Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bermedia Sosial dengan Kesadaran

17 Mei 2019   21:04 Diperbarui: 17 Mei 2019   21:26 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Painting by Vinnie Nauheimer | Source: www.saatchiart.com)

Meskipun mungkin saja ini hanya ekspektasi yang diupayakan. Sebelum memulai segala sesuatu, ketahuilah terlebih dahulu resikonya, dan turut serta berselancar dalam dunia maya berarti mau menerima segala resikonya. Begitulah seharusnya pengguna yang dewasa.

Ketiga, kehidupan nyata adalah prioritas. Jangan sampai melupakan itu. Sebagaimana dalam poin pertama dikatakan, memiliki tujuan tertentu dalam bermedia sosial sesungguhnya menyatakan bahwa media sosial hanyalah tools, sebuah alah yang diharapkan dapat mempermudah segala kebutuhan teknis dalam menjalani kehidupan. Peran penting kita lebih dibutuhkan di kehidupan nyata, kehidupan yang kita jalani. Apa yang kita lihat di media sosial terkadang hanyalah pengkaburan ilusi, yang kita lihat bukan mencerminkan yang sebenarnya. Pokoknya, kalau ingin merasa bahagia yang nyata, berbuatlah kebaikan, laksanakanlah pengabdian, perawatan. Yang kita gaungkan akan kembali gemanya kepada kita sendiri. Orang yang bahagia cenderung berbuat baik, dan bahagia akan menyehatkan mental kita.

Percaya atau tidak, media sosial seakan memiliki sisi gelapnya tersendiri. Sindrom ilusi sosial marak terjadi seiring bertumbuh menjamurnya media sosial di berbagai kalangan. Media sosial menjadi media pencitraan, mengilusikan citra dirinya dalam kehidupan dunia maya yang bertolak belakang dengan citra sebenarnya pada kehidupan sehari-harinya. Kenyataan ini adalah alasan kita untuk selalu berhati-hati dalam berselancar. Dan menjadi reminder bahwa justru kenyataan yang terjadi di depan mata kita adalah dimensi kehidupan yang utama. Selain itu hanya pemanis. Jangan sampai kesibukan di media sosial malah menghambat produktivitas dan proses rekonstruksi diri.

Diakhiri dengan kutipan Dalai Lama, "We can never obtain peace in outer world until we make peace with ourselves."

Sembari berenang dalam lautan yang sangat luas ini, jangan lupa mengantongi pengendalian dan kesadaran diri supaya tidak tenggelam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun