Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Segar Artikel Utama

Bugar di Bulan Puasa ala Petani

7 Mei 2019   06:42 Diperbarui: 7 Mei 2019   10:03 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Coba deh bayangin para petani yang bekerja sehari hari mengolah tanah. Mencangkul tanah, memanggul rumput hingga mencabuti gulma. Semua kerja keras dan kasar itu dilakukan dalam rentang waktu yang cukup lama. 

Umumnya dari jam 7 pagi hingga jam 12-an. Ngabedug kata orang Sunda. Banyak juga yang bekerja hingga jam 16. Saya sendiri sering mencoba untuk mengikuti ritme kerja mereka. Namun belum pernah bisa. Berat.  Saya bukan petani tulen, hanya suka dalam bercocok tanam. Jadi baru dua kali dan tiga kali ayunan badan sudah terasa lemas.

Nah bagaimana mereka yang bekerja seperti itu mampu menjaga kebugaran dirinya? Bugar di sini sering kali bukan berarti sehat, namun memiliki kemampuan menjaga stamina tubuh sehingga dapat bekerja keras dalam rentang waktu yang panjang.

Saya mencoba bertanya dan ngobrol dengan seorang petani yang sekarang bekerja bersama saya di Pesantren Al Musthafa Cijapati.  

Membabat rumput (Dok. Pribadi)
Membabat rumput (Dok. Pribadi)
Niat yang ikhlas

Niat ini mendapat penekanan yang paling kuat buat petani yang berpuasa. "Batal puasa mah kumaha niat" Kata Mang Pipin. Jika niatnya panceg dan kuat, sekeras apapun puasanya dan bekerja tak akan membatalkan puasa. Bagi Mang Pipin niat menjadi kekuatan yang tak kasat mata dan pendorong yang powerfull.

Dalam berbagai kajian, niat yang ikhlas akan mempengaruhi kesadaran ragawi, indrawi serta ilahi. Dengan niat yang ikhlas kita sedang menghubungkan diri dengan energi ilahiah. 

Energi ilahi inilah yang kemudian memberikan kekuatan luar biasa bagi para petani yang berpuasa. Energi ini yang memberi kekuatan untuk tidak merasa lapar, haus, capai, bahkan tetap penuh energi dan vitalitas dalam kondisi berpuasa.

Niat puasa ternyata juga merupakan pengkondisian bagi tubuh. Niat menggerakan seluruh anggota tuuh untuk menghadapi kondisi yang berat karena tak ada asupan makanan. Niat ini juga sekaligus mematikan hasrat makan dan minum. Selain itu, kebiasaan hidup menjadi petani membuat pekerjaan berat tidak menjadi hambatan puasa.

Membuat galian aliran air (Dok. Pribadi)
Membuat galian aliran air (Dok. Pribadi)
Mengatur ritme 

Pada bulan Ramadhan ini, petani diharuskan mengenal ritme pekerjaan dan ritme tubuhnya sendiri. Pagi hari saat badan masih bugar mereka melakukan kegiatan-kegiatan berat seperti mencangkul, menyiram dan mengangkat beban.

Saat badan mulai melemas dan tak bertenaga, diistirahatkan sejenak. Pekerjaan lalu beralih pada yang lebih ringan dan tak memerlukan tenaga seperti ngarambet (mencabuti gulma) serta membersihkan tanaman. Hal itu dilakukan hingga jam 12-an. Jam 12, merupakan puncak keletihan dan lemas. Pekerjaan ditunda dan istirahat kira-kira satu jam.

Dalam berbagai kajian, niat yang ikhlas akan mempengaruhi kesadaran ragawi, indrawi serta ilahi. Dengan niat yang ikhlas kita sedang menghubungkan diri dengan energi ilahiah. 

Di luar bulan Ramadhan, jam 12 itu merupakan waktu makan siang. Karena di bulan ini tidak ada makan siang, maka biasanya waktu ini dipergunakan untuk tidur. Tidur siang di waktu puasa menjadi pengalihan perhatian dan juga mengembalikan kekuatan badan.

Setelah dirasa cukup, maka kemudian mereka mulai kembali dengan pekerjaan-pekerjaan yang ringan saja. Pembersihan lahan dari gulma merupakan pekerjaan yang tak terlalu berat dan dapat dilakukan saat petani puasa.

Makan bersama (Dok. Pribadi)
Makan bersama (Dok. Pribadi)
Sahur dan Buka jangan lupa

Pekerjaan petani yang memerlukan tenaga, betul betul memerlukan asupan makanan yang banyak. Asupan sahur akan dipakai pada awal-awal waktu bertani dan menipis di pertengahan. Kemudian asupan yang tipis dipenuhi lagi saat berbuka puasa.

Maka waktu sahur dan berbuka jangan sampai lupa. Kata Mang Pipin, petani sangat jarang memperhatikan makanan sesuai 4 sehat 5 sempurna. Mereka terbiasa menikmati apa yang ada di kebun mereka sendiri. Kebanyakan makanan yang disajikan di rumah-rumah petani adalah sayuran.

Karena kerja petani yang mengandalkan tenaga, maka asupan karbohidrat menempati porsi sangat besar baik di waktu sahur dan buka. Jika terlewat makan di waktu sahur, dapat dipastikan paginya tak akan bekerja maksimal.

Di sawah (Dok. Pribadi)
Di sawah (Dok. Pribadi)
Tidur yang cukup

Ritme tubuh di jam-jam 12-an merupakan puncak dari lemasnya tubuh. Hal itu sebetulnya adalah mekanisme yang disebut dengan proses autolisis.  Autolisis adalah proses pembuangan sel-sel yang mati atau rusak di dalam tubuh kita. 

Tidur di siang hari membantu proses itu. Sekaligus mempercepat proses kebugaran tubuh setelah beberapa jam bekerja keras di lahan.

Tidur malam yang cukup juga membuat tubuh lebih bugar. Petani yang suka begadang hingga larut malam dapat dipastikan paginya tak fit untuk bekerja dan puasa. Tidur terlalu malam biasanya akan berakibat pada hilangnya waktu sahur yang kemudian berakibat pada hal lainnya. Kalau tak sahur bagaimana nanti siang bekerja?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun