Saya bertanya kepada para mahasiswa, 'Apa yang saat ini sedang dibahas?' Bukannya menjawab mereka sibuk menoleh kepada teman-temannya.Â
Saya pun bertanya lagi, 'Apa yang terakhir kali kalian baca?' Mereka diam serentak. Dan nyatanya memang mereka belum membaca apapun dalam beberapa hari terakhir.Â
Saya pun berseloroh, setidaknya kalian masih suka membaca status update teman medsos kalian lah. Dan mereka serentak terbahak.Â
Sedih sebenarnya melihat anak milenial zaman now.Â
Dulu, saat saya seumur mereka, saya rajin membaca novel. Bahkan tiap bulan mengusahakan untuk membeli 1 novel dengan harga wajar, dan beberapa novel dengan harga di luar wajar (banting harga). Setidaknya dalam 1 bulan saya punya 2 novel.Â
Biasanya saya suka novel terjemahan. Karena banyak budaya baru dari negeri asal penulisnya yang bisa saya pelajari.Â
Nyatanya, meski novel, saya banyak mendapat pelajaran dari novel tersebut. Bukan hanya tentang fiksi penokohannya, tetapi juga setting, kebiasaan, tata bahasa dan budaya selain yang saya tahu selama ini.
Dan hingga hari ini saat saya menjadi seorang dosen, saya banyak berbagi dengan mahasiswa dari segala apa yang pernah saya baca.Â
Termasuk saat saya menulis banyak artikel.Â
Menulis jelas menambah eksistensi.Â
Sebab kita hanya akan dikenang melalui tulisan.