Instagram. Media sosial yang cukup banyak menyita peminat, jarang dari masyarakat yang tidak mengetahui instagram, hampir sebagian masyarakat mengetahui media sosial satu ini. Dilansir dalam berita Kompas.com bahwa hingga November 2019 tercatat 22,6 persen atau sekitar seperempat penduduk Indonesia adalah pengguna Instagram, Pengguna Instagram dengan gender perempuan paling dominan di Indonesia. Tercatat jumlahnya mencapai 50,8 persen, unggul tipis dari pengguna bergender pria yang mencapai 49,2 persen (Wahyunanda Kusuma Pertiwi, 2019).Â
Kemudian dalam berita Merdeka.com bahwa berdasarkan studi dan riset data yang dihimpun oleh We Are Social pada tahun 2019, pengguna media sosial di Indonesia sudah mencapai 150 juta orang. Hal ini dapat diartikan bahwa sekitar 57% dari seluruh penduduk Indonesia sudah menggunakan berbagai media sosial dan ternyata Instagram berada di posisi keempat teratas (Rakha Fahreza Widyananda, 2020).Â
Dan mengutip dalam Uzone.id bahwa hingga bulan Mei 2020, menurut Napoleoncat, jumlah pengguna Instagram di tanah air mencapai 69.270.000 akun. Ada kenaikan dari sebelumnya 65.780.000 akun di bulan April 2020. Mayoritas pengguna Instagram di tanah air adalah wanita dengan presentase 51 persen. Sementara kelompok umur terbesar pengguna Instagram berada di usia 18 hingga 24 tahun dengan jumlah mencapai 25 juta. Perbedaan tertinggi antara pria dan wanita terjadi pada kelompok yang berusia 13 hingga 17 tahun, di mana wanita memimpin dengan 1.200.000 (Prihadi, 2020).
Bagi remaja, media sosial merupakan tempat dimana mereka merasa menemukan dan mendapatkan media untuk memenuhi kebutuhannya. Mulai dari informasi dunia luar yang cukup luas, hiburan yang dapat menghibur mereka, teman baru di luar dari lingkungan sehari-harinya, sampai pada aktivitas yang dapat menghasilkan uang atau sebuah keuntungan untuk mereka. Masa remaja merupakan masa yang kerap kali orang katakan sebagai masa yang penting, karena pada masa remaja akan banyak sekali perubahan yang akan terjadi dimana perubahan itu akan berakibat kepada sikap dan perilakunya baik itu secara langsung ataupun akibat jangka panjang. Masa remaja biasanya dicirikan dengan adanya perubahan baik secara fisik maupun mental bagi remaja, kemudian masa remaja sebagai masa pencarian identitas diri, dan masa remaja sebagai usia yang cukup menakutkan (Hurlock, 1999).
Remaja merupakan masa peralihan dari anak menuju dewasa, di mana mereka masih mencari jati diri mereka dan ingin membentuk citra diri mereka kepada masyarakat, membuat mereka ingin dikagumi dan mendapatkan pengakuan dari publik akan membuat remaja berupaya untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Dengan kehadiran Instagram bagi remaja itu adalah suatu hal yang menarik. Instagram dianggap sebagai media sosial yang menarik karena media sosial ini fokus pada foto dan video durasi pendek, peningkatan citra dan hubungan reciprocal dibandingkan dengan media sosial lain yang berfokus pada kicauan.Â
Dalam instagrampun memberikan fasilitas kepada remaja untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain secara luas tanpa berbatas jarak. Komunikasi yang terjadi pada media sosial Instagram membentuk sebuah interaksi yang terjadi antara individu dengan lingkungan sosial dalam dunia siber. Interaksi inilah yang kemudian akan mendorong seseorang untuk menkontruksi identitas mereka secara online (Bulan Cahya Sakti, 2018).
Mereka memposting foto atau video di feeds instagram atau di snapgram berupa hal yang menggambarkan identitas dirinya atau perasaan yang sedang ia rasakan pada saat itu. Seperti halnya memposting foto mereka berlibur, kumpul bareng teman-teman, atau sebuah kata-kata bijak yang ingin ia ungkapkan dari dalam hatinya, dan lain sebagainya. Tak jarang pun apa yang mereka post terkadang tidak sesuai dengan realita keadaan yang ada. Mereka bisa memiliki beragam macam identitas di media sosial yang mereka miliki. Dalam sebuah hasil penelitian (Oktaviani, 2019) menyatakan bahwa,
  "Berdasarkan hasil screening penerimaan diri yang dilakukan terhadap 30 responden diketahui bahwa remaja merasa bahwa dirinya harus mengedit foto terlebih dahulu sebesar 66,7 persen dan berusaha untuk tampil lebih baik sebesar 80 persen sebelum diunggah ke Instagram, hal ini dilakukan karena remaja ingin orang lain memandang bahwa dirinya menarik. Ada perasaan iri jika pada unggahan orang lain mendapat respon lebh baik dari pada unggahan dirinya sebesar 73,3 persen, hal ini membuat remaja terkadang membandingkan hidup mereka dengan orang lain. Namun, remaja yang memahami potensi dirinya biasanya mengunggah kegiatan yang positif seperti hobi antara lain memasak, mejahit dan lain sebagainya sebesar 66,7 persen."
Dalam pernyataan ini dapat dilihat bahwa penggunaan Instagram bisa mempengaruhi penerimaan identitas diri remaja yang dimana pada masa remaja ini mereka sedang mencari identitas diri mereka yang bisa membuat orang lain tertarik terhadap mereka. Sikap membanding-bandingkan antara dirinya dengan orang lain cukup tinggi, hal ini bisa berdampak sesuatu yang negatif kepada diri remaja apabila ia tidak bisa menerima dan tidak menyesuaikan dirinya.
Penerimaan diri adalah sikap yang pada dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakat diri sendiri, dan pengakuan akan keterbatasan-keterbatasan diri (Chaplin, 2011). Hurlock (2009) menjelaskan bahwa penerimaan diri adalah suatu tingkat kemampuan dan keinginan individu untuk hidup dengan segala karakteristik dirinya. Individu yang dapat menerima dirinya diartikan sebagai individu yang tidak bermasalah dengan dirinya sendiri, yang tidak memiliki beban perasaan terhadap diri sendiri sehingga individu lebih banyak memiliki kesempatan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Penerimaan diri menjadi salah satu faktor penting yang berperan terhadap kebahagiaan individu sehingga ia memiliki penyesuaian diri yang baik, selanjutnya Santrock (2008) menyatakan bahwa penerimaan diri sebagai salah satu kesadaran untuk menerima diri sendiri dengan apa adanya (Oktaviani, 2019). Berdasarkan uraian ini dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri adalah keadaan dimana seseorang individu dapat menerima diri apa adanya, menerima segala kelebihan dan kekurangan yang ia miliki tanpa harus membanding dengan orang lain.
Bijak dalam menggunakan Instagram ataupun media social lain perlu diterapkan dalam diri remaja. Jangan sampai penggunaan media social ini justru menghambat proses perkembangan diri yang berdampak pada remaja. Sikap menerima diri apa adanya perlu ditanamkan dalam diri individu juga,, memberi pemahaman kepada diri remaja bahwa setiap yang mereka miliki adalah sebuah anugerah yang diberikan kepada Tuhan untuk dirinya. Mensyukuri setiap apa yang ia miliki dan selalu berpikir positif.