Mohon tunggu...
Ge
Ge Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger/Penulis

Blogger dan penulis yang suka membaca dan menonton. Suka menulis cerita fiksi, puisi-prosa (sirosa), opini, resensi dan banyak lagi. Tertarik pada intrik-intrik politik dan berbagai macam gosip yang bisa memperkaya cerita. Anti hoaks dan anti intimidasi. Menyalurkan hobi gambar dan ilustrasi di Instagram.com/gambarable. Ngetuit di X.com/gesiahaya. Ngeblog di gratcianulis.blogspot.com dan berbagi tips menulis fiksi di kampungfiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tentang Hari Ibu (22 Desember): Mari Kita Kembalikan Menjadi Hari Perempuan Nasional!

17 Desember 2024   14:44 Diperbarui: 17 Desember 2024   21:32 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kongres Perempuan Indonesia 1, 1928. Sumber: Wikipedia

Kita melihat perempuan-perempuan tangguh yang menjadi pemimpin di panggung politik, ilmuwan yang menciptakan inovasi, pekerja yang gigih, hingga aktivis yang membela hak-hak minoritas. Semua ini adalah bukti bahwa semangat Kongres Perempuan 1928 terus hidup dalam diri perempuan masa kini.

Namun, perjuangan belum selesai. Data menunjukkan bahwa perempuan masih menghadapi berbagai tantangan, mulai dari kesenjangan upah, pelecehan seksual, hingga rendahnya keterwakilan di ranah politik. Dengan menjadikan tanggal 22 Desember sebagai Hari Perempuan Nasional, kita tidak hanya merayakan pencapaian perempuan, tetapi juga mengingatkan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai kesetaraan.

Merayakan Perempuan dalam Segala Peran

Hari Perempuan Nasional akan menjadi momen untuk mengakui bahwa setiap perempuan, apa pun perannya, memiliki kontribusi besar bagi masyarakat. Dari ibu rumah tangga yang mendidik generasi penerus, pelajar yang menggali ilmu, pekerja yang mendukung perekonomian, hingga pemimpin yang menentukan arah bangsa.

Momentum ini juga menjadi pengingat bahwa perjuangan kesetaraan bukan hanya tanggung jawab perempuan, tetapi juga tanggung jawab bersama. Dengan memaknai kembali tanggal 22 Desember, kita mengangkat peran perempuan ke panggung yang lebih besar, di mana mereka dihargai bukan hanya karena peran mereka dalam keluarga, tetapi juga kontribusi mereka untuk bangsa.

Hari Ibu di Indonesia Memang Lebih dari Sekadar Hari Ibu

Kongres Perempuan 1928 adalah tonggak sejarah yang harus terus kita rayakan dan maknai dengan tepat. Daripada hanya menjadikan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu, mari kita perluas perspektifnya menjadi Hari Perempuan Nasional.

Dengan begitu, kita tidak hanya mengenang sejarah, tetapi juga melanjutkan perjuangan para pelopor untuk menciptakan masyarakat yang lebih setara dan berkeadilan. Kita merayakan perempuan dalam semua perannya, baik sebagai ibu, pemimpin, pejuang sosial, maupun individu yang berjuang untuk dirinya sendiri dan komunitasnya.

Hari Perempuan Nasional bukan sekadar perubahan nama, melainkan upaya untuk menghadirkan perempuan dalam sejarah, memberi penghormatan pada perjuangan mereka, dan memastikan bahwa kontribusi perempuan selalu mendapat tempat yang layak di hati bangsa.

Jadi?

Tepat sekali! Untuk tahun ini, mari kita ubah cara kita memaknai tanggal 22 Desember. Jangan hanya memberi ucapan kepada ibu kita (meskipun itu tetap penting) tapi juga sampaikan apresiasi kepada semua perempuan di sekitar kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun