Mohon tunggu...
Gregorius Agung Dwi Wardoyo
Gregorius Agung Dwi Wardoyo Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar di setiap kesempatan, Scripta Manent, Verba Volant.

Guru di SMP Pangudi Luhur Jakarta, penggagas dan pendiri TBM Griya Pustaka Giriwoyo, Wonogiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orang Muda Katolik dan Hidup Menggereja

10 Juni 2019   16:24 Diperbarui: 28 Juni 2021   08:39 4713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika ada sebuah pertanyaan " Siapakah orang muda Katolik? Lalu, apakah peran orang muda Katolik dalam hidup menggereja? Pertanyaan tersebut adalah pernyataan yang menjadi awal cerita saya dari sebuah pengalaman hidup selama 25 tahun. Lahir di sebuah kota kecil tepatnya di Wonogiri, saya merupakan salah satu orang yang dibaptis sejak kecil, itu artinya saya "dibaptis" oleh Roh Kudus ke dalam Tubuh Kristus, yang adalah Gereja.

Selama kurang lebih 25 tahun menjadi Katolik, saya selalu berusaha untuk terlibat aktif dalam kegiatan menggereja. Sejak usia 5 tahun, saya sudah diikutsertakan oleh orang tua untuk mengikuti Pendampingan Iman Anak (PIA) atau biasa disebut Sekolah Minggu. Semakin bertambah usia, maka  juga semakin banyak kegiatan menggereja yang saya ikuti, seperti Pendampingan Iman Remaja (PIR) dan pelayanan-pelayanan gereja, di antaranya  menjadi misdinar dan mengikuti kelompok paduan suara.

Baca juga: Gaya Hidup Pemuda Kristen Zaman Sekarang

Mulai duduk di bangku SMP saya mulai mengenal kegiatan mudika  yang sekarang disebut Orang Muda Katolik (OMK). Berawal dari semangat anak-orang muda Katolik di lingkungan untuk berkumpul, seraya menyantap makanan yang disajikan, dan bercanda bersama, terbentuklah wadah inspirasi orang muda untuk berdialog bersama dan  membantu dalam pelayanan di lingkungan dan Gereja. Berjalan kaki melewati bukit, dan kebun tetangga, saya mulai menjemput teman-teman untuk ikut berkumpul bersama di rumah salah satu OMK yang sudah ditentukan sebelumnya. Hujan dan kadang mati lampu tidak menghalangi langkah untuk berbagi cerita bersama saudara-saudara seiman.

 Selanjutnya muncul kegiatan-kegiatan yang kami dapat lakukan saat  berkumpul,seperti: arisan, doa, latihan koor, dan makan bersama.  Kegiatan semacam itu tidak hanya memberi pengetahuan yang lebih tentang Yesus Kristus yang saya imani, tetapi juga  mengajari saya untuk hidup dalam kehidupan sosial. Misalnya, belajar untuk mau berbagi di dalam komunitas itu, meskipun dengan cara yang sederhana.

Dari pengalaman tersebut, saya merefleksikan bahwa kehidupan iman saya terus berkembang dan semakin meluas lingkup untuk mengungkapkan dan mewujudkan iman saya. Awalnya dari lingkup yang kecil: keluarga, lingkungan, gereja, lalu masyarakat.

Pembangunan spiritualitas yang sungguh saya rasakan adalah dari orang tua dan lingkungan sekitar sehingga saya mampu untuk mensyukuri setiap berkat yang Tuhan berikan melalui ciptaanNya. 

Kehadiran orang tua menjadi anugerah Tuhan yang luar biasa. Melalui mereka saya mendapatkan pendampingan dan pendidikan iman saya. Pribadi-pribadi di sekitar lingkungan saya juga menjadi semacam "guru" bagi jiwa saya. Merekalah penampakan wajah Tuhan yang konkrit yang membimbing langkah hidup saya.  

Baca juga: Peran Pemuda Kristen dalam Pemilu 2014

Kaum  muda adalah generasi harapan keluarga, Gereja, Nusa dan Bangsa. Hidup menggereja  diibaratkan sebagai hidup di sebuah keluarga. Di dalamnya kita bisa belajar dari orang-orang dan kegiatan-kegiatan yang diadakan. OMK sepantasnya terlibat akan seluruh aspek kehidupan yang terjadi supaya mereka juga mendapatkan "guru-guru" yang mengasuh dan menumbuhkembangkan iman mereka.

 Secara rohani Gereja diartikan sebagai umat Allah, kita sebagai tubuh, dengan kepalanya adalah Kristus. Artinya bahwa kita hidup bersama dengan Yesus dan ambil bagian dalam Tubuh Mistik-Nya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun