Berberapa film siap menemani libur weekend anda. Mulai dari film Holywood sampai produksi anak negeri. Penggemar film horror Indonesia bisa memilih film Suzzana : Bernafas Dalam Kubur, atau mereka yang tidak cukup nyali ada duo film biopik Hanun dan Rangga serta A Man Called Ahok.Â
Sementara industri layar lebar Holywood menyajikan Robin Hood, biopik Freedie Mercury Bohemian Rhapsody, Ralph Breaking the Internet serta sequel Fantastic Beast : The Crimes of Grindelwald. Setelah tersedu sedan dan terpukau oleh akting Rami Malek di film Bohemian Rhapsody, saya kembali memilih menikmati film Hollywood. Kali ini melanjutkan serial Fantastic Beast  dalam semesta "penyihir" JK. Rowling.
Kali ini penyihir muda cum magiczoologist Newt Scamender melanjutkan aksinya memburu penyihir antagonis Gallert Grindelwald yang lepas dari tahanan di New York. Grindelwald yang amat mengunggulkan ras murni dalam dunia pernyihir atau pure blood hendak mengumpulkan pengikut serta merekrut seorang pemuda misterius, Credence Barebone yang ia percaya punya kekuatan ampuh.Â
Sementara itu Scamander dilarang pergi keluar Inggris padahal ia dititipi misi oleh Dumbledore untuk menangkap kembali Grindelwald. Hasilnya, Newt harus kucing-kucingan dengan Auror dan kementrian sihir untuk pergi ke luar Inggris dan menggagalkan rencana Grindelwald sekaligus menuntaskan misi pribadinya.
Diluar plot utama, para tokoh juga harus bergelut dengan masalah-masalah pribadinya yang jalin menjalin membungkus film berdurasi 2 jam 14 menit ini. Misalnya problematika cinta kakak beradik Goldstein, Tina dan Queenie. Tina yang salah paham pada Newt gara-gara gosip di majalah. Di satu sisi Leta Lestrange, teman sekolahnya masih memendam rasa pada Newt.Â
Leta juga musti menghadapi masa lalu keluarga yang kelam. Pasangan Jacob dan Queenie juga tidak sedang baik-baik saja. Mereka galau karena larangan menikah antara muggle atau non-penyihir dengan penyihir.Â
Berbagai hewan aneh dengan kemampuan diluar nalar juga disuguhkan. Rowling dalam situs IMDB mengaku terinspirasi dari banyak makhluk mitologi dunia seperti Zouwu dari Cina dan Scottish Kelpy. Tidak ketinggalan tokoh kontroversial Human Maledictus Nagini yang disebut Rowling berasal dari tokoh wayang Dewi Naga Gini.
Lapisan cerita juga kedalaman detail tokoh-tokoh yang dimunculkan duet sutradara-penulis naskah David Yates dan Rowling berhasil menggiring saya, fans tanggung Wizarding World untuk menelusuri kembali film-film terdahulu, saga Harry Potter.Â
Saya bilang tanggung, karena meski menyukai cerita fantasy-petualangan Rowling, saya tidak ingat semua tokoh dan cerita personal mereka. Bagaimana tidak, ada puluhan tokoh yang dimunculkan di tiap buku dan film. Mereka seperti punya pohon keluarga dan masalahnya masing-masing.
Setelah menyelesaikan 3 film pertama Harry Potter, Philosopher's Stone, Chamber of Secret dan Prisioner of Azkaban, ada satu benang merah yang diulang-ulang oleh Rowling melalui tokoh-tokohnya.Â
Ambisi untuk memurnikan dunia sihir atas ras campuran dan bahkan manusia. Grindelwald misalnya, yang digambarkan Rowling amat pucat menurut artikel Tirto.id menggambarkan rasisme kaum Aryan.Â