Saya betul betul terharu saat melihat para santri cilik bubar dari mesjid bambu di kawasan Pesantren Al Musthafa Cijapati. Apa sebabnya?
Sejak 2015 saya berusaha merintis berbagai kegiatan di Pesantren namun gagal. Pernah dibawa 2 rombongan dari Banten. Bertahan 2 hari saja, lalu mereka minta pulang. Terakhir ada 5 orang santri yang ingin belajar bertani. Alhamdulillah, Mereka bertahan lebih baik. 7 hari, lalu minta izin pulang. Takut katanya.
Masalahnya bukan pada mereka, tapi memang pada saya. Saya belum bisa menetap di Pesantren. Padahal kata  seorang pengurus, kalau mau berhasil saya harus bisa menetap di lokasi Pesantren. Ada banyak alasan yang bisa diajukan untuk mengurangi rasa bersalah ini. Urusan pesantren ini hampir semuanya masih diurus sendiri. Mulai dari administrasi hingga menghadiri rapat-rapat (termasuk zoommeting). Karenanya saya belum bisa menetap di lokasi Pesantren dan membina lokasi.
Saat ada dua orang muda menawarkan diri untuk membantu pembinaan di sana saya sangat bahagia dan antusias. Saya menyetujuirencana pesantren kilat yang mereka ajukan. Â Gaji dan biaya operasionalnya bagaimana? SAJUTA saja dulu. Â Sabar, Jujur dan tawakkal. Bismillah, Nanti ada jalannya.
Waktu sangatlah mepet untuk melakukan sosialisasi. Sampai hari yang ditentukan belum ada yang datang ke mesjid Pesantren. Akhirnya dua orang ustadz muda ini nyusul ke kampung. Pulangnya mereka bawa 3 orang santri cilik (sayang saya telat mendokumentasikannya). Lalu mereka ngajar di mesjid dan saya harus menghadapi tamu. Saat selesai saya hitung sandal yang ada di mesjid. Takjub juga, ada 15an orang santri di pesantren kilat pertama yang kami adakan. Saya terharu.
Pikiran ini lalu melayang, bagaimana menggaji gurunya? Dari usaha yang dirintis rasanya belum bisa mencukupi. Dari SPP juga sepertinya akan menemui jalan terjal. Lalu saya mengajukan ide, bahwa mereka akan dimodali usaha sendiri dan dari situlah mereka mendapatkan gajinya.
Modalnya sebuah Greenhouse seukuran 500 m2 yang ditanami melon atau sayuran lain. jika GH seluas itu ditanami melon, populasinya bisa mencapai 1500 pohon. Anggap saja 1300 bisa tumbuh dan berbuah dengan baik, akan ada 1300 kg melon (asumsi 1 melon 1 kg). Dengan harga jual per kg Rp 20,000 akan didapat nominal 26 juta dikurangi biaya produksi 12 juta, maka akan dikantongi 14 juta rupiah. Cukuplah untuk gaji guru.
Itulah rupanya jalan terbayang dalam benak saya.
Nah, bagi para dermawan yang ingin membantu mewujudkan Pesantren rintisan ini silahkan untuk menitipkan donasinya kepada kami. Mudah mudahan di bulan berkah ini kebaikan kita dilipat gandakan oleh Allah swt.
Donasi :
Rek BNI : Â PP Al Musthafa 0840620109
Rek BRI : DKM Al Musthafa 432801004613534
Rek BCA : Fajruddin Muchtar 7770529845
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H