Mohon tunggu...
G A Siswoko
G A Siswoko Mohon Tunggu... -

the free man is a man who live in truth

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kongres Hutan

10 Mei 2012   07:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:29 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

mentari yang memanggang bumi benar-benar terasa disini. sudah sejak beberapa jam yang lalu sidang ini dimulai tapi sampai detik ini belum ada satu keputusan final. hingga akhirnya Yang Mulia Eldrik si Gajah meminta waktu untuk berbicara

"wahai saudara-saudaraku warga hutan yang terhormat. dedaunan dan rumput menjadi saksi bagaimana kita sudah memberikan apa yang kita bisa demi sebuah keputusan yang sampai sekarang kita belum tahu apa itu. untuk itu ijinkan saya sebagai yang dituakan disini untuk meringkas menjadi dua pilihan. kita pindah atau kita menyerahkan diri"

langsung saja semua anggota sidang kembali berkusuk-kusuk. dan kusuk-kusuk serta sungut-sungut ini makin menjadi-jadi tanpa satupun yang berani menyampaikan pendapatnya, hingga Bogo, si gorila raksasa berkata.

"wahai eldrik pimpinan koalisi herbivora yang agung, apakah itu berarti kita harus vooting dan meninggalkan budaya luhur leluhur kita untuk bermusyawarah  demi mencapai mufakat?

"benar!!!!" seru eldrik

semua pun terpana, karena sejak mempimpin sidang beberapa hari yang lalu, eldrick cenderung menjadi seorang yang demokratis, menyerahkan semua pada pimpinan sidang. tapi dengan berlalunya waktu, dan para penjajah berkaki dua itu semakin mendekat,  merekapun mahfum.

"baiklah mari kita mulai saja, wahai eldrik, saya mewakili aliansi badak mengingatkan dengan memilih kata menyerah, maka kita akan menyerahkan kebebasan kita. karunia yang diberika oleh Sang Pangeran pada kita selaku makluk liar akan terganti di sel-sel besi dimana para manusia dan anak-anak manusia akan melihat kita lalu melempari kita dengan kacang! maka kami mengajak sekali lagi bagi kita untuk pindah, mencari hutan baru." seru Rio, badak bercula dua yang sudah pernah merasakan timah panas manusia.

"hahahah kau bergurau bung. lihat, Sang Pangeran sebenarnya sudah memberi kita penjelasan. siapakah yang bisa melawan primata berbaju itu. Sang Pangeran pun hanya menciptakan kita tak lain untuk memenuhi kebutuhan dan kebudayaan mereka. mereka mampu melewati tahap revolusi yang luar biasa cepat. apa lagi? kemana lagi kita lari? saya sarankan kita menyerah secara terhormat kepada manusia dan dengan bangga menjadi pemuas nafsu dan kebutuhan mereka!" usul Beni, ayam hutan.

"o saudara kami tidak sekalipun merendahkan manusia sebagai wakil Sang Pangeran di bumi , tidak tidak sekalipun. karna mempertanyakan kedaulatan manusia adalah sama dengan kemurtadan. bagi kami manusia adalah pewaris sah Sang Pertiwi. tapi kita juga tidak bisa mengingkari bahwa kita makluk hidup yang butuh kebebasan. akan lebih baik kita menyinkir saja". tambah Bogo

"menyingkir kemana wahai gorila? hah? ke lautan,  seperti saudara kami ribuan tahun lalu, dan menjadi seekor lumba-lumba?" ejek kurdi si kuda yang lalu mengundang tawa.

"baru tahu saya, wahai kawan kurdi, jika nenek moyang lumba-lumba adalah seekor kuda pemakan rumput", timpal eldrik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun