Mohon tunggu...
M Faozi Rahman Wakhid
M Faozi Rahman Wakhid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Institut Pertanian Bogor/Biokimia

Seorang Mahasiswa Biokimia Institut Pertanian Bogor (IPB).

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kembangkan Patch Antijerawat, Mahasiswa IPB Mengangkat Potensi Lokal dan Prinsip Zero Waste

8 Oktober 2023   15:23 Diperbarui: 8 Oktober 2023   15:36 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto tim Gracepa/Dokpri

Kembangkan Patch Antijerawat dari Kulit Bawang Merah dan Rumput Laut Merah Gracilaria sp Mahasiswa IPB Mengangkat Potensi Lokal dan Prinsip Zero Waste

Jerawat merupakan masalah kulit yang paling umum dialami Masyarakat di seluruh dunia. Jerawat paling banyak muncul pada usia remaja 14-19 tahun, namun tak jarang juga menyerang hingga usia 30 tahun. Jerawat tidak hanya menimbulkan rasa sakit namun juga sangat berdampak pada tingkat kepercayaan diri penderita. Hal ini mendorong munculnya berbagai jenis perawatan jerawat, baik secara oral maupun topikal. Salah satu jenis perawatan topikal yang telah lazim digunakan oleh penderita jerawat adalah penggunaan patch antijerawat atau lebih akrab disebut acne patch.

Acne patch adalah sebuah lembaran tipis berupa plester yang terbuat dari bahan penjerap cairan seperti hidrokoloid. Salah satu produk perawatan kulit ini menawarkan cara cepat dan mudah dalam mengatasi jerawat, yakni cukup ditempelkan pada jerawat. Cara kerja plester ini yaitu dengan menyerap cairan didalam jerawat sehingga jerawat akan mengempis dan kering. Acne patch sering menjadi andalan penderita jerawat jika memiliki jerawat bernanah di areal wajah. Meskipun tergolong instan dan mudah dalam pengaplikasian, penggunaan acne patch dapat menimbulkan efek samping berupa iritasi kulit. Hal tersebut disebabkan karena bahan aktif yang terjerap dalam plester. Bahan aktif yang sering digunakan dalam acne patch komersial adalah golongan antibiotik sintetik seperti klindamisin dan eritromisin.

Oleh karena itu, lima mahasiswa IPB University yang terdiri dari Kandita Raras Pramestari, Marsha Hapsarini, Fio Febrian, dan M. Faozi Rahman Wakhid di bawah bimbingan Dr. Dimas Andrianto, S.Si., M.Si. menginiasiasi inovasi hidrokolod acne patch berbahan dasar limbah kulit bawang merah dan rumput laut merah (Gracilaria sp.) sebagai solusi permasalahan jerawat tanpa menimbulkan efek iritasi. Riset pengembangan produk ini mendapat pendanaan pada ajang Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2023 kategori riset eksakta. Ekstrak dari kedua bahan tersebut berperan sebagai bahan aktif dalam mengatasi bakteri umum penyebab jerawat, Propionibacterium acnes dan meringankan rasa sakit selama perkembangan jerawat. Sediaan hidrokolod acne patch berasal dari bahan turunan selulosa termodifikasi, HPMC (Hidroxy Propyl Methyl Cellulose) dan agarosa yang diambil dari rumput laut merah. Agarosa berperan sebagai agen penyerap cairan dalam jerawat serta pelembab bagi kulit sehingga meminimalisir terjadinya iritasi pada kulit.

Pemanfaatan bahan-bahan aktif dalam produk ini mendukung potensi lokal dan prinsip zero waste. Bawang merah merupakan komoditas unggulan yang banyak dihasikan di Brebes, Jawa Tengah. Tercatat produksi bawang merah Brebes mencapai 3,8 juta ton per tahun 2020 menurut BPS Jawa Tengah. Produksi ini menempatkan kabupaten ini menjadi produsen utama bawang merah di Jawa Tengah. Produksi bawang merah yang berlimpah sejalan dengan limbah kulitnya. Pemanfaatan limbah kulit bawang merah menjadi wujud dari prinsip zero waste. Selain bawang merah, Brebes juga produsen rumput laut Gracilaria sp. Produksinya sendiri per tahun 2020 mencapai 55 ribu ton.

Pengujian sementara menyatakan kombinasi ekstrak kulit bawang merah dan rumput laut merah Gracilaria sp memiliki sifat antibakteri dan antiinflamasi. Pengujian antibakteri kombinasi ekstrak pada bakteri jerawat yakni Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus menunjukkan penghambatan tumbuh. Sementara pada uji antiinflamasi, kombinasi ekstrak menunjukkan hasil mampu menghambat perusakan protein sebesar 60-80%. Pengujian berikutnya akan berfokus pada sifat fisikokimia, antibakteri, dan antiinflamasi pada patch dengan formulasi terbaik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun