Sebetulnya ini adalah cita-cita lama kalau saya ingin punya rumah di tengah-tengah hamparan sawah. Setelah sekian lama cita-cita itu menjadi sekedar khayalan, akhirnya Allah swt mengirimkan sinyal bahwa saya bisa mewujudkannya. Yah walaupun tak sebesar gambaran dalam pikiran, setidaknya hal yang dilakukan menjadi pelengkap puzel-puzel impian.
Jadi, ketika saya menginginkan pesantren dengan pola kemandirian pangan dan energi salah seorang teman kemudian menyambutnya. Awalnya yang diprogramkam adalah menanam jagung pipil secara organik. Harapannya dari panen jagung itu bisa digulirkan untuk kemandirian pangan selanjutnya. Sayangnya hasil panen jagung  belum sesuai dengan estimasi awal. Jadi kami kemudian mencari komoditas lain yang mendukung kemandirian pangan.Â
Kami sempat mengunjungi pesantren Ath Thariq di Garut yang sudah menerapkan kemandirian pangan. Dari situ kemudian kami mencoba untuk menanam padi sendiri. Â Toh beras merupakan kebutuhan pangan dasar yang diperlukan hampir semua orang. Â artinya kalaupun mau dipakai sendiri beras itu masih bisa dipakai dan jika berlebih bisa dijual kepada yang membutuhkan.
Tahap pertama yang dilakukan adalah pelatihan dan penyamaan persepsi. Soalnya padi yang  ditanam haruslan dengan cara organik. Artinya dalam penanaman ini penggunaan bahan-bahan alami dan ada disekitar akan dimaksimalkan. Demikian pula penggunaan bahan kimia sintetis dihindarkan.  Sisi lainnya, kebanyakan petani masih belum akrab dan belum yakin dengan sistem pengolahan pertanian secara organik ini.
Kedua, hematpenggunaan air. Menurut Prof. Mubiar yang sudah melakukan berbagai macam penelitian, padi memang tumbuhan yang membutuhan air lebih banyak dibanding tumbuhan lainnya, namun dia bukan tanaman air. Artinya kebutuhan airnya tidaklah sebanyak yang dilakukan oleh para petani sekarang ini.
Oh iya. Menanam padi di polybag itu sebetulnya hanya sebagai percobaan awal untuk membuktikan teori bahwa dari sebatang itu akan tumbuh sekita 60 hingga 120 batang padi. Â Awalnya kami sangsi juga, apakah dengan menanam satu batang padi di polybag kemudian padinya akan bisa banyak? Nah ternyata bisa juga. Kami sudah membuktikannya.
Sekarang, setelah lewat 60 hst (hari semai tanam) dari 1500 polybag, Â rata-rata batang yang tumbuh adalah 60 batang.
Penggunaan polybag pun kemudian menjadi salah satu pertanyaan. Dengan banyaknya lubang di sisi kanan dan kiri membuat proses penguapan air lebih cepat. Ke depan kami akan mencoba menggunakan ember. Â Namun setidaknya, melilhat pertumbuhan padi yang ijo royo-royo kami tinggal menunggu malainya keluar dan menunggu panen. Â Semoga saja hasilnya sesuai dengan usaha yang sudah dikeluarkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H