Sebagai Mahasiswi Teologi, saya diutus untuk praktek pelayanan di salah satu gereja lokal yang tidak jauh dari kampus STT Satyabhakti, Malang.
Pelayanan ini dilakukan setiap weekend selama 13 Minggu dan Minggu ini sudah menjadi ketiga kalinya.
Saya dan Kak Intan (salah satu kakak tingkat) berangkat tadi pagi dengan suasana hati yang baik dan siap menyambut pelayanan kami Minggu ini.
Sesampainya di Gereja Sidang Jemaat Allah "Emmanuel" Karangploso, kami langsung membersihkan gereja untuk ibadah besok hari.
Bersyukur, karena kampus mengirim saya GSJA Emmanuel untuk belajar lagi, lagi, lagi.
Belajar melihat situasi, peka terhadap keadaan, mampu bersosialisasi, dan hidup berdampingan dengan keluarga gembala.
Mungkin, ke depannya saya akan dijadwalkan untuk melayani di Sekolah Minggu, Kaum Muda, ataupun di Ibadah Raya.
Jujur, sebenarnya saya ragu dengan kemampuan saya, bahkan saya merasa tidak memiliki kemampuan untuk berkarya di gereja ini. Â Masalahnya bukan terletak pada gereja, tetapi saya.
Saya merasa tidak mampu untuk menjadi seorang Worship Leader, karena saya memiliki kelemahan di bagian tempo musik, apalagi jika sudah diperhadapkan dengan jemaat yang banyak.
Its okay. Â Tuhan membawa saya ke tempat ini bukan tanpa arti. Â Ia mau saya belajar lagi.Sebagai Mahasiswi Teologi, saya diutus untuk praktek pelayanan di salah satu gereja lokal yang tidak jauh dari kampus STT Satyabhakti, Malang.
Pelayanan ini dilakukan setiap weekend selama 13 Minggu dan Minggu ini sudah menjadi ketiga kalinya.
Saya dan Kak Intan (salah satu kakak tingkat) berangkat tadi pagi dengan suasana hati yang baik dan siap menyambut pelayanan kami Minggu ini.
Sesampainya di Gereja Sidang Jemaat Allah "Emmanuel" Karangploso, kami langsung membersihkan gereja untuk ibadah besok hari.
Bersyukur, karena kampus mengirim saya GSJA Emmanuel untuk belajar lagi, lagi, lagi.Â
Belajar melihat situasi, peka terhadap keadaan, mampu bersosialisasi, dan hidup berdampingan dengan keluarga gembala.
Mungkin, ke depannya saya akan dijadwalkan untuk melayani di Sekolah Minggu, Kaum Muda, ataupun di Ibadah Raya.Â
Jujur, sebenarnya saya ragu dengan kemampuan saya, bahkan saya merasa tidak memiliki kemampuan untuk berkarya di gereja ini. Masalahnya bukan terletak pada gereja, tetapi saya.Â
Saya merasa tidak mampu untuk menjadi seorang Worship Leader, karena saya memiliki kelemahan di bagian tempo musik, apalagi jika sudah diperhadapkan dengan jemaat yang banyak.
Its okay. Tuhan membawa saya ke tempat ini bukan tanpa arti. Ia mau saya belajar lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H