Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Untuk Anak Tetanggaku dari Aleppo

4 Juni 2019   01:00 Diperbarui: 4 Juni 2019   01:01 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ali dan Zainab.

Kutulis surat ini untukmu karena beberapa saat sebelum ini aku menyaksikan sebuah video anak-anak Aleppo yang betul betul menyayat hati. Video itu juga mengingatkanku pada kalian, karena saat aku meninggalkan rumah kontrakan dan  tempat belajarku, kalian seumuran itu. Saat ini, jika kalian masih ada, pasti sudah besar, berkeluarga dan memiliki anak-anak yang lucu.

Kalian adalah tetangga kecilku yang sering kali mengajak anak-anaku, Zahra dan Muhammad bermain. Jika kalian terlalu asyik bermain di rumah kami, ibu kalian akan memanggil kalian dengan suara agak melengking.  Suara ibu kalian yang tinggi itu akan terdengar dari saluran pendingin yang tersambung dari bawah.

Di depan Rumah (dokpri)
Di depan Rumah (dokpri)
Oh ya, rumah kita memiliki satu pintu gerbang dan memiliki dua bagian. Atas dan bawah tanah. Orang Iran menyebutnya hamkaf, dan zir zamin. Saya tinggal di hamkaf, sementara kalian tinggal di bagian zir zamin. Namun kalian juga memiliki bagian di bagian depan yang sering ayah kalian pergunakan untuk menerima tamu dan belajar.

Ayahmu, Syekh Hasan adalah tetangga kami yang baik. Dia tipe orang yang tak banyak bicara kecuali seperlunya saja. Karenanya, walaupun bertetangga sangat jarang kita berbincang bincang. Seingat saya tak lebih dari 5 jari tangan, saya ngobrol dengannya.

Ibumu adalah tukang masak yang handal . Seringkali dia mengirimkan makanan khas dari Syiria kepada kami. Yang paling sering dia kirim adalah olahan nasi dicampur susu manis. Rasanya seperti bubur yang manis. Mirip masakan India yang disebut Phirni. Makanan itu tak cocok dengan selera lidahku yang terbiasa dengan bubur ayam yang asin dan diaduk pula. Ada juga panganan berisi daging yang dimasukan ke dalam paprika kemudian dibakar. Saya tak tahu, apa nama makanannya yang jelas enak sekali.

Mesjid Umayyah sebelum dan setelah penghancuran (dok. IdnTimes)
Mesjid Umayyah sebelum dan setelah penghancuran (dok. IdnTimes)
Ali dan Zainab yang kusayangi,

Saat para teroris ISIS menggempur Aleppo, pikiranku langsung terbang dan bertanya tanya, bagaimana keadaan kalian dan keluarga kalian. Aleppo betul betul luluh lantak dan hancur berkeping keping. Padahal dari Ayahmu aku mendengar cerita sanjungan yang luar biasa tentang keindahannya.

Tentang Aleppo dan sejarahnya, Ayahmu bisa bercerita panjang lebar di kamar depan rumahnya. Beberapa tempat bersejarah dia ceritakan dengan agak rinci. Satu demi satu. Satu yang tak pernah selesai dia ceritakan adalah tempat di mana kepala Imam Husein diletakan di Mesjid Umayyah. Saat menceritakannya, dia bisa meneteskan air mata.

Apalagi saat aku bertemu dengan Syekh Nabil Halbawi, seorang penyair dari Aleppo yang mampu menceritakan keindahan Aleppo dengan baik. Mendengar cerita ayahmu dan Syekh Nabil, lalu saya memasukan Aleppo sebagai salah satu tempat yang harus dikunjungi.

Sayang sekali, negeri yang sangat indah itu hancur berantakan karena fitnah-fitnah yang ditebar. Aleppo yang memiliki catatan sejarah ribuan tahun kemudian tinggal sejarah oleh polah para teroris berkedok agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun