Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kala Roda Tak Lagi Berputar

18 Januari 2017   21:06 Diperbarui: 20 Januari 2017   06:32 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi jalan yang berlumpur menyulitkan perjalanan

Sekarang ini, saya sedang mencoba kehidupan sebagai petani. Belum 100 % berkecimpung sih, Cuma masih jadi petani yang mencoba menyalurkan hobi dan siapa tahu dari hobi itu bisa mendatangkan keuntungan finansial. Kan jadi dobel dapatnya.

Ada banyak keuntungan menjadi petani. Yang paling utama adalah menyediakan makanan sendiri. Saya teringat puisinya Khalil Gibran berjudul Bangsa Kasihan. Disitu dia berkata;

Kasihan bangsa

yang mengenakan pakaian

yang tidak ditenunnya,

memakan roti dari gandum

yang tidak ia panen,

dan meminum susu

yang ia tidak memerasnya

Di tanah seluas 8 ha, saya sedang mewujudkan passion saya yaitu mendirikan pesantren yang mandiri pangan, energi dan ekonomi. Hal ini pernah saya tulis dalam artikel berjudul, Eco Spiritual Al Musthafa Hanya Mimpi? Saya merasa bahwa hal yang saya rintis ini bukanlah sebuah utopia. Ini betul-betul sebuah passion yang coba diwujudkan satu demi satu. Susah? Tentu saja.

Kondisi jalan yang berlumpur menyulitkan perjalanan
Kondisi jalan yang berlumpur menyulitkan perjalanan
Jarak dari rumah saya ke lokasi Pesantren sekitar 40 km. Setiap kali saya menyambangi Pesantren, saya mesti melakukan perjalanan cukup jauh dan panjang. Jika saya menggunakan motor, maka waktu tempuhnya bisa 1 ½ jam. Waktu tempuh itu akan lebih lama jika menggunakan mobil dan kondisi sedang bubaran pabrik. Untuk jarak dan waktu tempuh seperti itu diperlukan stamina dan konsentrasi tinggi. Salah sedikit saja bisa berakibat fatal. Bahkan di beberapa titik saya mesti melewati medan yang sulit dilewati dan rawan. Beberpa kali saya mesti menerjang banjir. Ketinggian banjir cukup untuk merendam knalpot motor saya. Saat itu mana sungai dan jalan menjadi satu. Salah mencari celah saja, saya bisa masuk ke dalam aliran sungai Cikeruh dan bisa jadi terbawa arus.  Sudah banyak kecelakaan kendaraan yang saya lihat dengan mata kepala sendiri saat pergi dan pulang dari lokasi pesantren. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun