Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Membudayakan Membaca dengan Mendongeng di Sekolah Dasar

14 Oktober 2017   16:25 Diperbarui: 14 Oktober 2017   16:41 1686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Membaca memang belum menjadi budaya di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh minat baca di Indonesia yang menduduki peringkat 60 dari 61 negara berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada tahun 2016. Penyebab utama rendahnya minat baca di Indonesia adalah kurangnya penanaman kebiasaan membaca sejak dini. 

Terutama di jaman serba smartphone saat ini, dimana anak lebih banyak berinteraksi dengan game dan video youtube. Untuk dapat mewujudkan budaya membaca di Indonesia, maka penanaman kebiasaan membaca usia dini mutlak untuk dilakukan. Apabila membaca telah tertanam pada diri anak, setelah dewasa pun anak tersebut akan memiliki kebiasaan membaca. Kebiasaan ini, kemudian diharapkan akan berkembang menjadi budaya membaca  di masyarakat.

Usia sekolah dasar merupakan waktu yang tepat untuk menanamkan kebiasaan membaca. Pada usia ini, anak akan mulai belajar huruf, mengeja kata-kata dan memahami kalimat. Anak-anak pada masa ini, akan keranjingan mengeja setiap kata yang dilihatnya, maka disinilah peran orangtua dan pihak sekolah untuk dapat menyediakan lingkungan yang menciptakan suasana yang mendukung anak untuk biasa membaca dan mencintai buku.

Upaya menumbuhkan minat baca sejak dini perlu diusahakan oleh berbagai pihak. Tidak hanya oleh orang tua, namun juga oleh para guru di sekolah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru disekolah adalah dengan cara mendongeng.  Mendongeng adalah cara yang paling mudah dan sederhana serta paling disenangi anak, utamanya pada anak yang berusia 4-7 tahun. Mendongeng dapat menumbuhkan rasa ingin tahu anak pada buku bacaan yang diceritakan guru, sehingga dapat membantu meningkatkan minat baca anak.

Mendongeng adalah kegiatan menuturkan atau mengisahkan tentang suatu kejadian yang disampaikan  secara lisan. Dengan mendongeng, dapat terjadi interaksi yang khas antara pendongeng dan pendengar. Kegiatan ini, tidak hanya mengaktifkan aspek intelektual, namun  juga emosi, seni, imajinasi dan pengembangan karakter. Dengan mendongeng, anak atau siswa akan dapat menginterpretasikan cerita di luar pengalaman yang langsung mereka alami. Selain dapat meningkatkan minat baca siswa, mendongeng juga dapat memberikan pengetahuan baru, meningkatkan kecerdasan, menumbuhkan moral, melatih pengejaan kata-kata, dan memusatkan perhatian serta memperbanyak pembendaharaan kata.

Mendongeng yang dapat meningkatkan minat baca

Kegiatan mendongeng untuk siswa sekolah dasar berdasarkan kelompok usia dapat dilakukan melalui tiga cara. Yang pertama adalah dengan membacakan cerita atau dongeng secara tuntas kepada siswa. Cara ini dilakukan untuk anak berusia 6-7 tahun (kelas 1 dan 2) dimana kemampuan anak tersebut dalam membaca belum terlalu baik. 

Guru dapat mendongeng dengan membawa buku cerita bergambar atau alat pendukung lainnya seperti boneka tangan atau sarana pendukung lainnya. Dengan mendongeng, berarti guru telah mengenalkan buku kepada siswa. Sambil bercerita, guru dapat meminta siswa untuk mengeja kata-kata yang terdapat pada buku, menunjukkan gambar, dan tanya jawab yang menarik perhatian siswa. Yang harus diperhatikan adalah apabila guru mendongeng menggunakan buku, usahakan buku yang dipakai menarik perhatian siswa, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu dan minat siswa terhadap buku tersebut.

Cara kedua adalah dengan mendongeng hanya sebagaian cerita Hal ini dapat dilakukan untuk siswa yang sudah lancar membaca. Tujuan dari mendongeng disini adalah untuk meningkatkan rasa ingin tahu anak terhadap bahan bacaan.  Diharapkan dari kegiatan ini, anak atau siswa dapat menumbuhkan insiatifnya sendiri dalam membaca buku yang tersedia di perpustakaan. Meningkatnya inisiatif dalam membaca adalah salah satu ciri tumbuhnya budaya membaca.

Cara ketiga adalah mendongeng untuk teman sekelas atau adik kelas. Untuk siswa pada kelas yang lebih tinggi (kelas 5-6), kegiatan mendongeng sudah tidak lagi dilakukan oleh guru, melainkan oleh siswa. Dengan meminta siswa mendongeng untuk teman sekelas atau adik kelas, siswa harus banyak membaca buku. Dengan kegiatan ini, diharapkan tidak hanya meningkatkan minat baca siswa, juga untuk meningkatkan kemampuan berbicara di depan umum dan kepercayaan diri siswa.

Agar kegiatan mendongeng di sekolah dasar dapat meningkatkan minat baca dan budaya membaca, maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini.

Sumber daya guru

Mendongeng mungkin terlihat mudah namun nyatanya sulit untuk dilakukan. Untuk menarik perhatian pendengar, pendongeng harus ekspresif dan enerjik. Dalam mendongeng, harus terdapat perubahan intonasi, mimik wajah dan gerakan tubuh yang menggambarkan cerita yang dibacakan. Selain itu, penggunaan alat bantu juga diperlukan dalam mendongeng. Pemilihan alat bantu tersebut disesuaikan dengan cerita yang disajikan dan tujuan dari dongeng itu sendiri. Sehingga sebelum kegiatan mendongeng untuk meningkatkan minat baca di implementasikan di sekolah, hendaknya guru diberikan pelatihan mengenai penggunaan vocal atau suara, mimik dan pantomimik, serta gerakan tubuh (body language) dan alat bantu dalam mendongeng. Selain itu, guru juga harus dapat memilih cerita yang memiliki pesan moral dan sesuai dengan usia siswa. 

Buku yang disediakan di sekolah

Metode mendongeng untuk meningkatkan minat baca siswa sekolah dasar hanyalah sebuah langkah awal. Agar kebiasaan anak dalam membaca dapat terus-menerus terjadi, maka sekolah harus menyediakan buku bagi siswa. Buku yang tersedia di sekolah harus memperhatikan usia dan tingkat perkembangan siswa. Pada anak usia sekolah dasar, buku yang disediakan dapat berupa buku cerita bergambar dengan gambar dan warna yang menarik sehingga meningkatkan minat membaca siswa. Untuk siswa kelas 1-3, sebaiknya buku yang disediakan memiliki kalimat dan kata-kata yang sederhana dan singkat, sehingga siswa akan lebih mudah mengerti. Untuk siswa kelas 4-6, sebaiknya disediakan buku dengan cerita yang lebih kompleks dan memiliki pesan moral yang tinggi.

Keteladanan dalam membaca

Agar peningkatan minat baca siswa melalui kegiatan mendongeng dapat bertransformasi menjadi budaya membaca, maka seluruh warga sekolah wajib memberikan keteladanan kepada siswa. Anak usia sekolah dasar cenderung untuk meniru tingkah laku orang dewasa di sekitarnya. Karenanya agar siswa memiliki kebiasaan membaca, maka guru, pegawai dan seluruh warga sekolah harus memberikan contoh nyata kepada siswa, yaitu dengan melakukan kegiatan membaca setiap hari di sekolah.

Pembiasaan membaca di sekolah

Kegiatan pembiasaan untuk membaca di sekolah dapat dilakukan secara terencana dan tidak terencana. Kegiatan terencana, misalnya dengan memberikan siswa waktu untuk membaca bahan bacaan selama 15-20 menit sebelum memulai pelajaran. Kegiatan ini dapat diselingi dengan meminta siswa untuk menceritakan kembali bahan bacaan yang telah dibaca di depan kelas. Kegiatan tidak terencana dapat dilakukan dengan meletakkan pojok baca di setiap kelas. Pojok baca tersebut dapat berupa tempat menyimpan buku, sehingga di waktu-waktu senggang seperti istirahat dapat digunakan siswa untuk membaca buku.

Budaya membaca merupakan salah satu kunci untuk memajukan Indonesia, sebab dengan membaca kita dapat memperoleh banyak pengetahuan. Budaya membaca bukan hanya tanggung jawab guru disekolah, melainkan tanggung jawab kita bersama. Mari mulai membudayakan membaca dengan cara yang sederhana, yaitu  dengan mendongeng.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun