Mohon tunggu...
Gabby Indrawati
Gabby Indrawati Mohon Tunggu... -

Calon CEO

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bambang Soepijanto Dorong Pengelolaan Mandiri Sampah Masyarakat

1 Februari 2019   11:32 Diperbarui: 1 Februari 2019   12:05 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai warga penghuni bantaran sungai (meski cuma anak sungai kecil) saya merasakan kejengkelan sekaligus miris melihat perilaku buruk masyarakat dalam mengelola sampah dan menjaga lingkungan. Pasalnya kerap saya mendengar bunyi benda terlempar atau jatuh menghamtam air di malam hari atau menjelang subuh. 

Biasanya si pembuang sampah liar ini melemparkan sampah dari atas jembatan kecil yang melintang persis dimuka halaman rumah kami. Jika masih terjaga dan masih punya cukup energy, kami akan meneriaki orang-orang itu yang segera disusul dengan suara deru motor. 

Padahal papan larangan buang sampah sudah terpasang dipinggir jembatan. Bekas-bekas "dosa" itu nanti akan terkuak kala kemarau datang dan air sungai mengering. Dasar sungai tak ubahnya tempat sampah dengan bermacam jenis barang didalamnya.

Pertumbuhan penduduk yang makin pesat tiap tahunnya mau tak mau berdampak pada volume sampah yang dihasilkan. Ya, sejatinya manusia tak bisa lepas dari sampah. Ini terbukti dari data yang diperoleh dari TPS Piyungan. 

Pada tahun 2018 TPS Piyungan sudah kelebihan beban (overload) 400 ton per hari. Dari kapasitas hanya 200-250 ton per hari menjadi 600-700 ton per hari. Kota Jogja saja per hari menghasilkan rata-rata 230 ton per hari sampah pada tahun 2018, naik 10 persen dari tahun sebelumnya.

Selain di Piyungan sebagai pembuangan sampah terakhir, Pemerintah Kota Yogyakarta dan dinas terkait sudah menyediakan beberapa titik pembuangan sampah resmi: Pojok selatan Pasar Demangan Jl. Affandi Gejayan, Jl. Langensari (timur Embung Langensari Pengok), Jl. Suryonegaran (Bumijo), Jl. Hayam Wuruk (Utara Pasar Lempuyangan), Jl. Letjen Suprapto (Seberang SPBU), Jl. Sisimangaraja, Jl. Nyi Ageng Pembayun Kotagede, Jl. Serangan (timur pasar).

Beruntung bagi warga yang berlangganan tukang sampah, tak sedikit orang yang  yang mau atau tahu untuk bersusah sedikit untuk membuang sampahnya di tempat-tempat resmi tersebut. Akibatnya tak cuma sungai yang dijadikan jugangan atau lubang pembuangan sampah, namun juga fasilitas-fasilitas public seperti jalan hingga pekarangan kosong. 

Selain tak sedap dipandang mata, bungkusan sampah itu juga berpotensi mengganggu kesehatan bagi manusia disekitarnya. Cara lain yang biasanya dipakai orang untuk mengenyahkan sampah adalah dengan metode bakar. Tetapi metode itu ternyata menyulut masalah baru. 

Sampah plastic terutama mengandung senyawa karbon dan hydrogen yang ketika tercampur dengan senyawa lain dari sampah lain akan membentuk zat dioksin dan furan kala terkena api. Asap yang menerbangkan zat-zat beracun ini bila terhirup manusia beresiko mengakibatkan gangguan pernafasan dan memicu sel kanker. 

Sementara bagi makhluk hidup renik, aktifitas ini akan mematikan mereka. Dampak panjangnya adalah menyumbang perubahan iklim: asap pembakaran sampah juga memanaskan bumi dan semakin mengikis lapisan ozon. Berdampak panjang pada perubahan iklim juga makhluk hidup lain.


Sayangnya pengetahuan ini tidak tersampaikan dengan baik pada semua orang. Jika ada pun, kerap kali orang bingung langkah sederhana apa yang bisa mereka ambil. Sejatinya masalah sampah bisa diminimalisir dengan peran aktif diri sendiri, yaitu bijak mengolah sampah. 

Dalam salah satu unggahannya di Instagram, calon anggota DPD RI dapil DIY nomer 24 Bambang Soepijanto memberikan beberapa langkah yang bisa dilakukan masyarakat dalam meminimalisir sampah, terutama sampah plastic. Cara-cara ini juga terkait dengan gaya hidup "hijau". 

Ini juga sesuai dengan misi dan program kerjanya untuk mewujudkan keserasian lingkungan hidup di seluruh wilayah DIY. Prinsip 3R adalah kunci sederhana yang tak pernah usang namun berdampak besar. 

Reduce alias mengurangi pemakaian plastic dengan membawa tas belanja sendiri, berani menolak tawaran kantong plastic, membawa botol minum atau wadah makan. Reuse yaitu menggunakan kembali. 

Kantong plastic atau botol yang masih baik bisa digunakan kembali untuk menyimpan, dan terakhir recycle atau mendaur ulang sampah plastic menjadi keperluan lain. Sekarang ada banyak bank sampah yang mengolah plastic menjadi barang-barang rumah tangga yang unik atau biji plastic kembali. 

Jika 3R telah berhasil diterapkan bukan tidak mungkin gaya hidup hijau lainnya akan menyusul: meminimalisir penggunaan kertas atau tissue, memilah sampah organic dan anorganik dan menjadikan pupuk dan sederet perbuatan ramah lingkungan lain. Karena perubahan dimulai dari diri sendiri. Jangan melulu menyalahkan pemerintah jika kita sendiri tak mau bertindak apapun.

Sumber : twitter/@bambang24dpddiy
Sumber : twitter/@bambang24dpddiy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun