Mohon tunggu...
Ge
Ge Mohon Tunggu... Lainnya - Cerpenis/Sirosais

Suka menulis sirosa (puisi-prosa), cerpen yang liris, dan ilustrasi. Tertarik dengan intrik-intrik politik dan segala macam gosip yang memperkaya cerita. Anti hoaks dan segala rupa berita-berita bohong serta intimidasi. Prinsip: fiksikan saja semua unek-unek daripada menyebarkan berita bohong.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Filosofi Murka

25 Februari 2014   13:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:29 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada murka yang menggelegak di hati orang-orang beradab, seperti sekam yang menyala diam-diam.

Ada murka yang meremang di hati orang-orang beradab, seperti dupa yang terbakar pelan-pelan.

Semuanya menghitung jarak, waktu, sepenggal masa, saat-saat antara, kini:Tuhan (mungkin) tidur (sejenak); nanti terbangun: membuat perhitungan, keadilan.

Ada murka yang menggelegak di hati orang-orang biadab, seperti nyala api yang menghanguskan, seketika.

Ada murka yang meledak-ledak di hati orang-orang biadab, seperti binatang luka yang mengamuk tak terbendung.

Semuanya menghanguskan jarak, waktu, sepenggal masa, tak ada saat antara, kini: akulah tuhan; nanti: akulah nerakamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun