Saat kecil, Ramadhan juga hampir sama dengan mengisi liburan dengan hiburan meriah masa itu. Masa-masa itu, tiap Ramadhan sekolah memang selalu libur dalam arti sebenarnya. Tak ada tugas sekolah seperti anak-anak yang mesti mengejar para penceramah dan meminta tanda tangannya di buku, sebagai bukti ikut taraweh atau kuliah subuh. Mungkin karena hiburan saat itu memang tak jauh jauh dari musala dan masjid.
Dulu, ngabuburit ya deket masjid. Jadi pas menjelang maghrib sudah berkumpul di masjid, menunggu azan sambil baca qur'an. Setelah itu pulang, ke rumah untuk makan lalu balik lagi ke masjid untuk taraweh.
Beberapa teman sering juga memainkan lodong di Jarian, satu tempat pembuangan sampah saat itu yang letaknya agak jauh dari masjid. Lodong adalah meriam buatan yang dibuat dari bambu dan diisi minyak tanah atau karbit. Saat pemantiknya dinyalakan, akan terdengar dentaman keras dari mulut lodong itu.
Satu pengalaman yang tak terlupakan berkaitan dengan meriam bambu ini. Satu waktu saya ingin menghidupkan lodong ini. Karena tak pernah hidup akhirnya saya dekati. Saat didekati ternyata meriam bambu ini meledak dan mengeluarkan kobaran api yang menyambar muka. Untung tak terjadi sesuatu yang membahayakan. Hanya bulu mata keriting serta rambut yang terbakar disambar si meriam bamboo.
Setelah mainan lodong ini usai, pusat perkumpulan kembali terjadi di masjid. Biasanya saat tarawih usai, kami tak langsung kembali. Beberapa saat kami pergunakan untuk main-main. Kampung kami, Cisitu Lama adalah kampung yang cukup padat, bahkan pada masa itu. sangat banyak mahasiswa ITB dan UNPAD berdiam di kampung itu. Tahun 80-an, Cisitu masih menyisakan beberapa tempat bermain. Ada kebon awi di dekat rumah kami, ada lapangan bola di Coblong yang sekarang jadi mesjid Al Ihsan Darul Hikam dan ada sawah sawah di kampung kaler tempat saya mencari tutut.
Ada satu permainan tradisional yang sering dimainkan bersama teman. Namanya Jibeh. Dasar permainannya seperti kucing-kucingan. Satu orang harus mencari sekian banyak yang bersembunyi. Yang jadi ucing (kucing) bertugas mencari teman-temannya yang bersembunyi. Jika dia bisa menemukan satu orang, maka otomatis yang lain pun kena. Kena hiji (satu) kena kaberh (dapat semua) jadilah JIBEH.
pada permainan kedua, dua orang pertama harus jadi ucing dan mencari temannya. dapat hiji dapat semua, JIBEH. selanjutnya yang ketiga harus jadi ucing dan mencari satu agar kena semua. Jibeh. bayangkan jika anda adalah orang terakhir yang mesti dicari para ucing ini. seru banget.
Itulah sekelumit permainan tradisional yang sulit lagi ditemukan saat-saat ini. Ketika teknologi mencengkram hidup kita, mengingat tradisi-tradisi lama seperti mengisi kekosongan-kekosongan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H