Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mimpi Jelata Tuk Si Jelita Likupang

22 Februari 2022   22:19 Diperbarui: 23 Februari 2022   01:57 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mesti mengakui -dengan malu malu- bahwa baru mengetahui ada satu tempat indah nan jelita seperti Likupang. Setelah mengetahui nama itu, saya segera menjelajahi laman-laman dunia maya, dari artikel, foto hingga video. Setelah menjelajah berbagai bagai itu, saya terpesona sekali dengan destinasi ini. Akhirnya jadilah mimpi Jelata pada Likupang si Jelita.

Likupang merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Luasnya sekitar 200 hektare serta memiliki kawasan pesisir pantai  yang berpasir putih. Dari sisi penduduk, pesisir Likupang dihuni oleh orang-orang Nusa Utara yang termasuk ke dalam etnis Sangir Talaud. Etnis itu tinggal di kabupaten kepulauan di Sulawesi Utara, seperti Kepulauan Sitaro, Kepulauan Sangihe, dan Kepulauan Talaud.

Garis pantai pasir putih Likupan (Sumber : Idntimes)
Garis pantai pasir putih Likupan (Sumber : Idntimes)
Dengan menggunakan mobil, Likupang bisa ditempuh 2 jam perjalanan dari Manado, Ibu Kota Sulawesi Utara (North Sulawesi). Jika jalan tol selesai, maka waktu tempuh bisa dipangkas lebih singkat lagi.

Dari berbagai media disebutkan bahwa Likupang ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 84/2019. PP itu telah disahkan sejak 6 Desember 2019 dan diundangkan pada 10 Desember 2019. Dalam keputusan itu, KEK diprioritaskan untuk mengembangkan kegiatan perekonomian di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. KEK Likupang ditetapkan sebagai zona pariwisata dan secara spesifik terletak di atas lahan seluas 200 hektar.

Likupang memiliki berbagai potensi yang bisa saling menguatkan dan meneguhkan keindahan Nusantara. Pantai asri dengan pasir putih menggoda, ditingkahi oleh perbukitan dengan lambaian pepohonan yang hijau nan menyegarkan. Budaya dan kulinernya tak kurang menggoda. Jangan lupa dengan dunia bawah lautnya, akan mengguratkan kenangan indah yang tak akan dilupakan. Paket lengkap untuk sebuah tempat wisata.  Tak heran kemudian Likupang dimasukan dalam kategori DSP Likupang alias Destinasi Super Prioritas.

Bahoi, Salah satu kampung wisata di Likupang Barat (sumber :Travel Kompas)
Bahoi, Salah satu kampung wisata di Likupang Barat (sumber :Travel Kompas)
Berbicara tentang DSP Likupang, tentu saja kemudian kejelitaannya akan semakin dipoles sehingga bertambah jelita dan kemudian "dijual" kepada para pelancong. Yang harus diingat adalah bahwa menjual si Jelita ini, tidak dalam artian memindahkan kepemilikan layaknya menjual sebuah property. Sebab banyak kejadian, sebuah tempat yang menarik kemudian dijual (benar-benar dijual) kepada pihak asing.

Masih saya ingat pengalaman pribadi saat kembali dari Takabonerate. Saat itu kami dengan tim dari petugas Perhutani dan Dinas Pariwisata hendak merapat namun tiba tiba ada warga asing mengusir kami dengan kasar. Dia berkata kalau tempat itu sudah dibeli. Entah bagaimana hal itu bisa terjadi. Oleh karenanya, dalam konteks menjual kejelitaan Likupang, yang dijual adalah nuansa, pengalaman "experience" dan sensasinya.

Keindahan bawah laut Likupang (SUmber : Travel Kompas)
Keindahan bawah laut Likupang (SUmber : Travel Kompas)
Sensasi dan experience ini perlu dimaintenance agar Likupang memiliki nilai jual yang tinggi. "Nilai jual" yang tinggi, bisa membuat pelancong betah dan rela merogoh kocek lebih dalam untuk  menikmati Likupang. Nilai ini pula yang akan menggiring wisatawan lokal berkunjung ke destinasi ini dan menghabiskan waktunya dengan berwisata di Indonesia aja.

Menjaga sensasi dan experience ini pula yang mungkin menjadi harapan agar kejelitaan Likupang tetap terjaga dan menjadi Wonderful Indonesia.

Tarian adat Likupang (Sumber : Kompasiana)
Tarian adat Likupang (Sumber : Kompasiana)
Beberapa hal yang saya harapkan adalah sebagai berikut:
  • Memelihara Objek wisata

Likupang memiliki kekayaan alam dan budaya yang sangat kaya.  Bentang alam yang sangat indah adalah anugerah ilahi yang tidak bisa diciptakan manusia. Dalam berbagai tulisan dan reportase, keindahan Likupang sering disingkat dengan kata "surga tersembunyi". Kita akan sepakat setelah melihat berbagai foto dan video keindahan daratan dan lautannya.

Saya sangat berharap agar kejelitaan surga yang tersembunyi ini dijaga dengan sangat baik. Jangan sampai 

Pantai Likupan yang dihiasi sampah (sumber : Berita Manado)
Pantai Likupan yang dihiasi sampah (sumber : Berita Manado)
kecantikan dan kejelitaannya rusak justru setelah diberikan label prioritas.

Perkara sampah di tempat wisata di Indonesia ini merupakan perkara pelik yang perlu dicarikan jalan keluarnya. Banyaknya sampah di tempat wisata jelas merukan kejelitaan tempat tersebut. Oleh karenanya tata kelola sampah di Likupang haruslah betul betul baik.

Saya pernah datang ke satu tempat untuk menyelam dan kemudian kecewa karena banyak sampah. Hal ini masih ditambah terumbu karangnya rusak. Pengalaman ini merusak image tempat tersebut hingga sekarang.

Kekayaan Likupang tentu saja bukan hanya bentang alam dan lautnya. Perjalanan Sejarah dan Budaya yang masih hidup di kalangan masyarakat adalah kekayaan lainnya. Dari sisi inilah para pelancong akan menemukan sesuatu yang berbeda. Tempat seindah Likupang akan banyak ditemukan di tempat lain. Namun sejarah dan budaya Likupang hanya ada di Likupang. Jangan sampai sejarah dan budaya ini hilang tergerus kemajuan zaman.

Perhatikan saja, jika tarian, nyanyian dan permainan tradisional banyak dimainkan orang orang tua, bisa jadi sebentar lagi kekayaan budaya itu akan musnah dan jadi cerita dalam lembar buku sejarah. Artinya regenerasi dan mewariskan kekayaan budaya ini harus dilakukan.

Saya berharap agar kekayaan budaya, keindahan alam (objek-objek wisata baik fisik maupun non fisik) dipelihara dengan baik sehingga kita akan menemukan sesuatu yang berbeda di Likupang. Itulah sensasi.

Jalan tol menuju Likupan untuk Destinasi Super Prioritas (Sumber : Kompas)
Jalan tol menuju Likupan untuk Destinasi Super Prioritas (Sumber : Kompas)
  • Infrastruktur

Dengan label DSP rasanya untuk urusan infrastruktur Likupang tak perlu dikhawatirkan. Hal-hal terkait dengan transportasi dan logistik memang menjadi satu catatan khusus. Yang saya rasakan, tempat-tempat terindah di Indonesia, adalah tempat-tempat yang susah dijangkau. Tempat seperti itu memang tersembunyi.

Memang ada kenikmatan tersendiri "membayar" keindahan di tempat tersembunyi setelah melewati perjalanan yang tak mudah. Tapi tak semua orang mau membayar keindahan itu dengan perjalanan yang tak nyaman. Kehadiran infratstruktur yang baik akan sangat berpengaruh terhadap proses menikmati Likupang. Beriwasata dengan hati senang dan tenang tentu merupakan poin tersendiri. Jangan sampai pelancong, rusak mood karena menghadapi infrastruktur yang buruk. Mood yang rusak tersebut akan bertambah parah ketika berdampak pada biaya dan akomodasi yang mahal.

Homestay di Likupang. (Sumber : Kompas)
Homestay di Likupang. (Sumber : Kompas)
  • Tetap Ramah Kantong.

Nah ini betul betul harapan jelata untuk tetap dapat menikmati Likupang yang jelita. Walau mendapat label DSP, saya berharap tempat-tempat wisata yang indah dan jelita tetap dapat dinikmati dengan biaya yang ramah di kantong. Bukan hanya orang berduit yang ingin menikmati keindahan alam Likupang, Kaum jelata juga memiliki hak untuk menikmati keindahan anugerah ilahi.

Dalam hal ini, saya  berharap sinergi berbagai pihak untuk meningkatkan serta menciptakan nuansa wisata yang kaya dan menarik dengan biaya yang terjangkau. Dengan demikian kita bisa menikati keindahan semesta di Indonesia aja.

Mudah mudahan Likupang tetap jelita dan jadi permata Nort Sulawesi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun