Beruntunglah saya menyempatkan waktu ke acara Kompasianival 2016 ini. Saya seperti mendapat sebuah sentuhan spirit luar biasa. Tema berbagi yang diusung oleh acara ini seperti bahan bakar yang sangat berharga. Bersama anak saya dan satu temannya, pagi-pagi kami sudah menuju Jakarta. Jalan menuju jakarta sangalah lancar. Jam 7 saya berangkat, jam 9 saya sudah sampai. Suasana ajang kompasianival sudah ramai oleh para Kompasianer. Media sosial juga sudah ramai dengan hastag #kompasianival2016.
Tema Kompasianival kali ini adalah berbagi, dan saya sedang mencari spirit dari acara ini. Alhamdulillah, akhirnya saya mendapatkan spirit dari acara ini. Tema berbagi sangat mengena dengan dihadirkannya sosok isnpiratif seperti pilot Budi Soehardi.
Kapten Budi bukanlah pilot biasa. Dia dinobatkan sebagai The Real Heroes versi CNN tahun 2009 terkait dengan kegiatannya menyantuni anak-anak yatim di Kupang. Bersama istrinya, Kapten Budi mendirikan panti asuhan yang dinamai Roslin.
Di ajang Kompasianival Kapten Budi menceritakan latar belakang kegiatan sosialnya tersebut. Menurut Kapten Budi, awalnya tak terbersit sedikitpun mendirikan sebuah panti asuhan. Kisahnya bermula dari makan malam romantis yang direncanakan sebagai nostalgia ulang tahun pernikahannya. saat itu, mereka merencanakan jalan-jalan ke LN. Bertepatan dengan makan malam romantis itu, TV menayangkan lihat kondisi pengungsi timor timor dan sangat kontras dengan kondisi keluarganya. Saat itulah mereka memutuskan untuk menunda jalan –jalannya. Dari rencana ke Luar Negeri mereka mengunjungi anak-anak di Kupang dan kemudian membuat panti asuhan. Hingga kini, jalan-jalan romantis yang direncanakan belum pernah terlaksana.
Swasembada Sayur
Salah satu prinsi yang dipegang oleh Kapten Budi adalah, bahwa semua anak yang ada di panti asuhannya haruslah mendapat pendidikan tinggi. Makan boleh seadanya tapi pendidian haruslah tinggi katanya.
Untuk memenuhi kebutuhannya, Kapten Budi membudayakan bertanam. Semua harus bekerja sesuai dengan kapasitasnya. Dari hasil kerjanya itulah Kapten Budi dapat membiayai semua kebutuhan panti asuhannya.
Dari hasil mengolah tanah berbatu selama 4 bulan dan melewati berbagai macam kegagalan, Kapten Budi mendapatkan hasil yang luar biasa. Kapten Budi berkata, “Hidup ini kalau diisi dengan bekerja dengan keras tak perlu donasi dari orang lain”.
Dengan cara pengolahan tanah yang organik ini, Kapten Budi yakin tingkat kriminalitas bisa ditekan. Sebab tanah berbatu sekalipun bisa diolah para petani. Dengan demikian mereka akan bekerja di tanahnya. Kalau sudah bekerja, maka dengan sendirinya tingkat kriminalitas bisa ditekan.
Dengan keberhasilan yang diraihnya, Kapten Budi masihlah rendah hati. Dia mengaku bahwa yang dilakukan tak istimewa sangat. Menurutnya, kita cuma harus berbuat dengan apa yang kita miliki. Kita juga harus bersatu dan jangan sampai dipecah belah dengan isu apapun. Dengan persatuan indonesia itu susah dikalahkan.
Saat ini, Kapten Budi mengasuh 178 anak asuh, di antara mereka, sudah ada beberapa yang selesai kuliahnya. Bahkan dalam waktu dekat akan ada lima orang yang diwisuda menjadi dokter dan insinyur. Kata Kapten Budi, hidup haruslah diisi dengan kegiatan positif. menurut Kapten Budi, Makna hidup ini indah, maka hiduplah di situ, nikmati. Apa adanya. Isi dengan kegiatan positif. Hidup itu untuk memuliakan Tuhan dengan cara berbagi katanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H