Mohon tunggu...
Ge
Ge Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger/Penulis

Blogger dan penulis yang suka membaca dan menonton. Suka menulis cerita fiksi, puisi-prosa (sirosa), opini, resensi dan banyak lagi. Tertarik pada intrik-intrik politik dan berbagai macam gosip yang bisa memperkaya cerita. Anti hoaks dan anti intimidasi. Menyalurkan hobi gambar dan ilustrasi di Instagram.com/gambarable. Ngetuit di X.com/gesiahaya. Ngeblog di gratcianulis.blogspot.com dan berbagi tips menulis fiksi di kampungfiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

22 Desember 2024: Merayakan Perempuan Indonesia

22 Desember 2024   07:48 Diperbarui: 22 Desember 2024   08:54 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selamat Hari Perempuan Indonesia 2024. Dokpri. @imagine MetaAI

Meski pilihan hidup perempuan semakin beragam, tantangan yang dihadapi sering kali serupa: diskriminasi, stigma, atau beban ekspektasi sosial. Solidaritas perempuan adalah kunci untuk melawan hambatan ini.

Solidaritas bukan hanya soal saling mendukung, tetapi juga memahami bahwa perjuangan perempuan tidak pernah terjadi di ruang hampa. Perempuan yang memilih untuk menikah dapat belajar dari yang memilih untuk melajang. Ibu rumah tangga dan pekerja karier dapat saling berbagi pengalaman dan inspirasi. Perempuan kuat karena kita bergerak bersama, tidak saling menjatuhkan.

Emansipasi: Melampaui Batasan Patriarki

Kita tidak bisa membicarakan perempuan tanpa menyebut patriarki---sistem yang telah menempatkan perempuan sebagai warga kelas dua selama berabad-abad. Dampaknya terasa dalam banyak hal: dari kurangnya akses pendidikan di masa lalu, hingga stereotip tentang peran perempuan yang masih bertahan hingga kini.

Namun, perempuan Indonesia terus melangkah maju. Kita melihatnya dalam sejarah: dari Kongres Perempuan 1928 hingga perempuan-perempuan masa kini yang menjadi pemimpin di berbagai bidang. Emansipasi bukan hanya soal kesetaraan hak, tetapi juga kebebasan untuk menentukan siapa kita dan apa yang ingin kita lakukan.

Mengatasi Trauma Budaya Patriarki

Patriarki tidak hanya mengekang perempuan secara fisik atau sosial, tetapi juga meninggalkan luka psikologis: trauma akibat kekerasan domestik, pelecehan, atau beban ekspektasi yang tidak realistis. Mengatasi trauma ini membutuhkan keberanian dan dukungan.

Patriarki adalah sistem yang telah menempatkan perempuan di bawah bayang-bayang laki-laki selama berabad-abad. Meskipun banyak perubahan positif, residu patriarki masih terasa dalam kehidupan sehari-hari. Perempuan sering kali menghadapi trauma akibat kekerasan, pelecehan, atau ekspektasi yang tidak realistis.

Hari ini, lebih banyak perempuan yang berani berbicara tentang pengalaman mereka, mencari penyembuhan, dan melawan ketidakadilan. Dari gerakan #MeToo hingga program pemberdayaan perempuan di Indonesia, kita menyaksikan bagaimana perempuan bangkit melawan ketidakadilan yang diwariskan sistem patriarki.

Mengapa Hari Perempuan Nasional Penting dan Relevan Saat Ini?

Di era modern, peran perempuan semakin kompleks dan luas. Perempuan tidak hanya berada di rumah, tetapi juga memimpin perusahaan, menjadi inovator di bidang teknologi, hingga menggerakkan perubahan sosial. Namun, perayaan perempuan sering kali masih terjebak pada peran tradisional seperti ibu atau istri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun