Beberapa hari lalu, saya bertanya kepada teman-teman di grup bisnis. Kaitannya dengan tema tulisan di SamberTHR Kompasiana tentang sosok pengusaha dadakan yang mengandalkan fintech. Dari 3 grup bisnis yang saya ikuti taka da satupun yang merespon pertanyaan saya. Tadinya kan niatnya mau saya wawancara sebagai bahan reportase hari ke 14. Akhirnya saya browsing dan mencari beberapa kisah pengusaha-pengusaha yang meminjam dari fintech ini.
Cerita-cerita ini saya kumpulkan dari berbagai sumber dan berharap agar hal ini bisa menjadi pelajaran buat pembaca yang meminjam modal dari fintech. Sebelum itu, saya ingin menjelaskan dulu beberapa hal tentang fintech ini.
Rambu-rambu
Istilah Fintech saat ini digunakan untuk menyebut inovasi dalam bidang jasa keuangan atau finansial. Dengan kata lain fintech adalah inovasi finansial yang diberi sentuhan teknologi modern.
Karena menggunakan teknologi modern, maka hampir semua proses Pengumpulan dana, transfer dan pengelolaan asset) menjadi lebih simpel.
Dari sisi inilah fintech menjadi sangat menarik dibandingkan layanan perbankan yang cenderung ribet dan banyak persyaratan yang mesti dipenuhi. Seperti biasa, saat ada peluang kemudahan dan kecepatan pelayanan, kemudian layanan ini menjamur. Saat menjamur seperti itu, kemudian muncul pula oknum-oknum yang mencoba meraup keuntungan dari euphoria dan ketidaktahuan nasabah.
Agar tidak terjerat pada permainan fintech abal abal, maka cek dulu 7 hal ini.
Ini adalah aturan paling dasar saat ingin menjadi investor atau nasabah satu fintech. OJK (otoritas jasa keuangan Indonesia) adalah otoritas tertinggi dari perusahaan keuangan di Indonesia. Pilihlah fintech yang telah dijamin oleh OJK. Sebab pada saat perusaah yang kita pilih kolaps, maka dana yang kita salurkan ke perusahaan akan dijamin oleh OJK.
2. Pilih yang transparan
Pilih perusahaan yang transparan dan mudah diakses laporan keuangannya. Meskipun sudah resmi dan dijamin OJK, ada beberapa perusahaan yang mempersulit dan menutup akses informasinya.
3. Cermati segala informasi
Layaknya kerja sama, ada banyak klausul yang ada dalam kerja sama tersebut. Banyak informasi yang mesti dikenali sebelum menentukan sebuah fintech. Cek kebijakan privasinya, fasilitas layanan dan juga system pendanaan atau penarikan. Tentu saja agar investasi atau pinjaman kita aman.
Cermati semua hal yang tertera dalam kontrak perjanjian. Hal yang perlu dicermati berkaitan dengan syarat, ketentuan, kewajiban, bentuk penagihan, biaya yang perlu dibayar, dan beberapa hal lainnya.
5. Bandingkan
Ada banyak fintech yang tumbuh dan berkembang hal ini akan mempermudah kita membandingkan satu dengan lainnya. Dengan membandingkannya, kita akan dapat menilai kelebihan dan kekurangan satu perusahaa. Â Bandingkan saja system, portofolio, dan reviewnya.
6. Sesuaikan dengan keadaan finansial
Ada baiknya sebelum meminjam atau berinvestasi disimulasikan dahulu dan setelah itu, pilih yang paling sesuai dengan kondisi finansial.
7. Jangan mudah tergiur
Kebanyakan fintech menawarkan hal yang manis dan cepat. Cermati lagi, formulanya agar tak terjebak. Kalau ada di luar kewajaran sebaiknya menahan diri.
Republika menuliskan kisah seorang ibu pengusaha ikan hias yang mendapatkan modal dari salah satu fintech. Ibu Yanah adalah seorang pengusaha ikan hias yang sudah berkecimpung dalam usaha pembiakan ikan selama lebih dari 7 tahun.
Selama perjalanan usahanya tersebut Ibu Yanah merasakan bahwa usahanya tidak berjalan seperti yang dia harapkan. Usahanya berjalan sangat lamban dikarenakan tidak memiliki kolam-kolam yang memadai. Kolam yang terbatas membuat perkembang biakan ikan hiasnya juga terbatas.
Kemudian dia mendapat pembiayaan dari salah satu fintesc sebesar 500 ribu rupiah yang digunakan untuk membuat kolam-kolam tambahan.
Sebelum mendapat bantuan dana dari fintech dia hanya mampu meraih omset sebesar Rp 250 ribu hingga Rp 750 ribu. Setelah mendapatkan suntikan dana dan pendampingan dari fintech Ibu Yanah bisa mendapatkan laba bersih sebesar 2.5 juta rupiah perbulannya. Â
Setelah mampu menyisihkan dana dari keuntungan yang didapatnya, Ibu Yanah kemudian membangun beberapa kolam baru di sekitar halaman rumahnya. Tentu saja dengan penambahan kolam-kolam baru itu, produksi ikan hiasnya terus bertambah dan tentu ada penambahan pada penghasilannya.
Pendapatannya ditabung dan sedikit demi sedikit rumah yang ditinggalinya diperbaiki. Kini, dengan penghasilan yang lebih baik, Ibu Yanah menatap masa tuanya dengan lebih bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H