Hana dan Jalan Pulang ke Inspirasi
Hujan mengguyur kaca jendela kedai kopi, meninggalkan jejak seperti akar pohon yang tumbuh pelan-pelan. Hana duduk di pojokan, ditemani secangkir kopi yang hampir dingin dan layar laptop yang kosong melompong. Sebagai seorang penulis, ia tahu betul ini bukan sekadar writer's block. Ini adalah kekosongan yang lebih dalam, seperti kehilangan arah untuk menyalakan lentera di kepalanya.
Lalu, sesuatu menarik perhatiannya. Seorang anak kecil di sudut ruangan sibuk mencorat-coret buku gambarnya. Pensil warna berantakan di meja, tangan mungilnya bergerak cepat, lalu berhenti mendadak. Anak itu menatap ke luar jendela, seperti menemukan sesuatu yang hanya bisa dilihat olehnya.
Hana tersenyum tipis. Ada rasa penasaran yang mengusik. Apa yang dia lihat? Kenapa dia berhenti menggambar? Pertanyaan itu seperti gemuruh halus di dalam pikirannya, dan saat itulah Hana ingat sesuatu: inspirasi tidak selalu datang seperti petir yang membelah langit. Kadang, ia merambat pelan, dari rasa ingin tahu yang sederhana.
1. Jadilah Penjelajah di Negeri Penasaran
Hana belajar hari itu---bahwa dunia ini lebih besar dari yang terlihat, asal kita mau bertanya. Kenapa hujan punya aroma? Apa yang membuat kopi terasa akrab? Pertanyaan-pertanyaan kecil itu adalah pintu rahasia menuju ide-ide besar.
Sore itu, Hana memutuskan untuk pulang lewat jalan yang belum pernah ia lewati. Di sinilah cerita baru dimulai. Ia menemukan sebuah kedai teh kecil bernama "Cerita Kopi dan Teh". Papan namanya sudah pudar, tapi ada kehangatan yang menariknya masuk.
2. Simpan Momen, Sekecil Apa Pun Itu
Pemilik kedai itu, seorang nenek tua dengan senyum yang berpendar hangat, menyambutnya dengan cerita: tentang teh yang ia bawa dari kampung halaman, tentang perjuangannya menjaga warisan kecil itu tetap hidup. Hana mendengarkan, mencatat dalam diam. Ia tahu, setiap cerita, bahkan yang paling sederhana, adalah benih yang menunggu ditanam.
Jadi, Hana menulis semuanya---cerita nenek, aroma teh, bahkan suara hujan yang mengiringinya. Karena Hana percaya, inspirasi tidak selalu muncul seketika. Kadang, ia bersembunyi dalam catatan, menunggu saat yang tepat untuk mekar.
3. Temukan Keajaiban dalam Momen Sekarang
Keesokan harinya, Hana mencoba sesuatu yang lain. Ia memilih duduk di kafe kecil, tanpa buku, tanpa ponsel, hanya dirinya sendiri dan segelas kopi. Ia memejamkan mata, lalu membuka kembali, perlahan.