Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. (QS. Al-Baqarah:60)
Salah satu tujuan Ramadhan adalah menjadi manusia yang dapat memberikan manfaat kepada yang lainnya. Tentu saja kebermanfaatan ini bukan hanya untuk manusia namun juga untuk alam semesta. Sebab manusia merupakan salah satu komponen penting dan menentukan dalam membentuk wajah bumi. Dia yang disebut sebagai khalifatullah fil ardh, wakil Tuhan di bumi.
Menurut Mulla Shadra, Seluruh ciptaan Tuhan, memiliki kesatuan erat yang tak dapat dipisahkan. Kepentingan yang terjalin dalam hierarki ini merupakan hubungan yang khas.Â
Shadra mencontohkan dalam bilangan matematis. Kita tidak dapat mencabut angka 4 antara 3 dan 5 lalu menempatkannya di tempat lain. Tempat angka 4 hanya antara 3 dan 5. Begitu pula hubungan antara sebab 'A' dan akibatnya 'B'. Hubungan tersebut tidak dapat diubah dikarenakan sinkronisitas keberadaan di antara keduanya. Hubungan itu tidak dapat diubah.
Demikianlah yang terjadi dengan banjir dan kerusakan alam lainnya. Hal itu terjadi karena ada banyak rantai yang sudah hilang sehingga alam mencari keseimbangan. Yang repot saat alam mencari keseimbangan itu dampak langsung kepada manusianya. Oleh karena itu, pertanda alam yang jelas ini harus direspon dengan baik. sehingga jejak-jejak manusia terlihat dengan indah di muka bumi.
Dalam tatanan seperti ini, firman Allah di atas menemukan konteks yang tepat. Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. (QS. Al-Baqarah:60). Ayat ini secara gamblang dapat dipahami bahwa semua proses produksi dan konsumsi manusia jangan sampai menimbulkan kerusakan di muka bumi. Pesan tersembunyinya adalah jadilah pemelihara alam semesta.
Jika hal ini tak mau terjadi di bumi yang indah ini, maka mau tak mau, kita harus segera mengubah pola hidup kita. Dan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk melakukannya. Saat orang dituntut untuk menahan nafsunya, mengapa tidak jika kita ajak juga menjaga semesta?
Bagaimana agar Ramadhan menjadi eco Ramadhan dan menjadi rahmat buat semesta? Menurut saya ada 2 langkah sederhana namun sangat berdampak untuk mengurangi sampah plastik ini. Keduanya sangat mungkin dilakukan oleh setiap yang puasa. Ingat pesan Tuhan, selain tidak boleh makan dan minum secara berlebihan, kita juga tidak boleh berbuat kerusakan. Â
Gaya hidup sekali pakai juga menyumbang sampah yang cukup besar. Contoh kecil saja, jika kita membeli air minum kemasan, maka sudah pasti ada sampah yang tercipta.
Pola pikir seperti ini juga meniscayakan beberapa konsekwensi. Kita hanya membeli yang dibutuhkan bukan yang diinginkan. Â
Memang kita akui bahwa sekarang ini hidup tak bernsentuhan dengan plastik adalah hal yang hampil mustahil. Semua hal yang kita sentuh dan pakai dapat dipastikan ada yang berbahan plastik. Namun bukan hal mustahil untuk mengurangi penggunaannya. Misalnya saja saat belanja membawa tas sendiri sendiri. Atau saat membeli makanan kita membawa wadah sendiri. Atau saat membeli sabun, pasta gigi dan lainnya, hanya membeli yang isi ulang.
Saat berbuka juga bisa digalakan seperti ini. Hindari penggunaan bahan-bahan yang sekali pakai terus dibuang. Jangan segan dan malu untuk membawa wadah sendiri saat jajan untuk berbuka. Menjaga bumi itu lebih keren daripada merusaknya.
Pernah saya lihat di satu sekolah dasar, anak-anak yang jajan membawa wadah mereka sendiri. Dan itu sangat keren lho. Sampah berkurang tanpa mengurangi nikmatnya jajan, dan juga tentu lebih sehat. Saat itu, saya teringat sabda Imam Ja'far Shadiq as:
"Kehidupan tak akan indah kecuali dengan tiga hal : Udara yang bersih, air segar yang melimpah dan tanha lembut yang siap ditanami"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H