Mohon tunggu...
Irfani Zukhrufillah
Irfani Zukhrufillah Mohon Tunggu... Dosen - dosen

seorang ibu dua anak yang sedang belajar mendidik siswa tak berseragam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perkara Perempuan dalam Cerbung Suhita

10 Desember 2018   12:24 Diperbarui: 10 Desember 2018   12:38 4590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Demam Suhita...

Nampaknya semakin meramaikan kancah dunia per-Facebook-an. betapa tidak, penulisnya sendiri, Khilma Anis, tidak menyangka bahwa respon masyarakat terhadap cerita bersambung yang ia tulis melalui akun facebook tersebut dapat sedemikian besar. bahkan setelah beberapa episode yang penulis share di akun facebooknya, membuat penerbit merambah untuk membukukan cerita bersambung tersebut menjadi sebuah novel. 

Awalnya saya 'katrok' dengan Hati Suhita ini. beberapa kali memang sempat berlalu di beranda saya. tapi saya belum memiliki ketertarikan untuk mulai membuka link nya. lalu suatu ketika, saat seorang teman berujar bahwa cerbung Hati Suhita telah ada di episode 12, yang merupakan episode terakhir kala itu, barulah saya 'ngeh' untuk membacanya. sebab bagi saya, jika cerita sudah lengkap, saya tak perlu menunggu waktu lama jika ingin terus membacanya. jadilah hari itu saya baca saat si kecil sedang tidur siang.

Sebenarnya kisah serupa juga ada. cerita yang hampir sama pun juga banyak. hanya menurut saya, penuturan penulis dalam menceritakan sosok Alina Suhita ini sangat mudah dicerna. penulis tidak menggunakan alur yang njlimet. Ia hanya menuturkan kisah si tokoh dalam alur maju. yang membuat lebih mudah untuk diikuti.

Selain itu, kisahnya yang dekat dengan keseharian juga membuat cerbung ini mudah untuk diikuti. banyak orang yang pernah tinggal di pesantren dapat mengikuti kisah ini dengan mudah. lantaran banyak hal yang sudah tidak asing lagi bagi mereka, termasuk saya. tentang bagaimana rasanya di pondok. bagaimana melihat keluarga 'ndalem'. bagaimana membayangkan sesosok Gus Birru yang merupakan putra dari pemilik pondok pesantren besar. itu semua diramu dalam bahasa yang ringan tetapi padat.

Satu hal lagi yang menurut saya membuat cerita ini begitu digemari, tentang sosok perempuan yang teraniaya. (hehe). tidak dapat dipungkiri, bahwa sesama perempuan seringkali merasa memiliki kedekatan dengan perempuan lain. terutama jika kita para perempuan melihat perempuan lain tersakiti oleh lelaki. 

Signal empati kita langsung kuat saat merasai seorang perempuan harus merasa nestapa diakibatkan perbuatan lelaki apalagi jika lelaki itu memiliki kedekatan dengan si perempuan, misal suaminya, kakaknya, ayahnya atau siapapun yang berhubungan dengan si perempuan.

Coba kita tengok saat kasus Prita Mulyasari. ketika ia curhat di media tentang keluhannya terhadap sebuah rumah sakit saat menanginya yang sedang sakit. Koin untuk Prita bahkan mampu terkumpul ratusan juta rupiah. padahal bukan tidak mungkin, lebih dari separuh donatur adalah orang lain yang tidak mengenal Prita Mulyasari sebelumnya. bahkan mungkin sebagian dari mereka hanya tahu ceritanya saja, tetapi tidak menghalangi kita berempati bahkan berdonasi. 

Sebuah bukti bahwa kita, Bangsa Indonesia sebenarnya memiliki nilai empati yang kuat. masih mengedepankan gotong royong. masih menjadi bangsa yang ramah dan tak segan untuk membantu mereka yang kesusahan.

Inilah yang tampil dalam cerbung Hati Suhita tersebut. kesabaran seorang istri atas perlakuan tidak adil tersebut menjadi magnet bagi para perempuan yang menegdepankan 'hati' dalam memandang segala sesuatu. bahkan dari pemilihan jalan cerita, 'greget' juga dapat dirasakan oleh para pembaca seolah memang kisah demikian sedang terjadi di sekitar mereka.

Satu lagi daya tarik yang menurut saya juga membuat semakin greget, adalah karena adanya sosok 'perempuan lain' dalam kisah tersebut. bagaimanapun juga, hingga hari ini, masih sedikit perempuan di luar sana yang rela berbagi dengan perempuan lain di antara dia dan suaminya. apalagi jika perempuan lain tersebut justru mendapat 'hati' yang lebih banyak dari suami. jelas rasa 'tersakiti' semakin nampak kuat dalam cerita Hati Suhita ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun