Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Regenerasi Petani, Menimbang Pegawai Negeri Tani

22 Mei 2019   11:18 Diperbarui: 22 Mei 2019   11:38 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siapa mewarisi semangat taninya? (dok : keluargakokoh.com)

Mengapa nasib petani menjadi penting? Karena ia berkaitan dengan isi perut 200 jutaan manusia Indonesia. Dari siapa masyarakat mendapatkan makanan kalau bukan dari petani? Siapa yang akan menanam padi (dan komoditas lainnya) kalau bukan petani ? Sebutir nasi yang dimakan pasti melewati perjuangan dan peluh petani.

Sudah lebih dari 2 tahun ini saya beralih profesi dari seorang guru menjadi seorang petani. Karena hampir setiap hari bersentuhan dengan para petani, maka saya sendiri mengalami sendiri

Petani yang mau bekerja di ladang, memang kebanyakan tak muda lagi. Para pemudanya lebih suka menjadi buruh pabrik di daerah terdekat. Alasannya pun masuk akal. Kepastian mendapatkan uang adalah alasan yang paling banyak ditemui pada para pemuda yang tidak bekerja sebagai petani. Dibandingkan bekerja di pabrik, kerja sebagai petani ibarat berjudi dengan segala kemungkinan buruk dalam hidup. Biaya produksi yang tinggi, gagal panen hingga harga yang sangat rendah. Menjadi cerita yang sangat akrab di kalangan petani.

Siapa mewarisi semangat taninya? (dok : keluargakokoh.com)
Siapa mewarisi semangat taninya? (dok : keluargakokoh.com)
Kepemilikan lahan pun menjadi hambatan. Para petani muda rata-rata tidak memiliki tanah garapan sendiri. Sebagai pemula, biasanya mereka ikut menggarap tanah orang tuanya. Sementara orang tuanya belum "mewariskan" tanah garapan itu, mereka tidak punya lahan sendiri. 

Hal-hal itu kemudian diakumulasi dengan harapan dan persepsi masa depan yang menghadang. Menjadi petani kebanyakan tak bisa menabung, karena urusan hidup berkejaran dengan harga-harga yang menggila. Kondisi ini berhasil diriset oleh Koalisi Rakyat untuk Keadulatan Pangan (KRKP). 

Dalam risetnya disebutkan bahwa rendahnya keinginan menjadi petani dipengaruhi oleh persepsi responden yang pesimis atas situasi pertanian kini. Sebanyak 42 % responden menyebut kondisi pertanian sekarang memprihatinkan. Sementara 30 % menyatakan biasa saja dan sisanya 28 %  menyatakan membanggakan.

bersama petani Cijapati (dokpri)
bersama petani Cijapati (dokpri)

Karena bertani bukan hal yang seksi, maka wajar jika populasi petani menurun tajam. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian terus mengalami penurunan dari 39,22 juta pada 2013 menjadi 38,97 juta pada 2014. Dan jumlah tersebut turun kembali menjadi 37,75 juta pada 2015.

Untuk mengatasi hal yang sangat krusial ini diperlukan ide yang sangat revolusioner. Dengan program-program yang dijalankan pemerintah saat ini, rasanya pesimis mengatasi permasalahan ini. Program-program yang sudah dijalankan oleh pemerintah belum membuat pertanian sebagai sesuatu yang seksi dan menarik. Apalagi mendongkrak populasi petani muda.

Salah satu ide yang menurut saya revolusioner untuk mendongkrak dan menarik anak-anak muda untuk menjadi petani adalah ide Pegawai Negeri Tani (PNT). Ide ini bermula dari seorang Hayono Isman saat menjadi salah satu peserta konvensional Capres Demokrat. Hayono menyebutkan bahwa walaupun pemerintah cukup peduli dengan pertanian, namun pemerintah abai terhadap profesi petani itu sendiri.

Siswa SMK pertanian sedang magang di Kebun Al Musthafa (Dokpri)
Siswa SMK pertanian sedang magang di Kebun Al Musthafa (Dokpri)

Menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) artinya menjaga stabilitas ekonomi keluarga karena ASN dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang cukup menggiurkan. Gaji yang pasti dan tak pernah turun menjadikan ASN menjadi wilayah aman dalam hidup. 

Selain gaji, ASN masih dilengkapi berbagai tunjangan yang asyik dan menggiurkan. Belum lagi dengan THR, Gaji ke 13, 14, tunjangan kesehatan dan pensiun. Makanya minat menjadi ASN tidak pernah turun. Jika para petani dijadikan sebagai PNT dengan fasilitas seperti ASN, maka akan ada peningkatan jumlah petani secara signifikan.

Keuntungannya? Tentu saja akan banyak orang yang menanam berbagai komoditas. Petani itu, tidak digaji saja mereka menanam, apalagi digaji. Saat petaninya banyak maka pilihan komoditas yang ditanampun semakin beragam.

Pengangkatan petani jadi ASN memudahkan pemerintah untuk mengendalikan inflasi dan harga. Pemerintah bisa memobilisasi petani untuk menanam komoditas tertentu untuk memperlambat inflasi. 

Lahan-lahan milik pemerintah yang belum tergarap pun bisa dimaksimalkan dan digarap para petani ini. Hasil panen PNT, harus ditampung oleh pemerintah. Pemerintah tak perlu beli dari petani sebab mekanismenya petani sebagai pegawai bukan penjual. Dengan mekanisme seperti itu harga-komoditas dapat dikendalikan.

usaha regenerasi petani muda dan belajar bersama mereka (Dokpri)
usaha regenerasi petani muda dan belajar bersama mereka (Dokpri)

Dengan sistem penggajian dan insentif yang diberikan seperti yang diberikan kepada para ASN, petani akan lebih fokus memelihara tanamannya. Mereka tidak sibuk memikirkan biaya-biaya produksi dan paska produksi. Hanya fokcus menjaga tanamannya. Efeknya, kualitas tanaman akan meningkat dan lebih mampu bersaing dengan produk impor.

Para PNT  inipun bisa dimobilisasi untuk memanfaatkan hasil-hasil penelitian para akademisi yang biasanya tersimpan di balai-balai penelitian. Dengan demikian hasil penelitian itu tidak mubadzir.

Adapun mekanisme perekrutan PNT ini bisa diseleksi dari para anak-anak petani, anak-anak putus sekolah hingga para pengangguran. Jika ini bisa dilakukan, maka akan terjadi penurunan jumlah pengangguran dan peningkatan jumlah petani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun