat yang berkulitas  dan berintegritas.  Tidak hanya itu, jika jemaat juga ingin bertumbuh bersama, maka mulailah untuk memperhatikan kebutuhan fisik dan psikologis pemimpin pastoral yang jemaat sedang dilayani.  

Pemimpin pastoral juga membutuhkan waktu istirahat dan dukungan emosional. Terakhir, memastikan pemimpin mendapatkan waktu untuk beristirahat, berolahraga, dan menjaga kesehatan mental mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun