Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Api Biru Inspirasi Ramadan

7 Juni 2019   00:01 Diperbarui: 7 Juni 2019   00:16 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam buku karya penyair Hafizh "I Hear God Laughing: Rendering of Hafizh" ada sebuah sya'ir yang menarik karena penuturannya kisahnya.

Suatu hari seorang wanita belia bertanya kepadaku, 

"Bagaimana rasanya menjadi seorang pria?" dan aku menjawab. "Sayangku, aku tak begitu paham."

Kemudian ia berkata, "Bukankah Anda seorang pria?"

Dan kali ini aku menjawab "Aku melihat gender bagaikan binatang yang indah,

yang kerap dibawa untuk berjalan-jalan dengan tali, dan memasuki beberapa kontes ganjil untuk mencoba memenangkan hadiah-hadiah tak lazim.

Sayangku, pertanyaan yang lebih baik untuk seorang Hafizh adalah,

"Bagaimanakah rasanya menjadi hati?" 

Karena yang kuketahui hanyalah Cinta, dan kudapati hatiku mahaluas dan berada dimana-mana!"

Bagaimana kah rasanya menjadi hati yang dipenuhi rasa cinta? Hati manusia adalah wadah yang sangat indah, karena ia identik dengan hal-hal yang elok. Karena yang kuketahui hanyalah Cinta, dan kudapati hatiku mahaluas. Cinta adalah emosi positif yang turut menyumbang perannya dalam kelangsungan hidup manusia. Dalam banyak situasi kondisi cinta menjadi a man behind the curtain yang berperan menjadi motif penggerak dan inspirasi.

(Foto. Liputan6)
(Foto. Liputan6)
Allah tak pernah mempertimbangkan bentuk-bentuk rupa fisik manusia. Semua amal perbuatan dinilai berdasarkan niat, motivasi atau kehendak yang digemakan oleh hati. Niat yang suci tak mungkin lahir dari hati yang kotor, keras, dan hina. Maka, Rasulullah pernah menyampaikan "Takwa itu di sini," sambil menunjuk ke hati, sebanyak tiga kali. (HR Imam Muslim no. 2564)

Cinta hanya bisa dilihat dari implikasinya terhadap perbuatan seseorang, ketika seseorang tergerak menolong orang lain yang sedang kesulitan, itu karena rasa kasih sayang dalam hatinya mempersuasi dia untuk menindak lanjuti hal itu. 

Sebetulnya ketika kita secara spontan menentukan pilihan dalam kehidupan, ada tim yang menganalisa tindakan dalam otak kita "apakah kemungkinan buruk dan kemungkinan baiknya, apakah akibatnya?" dan pertanyaan-pertayaan kritis lainnya untuk kemudian diri mulai mengeksesuki pilihannya. Tetapi, peran hati juga turut serta. Kalau otak lebih realistis, hati akan cenderung melibatkan emosi. Hati yang dipenuhi rasa cinta kasih akan mempertimbangkan pilihannya berdasarkan kadar yang mendominasinya.

Karena itu memilih sebuah panutan, dan inspirator bukanlah sesuatu yang sederhana, sebab itu akan secara besar-besaran menularkan efeknya. Kita akan berkumpul dengan kerabat-kerabat yang menyuarakan energi yang serupa dengan kita,  dan sefrekuensi dengan kita. Keterlibatan dalam hubungan interaksi membuat manusia dapat saling mempengaruhi. Alam semesta ini bukan ruang yang kosong, apa yang kita lempar akan kembali kepada asalnya.

(Dok. Islamida)
(Dok. Islamida)
Lalu, bagaimana kah rasanya menjadi Ramadhan? Bulan yang saya analogikan sebagai kendaraan yang mengantarkan kepada titik yang amat penting, yaitu Idul Fitri---sebuah perhentian untuk memulai hal baik. Bulan ramadhan sendiri ibaratkan sebuah madrasah, di dalamnya kita ditempa didikan-didikan untuk diterapkan dalam realitas kehidupan. 

Sama halnya seperti madrasah, di dalamnya kita disibukkan mempelajari banyak hal dan permasalahannya. Namun berhasil tidaknya ajaran di sekolah itu terlihat dari perilaku kita di rumah, dan di lingkungan sekitar kita.

Dalam sekolah bernama bulan Ramadhan kita belajar menahan diri, mengontrol diri dan mengatasi diri bahkan marah dikatakan dapat mengurangi pahala puasa. Misalnya menahan diri dari lapar, dengan begitu kita turut merasakan kesulitan saudara kita yang tidak beruntung, dengan begitu kita lebih menghargai makanan dan berat hati bila tidak menghabiskannya karena hanya akan berakhir di tempat sampah. 

Padahal kita tahu untuk menjadi sepiring santapan itu melewati berbagai proses dan melibatkan banyak jerih payah. Pada sekolah bernama bulan Ramadhan juga waktunya kita lebih banyak merenung, berdiam diri sejenak dan memikirkan hal-hal yang tidak disadari karena tergesa-gesa mengejar kehidupan dunia. 

"Merenungkan penciptaan makhluk baik yang di atas maupun yang di bawah, dalam rangka mengambil pelajaran, diperintahkan dan dianjurkan." (Majmu' al-Fatawa, 15/343). Dalam perenungan akan kita temukan intropeksi diri, muhasabah dan menyadari kealfaan diri. Di penghujung ramadhan, filosofi saling memaafkan juga begitu kental menjadi pengingat diri bahwa memaafkan adalah hal mulia.

(dok. MediaIndonesia)
(dok. MediaIndonesia)
Menurut Robert Frager dalam buku Psikologi Sufi ia mengatakan bahwa manusia membutuhkan fokus karena manusia cenderung teralihkan dengan berbagai urusan. Maka dari itu melatih kefokusan diri itu penting. Fokus membuat kita memaknai peran menjadi manusia sebaik-baiknya. Selama bulan Ramadhan, ibaratnya Allah memberikan kita waktu untuk fokus dalam beribadah. 

Perasaan khusyu' itu terlihat jelas di bulan Ramadhan daripada di bulan lainnya. Menghidupkan malam dengan mengkhatamkan Al-Qur'an juga merupakan ritual di bulan Ramadhan yang menambah kesan khidmat. Ditambah dengan esensi silaturrahim, persaudaraan dan kebersamaan melalui rangkaian Buka Bersama. Itulah beberapa highlight dari bulan Ramadhan.

Puasa dalam perspektif sufistik Jalaluddin Rumi, "Ada kebahagiaan rahasia bersama perut yang kosong. Kita cuma alat musik petik, tak lebih, tak kurang. Kotak suara penuh, musik pun hilang." Agar senar yang dipetik dapat memantulkan suara dan lagu yang merdu, gitar harus mengosongkan kotak suaranya. Semoga makna puasa akan terus terngiang-ngiang bagaikan lagu yang paling disukai di keseharian kita.

Cinta membutuhkan pengorbanan dan hikmah membutuhkan upaya. Mari jaga hikmah bulan Ramadhan agar selalu menjadi inspirasi dalam bertransformasi menjadi versi diri yang lebih baik lagi.

Sebagaimana pada bulan ramadhan juga hidupnya kembali lagu-lagu religi, saya jadi teringat lagu lawas yang hits pada masanya "Jagalah hati jangan kau kotori, jagalah hati lentera hidup ini,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun